BAB 7: LAGU YANG TERSEMBUNYI (SEQUEL PREVIEW)
Lima tahun kemudian
Melodi di Balik Kabut
Kabut pagi di Kampung Cahaya kini selalu berbunyi—desisannya seperti suara perempuan bersenandung. Kiko remaja (13 tahun) berdiri di dermaga tua, memegang seruling bambu yang tak pernah ia pelajari mainkan, tapi...
Tiiiin...
Ia tanpa sadar meniup nada persis seperti melodi yang selalu didengarnya dalam mimpi.
Dan tiba-tiba—
Air laut terbelah.
Sebuah jalan batu kuno muncul, mengarah ke pulau kecil yang tidak ada di peta mana pun. Di kejauhan, sosok perempuan berjubah daun melambai...
"Lula?"
Tapi yang lebih mencengangkan—tangan kanan Kiko tiba-tiba transparan, seperti mulai menghilang.
Tanda-tanda yang Kembali
Bedug Kuno berdetak tidak teratur lagi—kadang seperti jantung manusia, kadang seperti genderang perang.
Ibu Kiko sering terlihat berbicara sendiri dengan bayangannya yang bergerak mandiri.
Di sekolah, ada guru musik baru—lelaki buta dengan kuku jari dari logam yang selalu menggumamkan "Para Pemakan Nada bangun dari tidur panjang..."
Misteri Pulau Bunyi
Pulau yang muncul itu ternyata Penjara Nada—tempat dimana:
Setiap batu adalah not musik yang membeku.
Pepohonan tumbuh dari telinga makhluk-makhluk yang mendengar terlalu banyak rahasia alam.
Dan di pusatnya... sebuah kubah dari telinga manusia raksasa sedang mendengarkan sesuatu.
"Kau harus memilih," suara Lula bergema dari mana saja. "Menjadi manusia selamanya... atau menjadi lagu yang menyelamatkan kita semua."
Akan berlanjut dalam:
"PETUALANGAN MERDU KIKO: PULAU DENGAN SUARA YANG TERLAKNAT"
Teaser Elemen Baru:
Kiko Remaja: Menghadapi dilema lebih gelap—apakah lebih baik tetap tidak tahu atau mengingat segalanya?
Ibu yang Terpecah: Ternyata hanya separuh jiwanya yang kembali dari Bedug Kuno.
Antagonis Baru: Guru Musik Buta yang sebenarnya adalah Penjaga Nada yang korup—ingin memanen semua suara di kampung untuk keabadian.
0 comments:
Posting Komentar