ezdoubler

 

Judul: Jejak di Balik Kabut

Udara dingin menyelimuti desa kecil di kaki Gunung Merapi. Kabut tebal bergelayut di antara pepohonan, menciptakan suasana misterius yang mencekam. Di tengah sunyi, suara langkah kaki terdengar samar, mengusik ketenangan malam.

Damar, seorang pemuda desa, melangkah perlahan di jalan setapak yang menuju ke hutan. Matanya tajam menelisik sekitar, mencari sesuatu yang selama ini menjadi misteri bagi warga desa. Beberapa malam terakhir, ia mendengar suara-suara aneh dari arah hutan—bisikan lirih, tawa kecil, dan kadang dentingan logam seperti senjata yang saling beradu.

"Dam, kau yakin ingin ke sana?" tanya Joko, sahabatnya yang enggan melangkahkan kaki lebih jauh. "Orang-orang bilang ada penunggu di hutan itu."

Damar mengangguk mantap. "Justru itu yang ingin aku cari tahu. Apa benar ada makhluk gaib, atau hanya ulah manusia yang menyembunyikan sesuatu?"

Joko menghela napas. Ia ingin menahan Damar, tapi sudah lama ia tahu bahwa sahabatnya keras kepala. Akhirnya, dengan berat hati, ia mengikuti langkah Damar.

Sesampainya di tepi hutan, mereka melihat bekas-bekas pijakan kaki yang aneh. Jejak itu lebih besar dari kaki manusia biasa, namun tidak berbentuk seperti kaki binatang. Semakin dalam mereka melangkah, suara bisikan semakin jelas terdengar. Jantung mereka berdegup cepat.

"Dengar itu, Dam?" bisik Joko. "Suara perempuan menangis."

Damar menelan ludah. Langkahnya tertahan sejenak, namun rasa penasaran lebih kuat dari ketakutannya. Mereka mengikuti sumber suara hingga sampai di sebuah gubuk tua yang tersembunyi di balik pepohonan. Pintu kayunya terbuka sedikit, menampakkan cahaya remang di dalamnya.

Dengan hati-hati, Damar mendorong pintu itu. Di dalam, mereka melihat seorang wanita tua duduk dengan mata terpejam, bibirnya komat-kamit seperti merapal sesuatu. Di hadapannya, sebuah cermin besar memantulkan bayangan yang berbeda dengan yang seharusnya. Bukan bayangan wanita tua itu, melainkan sosok tinggi dengan mata merah menyala.

Joko menahan napas. "Kita harus pergi dari sini, Dam. Sekarang juga!"

Namun terlambat. Wanita itu membuka matanya, menatap mereka dengan senyum menyeramkan. "Kalian sudah melihat terlalu banyak."

Sekejap kemudian, angin kencang bertiup, meniup kabut ke seluruh ruangan. Damar dan Joko merasakan tubuh mereka membeku, sementara bayangan dari cermin itu semakin nyata, perlahan melangkah keluar.

Malam itu, desa kembali sunyi. Tak ada yang tahu apa yang terjadi pada Damar dan Joko. Hanya satu hal yang pasti: jejak mereka berakhir di balik kabut.


0 comments:

Luncurkan toko Anda hanya dalam 4 detik dengan 
 
Top