R. Ng. Ronggowarsito

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <div style="text-align: left;"> </div> <div align="CENTER"> <span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><strong><span style="color: navy;">PUJANGGA</span> </strong></span></span></div> <div style="text-align: left;"> </div> <div align="CENTER"> <span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b><img alt="ronggowarsito1.jpg (10553 bytes)" border="2" height="181" src="http://karatonsurakarta.com/ronggowarsito1.jpg" width="166" /></b></span></span></div> <div style="text-align: left;"> </div> <div align="CENTER"> <span style="font-family: inherit;"><span style="color: navy; font-size: small;"><strong>R. Ng. Ronggowarsito</strong></span></span></div> <div style="text-align: left;"> <span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b> </b></span></span> </div> <hr style="text-align: left;" /> <dir style="text-align: left;"> <dir> <dir> <dir> <dir> <dir> <dir> <span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b><div align="JUSTIFY"> <span style="color: navy;">KOLOTIDO</span></div> </b></span></span></dir><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b> </b></span></span></dir><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b> </b></span></span></dir><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b> </b></span></span></dir><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b> </b></span></span></dir><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b> </b></span></span></dir><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b> </b></span></span></dir><div align="JUSTIFY"> <span style="font-family: inherit;"><span style="color: maroon; font-size: small;">Salah satu cuplikan karya sastra tembang "Sinom" dalam "Serat Kalatido" bab.8, seperti di bawah ini :</span></span></div> <div style="text-align: left;"> </div> <ul style="text-align: left;"> <li><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><i><b><span style="color: maroon;">Amenangi jaman edan ewuh aya ing pambudi</span></b></i></span></span></li> <li><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><i><b><span style="color: maroon;">melu edan ora tahan</span></b></i></span></span></li> <li><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><i><b><span style="color: maroon;">yen tan melu anglakoni boya kaduman melik</span></b></i></span></span></li> <li><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><i><b><span style="color: maroon;">kaliren wekasanipun</span></b></i></span></span></li> <li><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><i><b><span style="color: maroon;">Dillalah karsaning Allah</span></b></i></span></span></li> <li><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><i><b><span style="color: maroon;">Sakbeja-bejane wong kang lali</span></b></i></span></span></li> <li><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b><i><span style="color: maroon;">luwih beja kang eling lan waspada</span></i><span style="color: maroon;">.</span><span style="color: maroon;">.</span></b></span></span></li> </ul> <div style="text-align: left;"> </div> <div style="text-align: left;"> <span style="font-family: inherit;"><span style="color: maroon; font-size: small;">Apabila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia kurang lebih berbunyi :</span></span> </div> <ul style="text-align: left;"> <li><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><i><b><span style="color: maroon;">Mengalami jaman gila, serba repot dalam bertindak,</span></b></i></span></span></li> <li><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><i><b><span style="color: maroon;">ikut gila tidak tahan</span></b></i></span></span></li> <li><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><i><b><span style="color: maroon;">jika tidak ikut berbuat gila tidak memperoleh bagian hak milik,</span></b></i></span></span></li> <li><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><i><b><span style="color: maroon;">akhirnya menjadi ketaparan.</span></b></i></span></span></li> <li><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><i><b><span style="color: maroon;">Namun dari kehendak Allah,</span></b></i></span></span></li> <li><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><i><b><span style="color: maroon;">seuntung untungnya orang yang lupa diri,</span></b></i></span></span></li> <li><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><i><b><span style="color: maroon;">masih lebih babagia orang yang ingat dan waspada.</span></b></i></span></span></li> </ul> <div style="text-align: left;"> </div> <div align="JUSTIFY"> <span style="font-family: inherit;"><span style="color: maroon; font-size: small;">Kemudian gubahan ini diakhiri dengan sebaris gatra yang bersandiasma, berbunyi "bo-RONG ang-GA sa-WAR-ga me-SI mar-TA-ya". Mengandung arti rasa berserah diri kehadapan Yang Maha Esa yang rnenguasai alam sorga, tempat yang memuat kehidupan langgeng sejati. </span></span></div> <div style="text-align: left;"> </div> <div align="JUSTIFY"> <span style="font-family: inherit;"><span style="color: maroon; font-size: small;">Masyarakat Jawa tidak akan gampang melupakan sastrawan dan pujangga besar bernama <b>Raden Ngabehi (R. Ng.) Ronggowarsito. </b>Tokoh yang hidup pada masa ke-emasan Keraton Surakarta tersebut adalah pujangga besar yang telah meninggalkan ‘warisan tak terharga’ berupa puluhan <i>serat</i> yang mempunyai nilai dan capaian estika menakjubkan. Ketekunannya pada sastra, budaya, teologi serta ditunjang bakat, mendudukkan ia sebagai pujangga terakhir Keraton Surakarta.</span></span></div> <div style="text-align: left;"> </div> <div align="JUSTIFY"> <span style="font-family: inherit;"><span style="color: maroon; font-size: small;">R. Ng. Ronggowarsito terlahir dengan nama kecil Bagus Burham pada tahun 1728 J atau 1802 M, putra dari <b>RM. Ng. Pajangsworo</b>. Kakeknya, <b>R.T. Sastronagoro</b> yang pertama kali menemukan satu jiwa yang teguh dan bakat yang besar di balik kenakalan Burham kecil yang memang terkenal bengal. Sastronagoro kemudian mengambil inisiatif untuk mengirimnya <i>nyantri </i>ke Pesantren Gebang Tinatar di Ponorogo asuhan <b>Kyai Kasan Besari</b>.</span></span></div> <div style="text-align: left;"> </div> <div align="JUSTIFY"> <span style="font-family: inherit;"><span style="color: maroon; font-size: small;">Sebagai putra bangsawan Burham mempunyai seorang <i>emban </i>bernama Ki Tanujoyo sebagai guru mistiknya. Di masa kematangannya sebagai pujangga, Ronggowarsito dengan gamblang dan <i>wijang</i> mampu menuangkan suara jaman dalam serat-serat yang ditulisnya. Ronggowarsito memulai karirnya sebagai sastrawan dengan menulis <i><b>Serat Jayengbaya</b></i> ketika masih menjadi <i>mantri carik</i> di Kadipaten Anom dengan sebutan <b>M. Ng. Sorotoko</b>. Dalam <i>serat</i> ini dia berhasil menampilkan tokoh seorang pengangguran bernama <i>Jayengboyo</i> yang konyol dan lincah bermain-main dengan khayalannya tentang pekerjaan. Sebagai seorang intelektual, Ronggowarsito menulis banyak hal tentang sisi kehidupan. Pemikirannya tentang dunia tasawuf tertuang diantaranya dalam <i><b>Serat Wirid Hidayatjati</b></i>, pengamatan sosialnya termuat dalam <i><b>Serat Kalatidha</b></i>, dan kelebihan beliau dalam dunia ramalan terdapat dalam <i><b>Serat Jaka Lodhang</b>,</i> bahkan pada <i><b>Serat Sabda Jati</b></i> terdapat sebuah ramalan tentang saat kematiannya sendiri.</span></span></div> <div style="text-align: left;"> </div> <div align="JUSTIFY"> <span style="font-family: inherit;"><span style="color: maroon; font-size: small;">Pertama mengabdi pada keraton Surakarta Hadiningrat dengan pangkat Jajar. Pangkat ini meembuatnya menyandang nama <i>Mas Panjangswara</i>., adalah putra sulung Raden Mas Tumenggung Sastranegara, pujangga kraton Surakarta.. Semasa kecil beliau diasuh oleh abdi yang amat kasih bernama Ki Tanudjaja. Hubungan dan pergaulan keduanya membuat Ranggawaraita memiliki jiwa cinta kasih dengan orang-orang kecil (wong cilik). Ki Tanudjaja mempengaruhi kepribadian Ranggawarsita dalam penghargaannya kepada wong cilik dan berkemampuan terbatas. Karena pergaulan itu, maka dikemudian hari, watak Bagus Burham berkembang menjadi semakin bijaksana.</span></span></div> <div style="text-align: left;"> </div> <div align="JUSTIFY"> <span style="font-family: inherit;"><span style="color: maroon; font-size: small;">Menjelang dewasa (1813 Masehi), ia pergi berguru kepada Kyai Imam Besari dipondok Gebang Tinatar. Tanggung jawab selama berguru itu sepenuhnya diserahkan pada Ki Tanudjaja. Ternyata telah lebih dua bulan, tidak maju-rnaju, dan ia sangat ketinggalan dengan teman seangkatannya. Disamping itu, Bagus Burham di Panaraga mempunyai tabiat buruk yang berupa kesukaan berjudi. Dalam tempo kurang satu tahun bekal 500 reyal habis bahkan 2 (dua) kudanyapun telah dijual. Sedangkan kemajuannya dalam belajar belum nampak., Kyai Imam Besari menyalahkan Ki Tanudjaja sebagai pamong yang selalu menuruti kehendak Bagus Burham yang kurang baik itu. Akhirnya Bagus Burham dan Ki Tanudjaja dengan diam-diam menghilang dari Pondok Gebang Tinatar menuju ke Mara. Disini mereka tinggal di rumah Ki ngasan Ngali saudara sepupu Ki Tanudjaja. Menurut rencana, dari Mara mereka akan menuju ke Kediri, untuk menghadap Bupati Kediri Pangeran Adipati cakraningrat. Namun atas petunjuk Ki Ngasan Nga1i, mereka berdua tidak perlu ke Kediri, melainkan cukup menunggu kehadiran Sang Adipati Cakraningrat di Madiun saja, karena sang Adi pati akan mampir di Madiun dalam rangka menghadap ke Kraton Surakarta.</span></span></div> <div style="text-align: left;"> </div> <div align="JUSTIFY"> <span style="font-family: inherit;"><span style="color: maroon; font-size: small;">Selama menunggu kehadiran Adipati Cakraningrat itu, Bagus Burham dan Ki Tanudjaja berjualan 'klitikan' (barang bekas yang bermacam-macam yang mungkin masih bisa digunakan). Di pasar inilah Bagus Burham berjumpa dengan Raden kanjeng Gombak, putri Adipati Cakraningrat, yang kelak menjadi isterinya.</span></span></div> <div style="text-align: left;"> </div> <div align="JUSTIFY"> <span style="font-family: inherit;"><span style="color: maroon; font-size: small;">Kemudian Burham dan Ki Tanudjaja meninggalkan Madiun. Kyai Imam Besari melaporkan peristiwa kepergian Bagus Burham dan Ki Tanudjaja kepada ayahanda serta neneknya di Solo/Surakarta. Raden Tumenggung Sastranegara memahami perihal itu, dan meminta kepada Kyai Imam Besari untuk ikut serta mencarinya. Selanjutnya Ki Jasana dan Ki Kramaleya diperintahkan mencarinya. Kedua utusan itu akhirnya berhasil menemukan Burham dan Ki Tanudjaja, lalu diajaknyalah mereka kembali ke Pondok Gebang Tinatar, untuk melanjutkan berguru kepada Kyai Imam Besari.</span></span></div> <div style="text-align: left;"> </div> <div align="JUSTIFY"> <span style="font-family: inherit;"><span style="color: maroon; font-size: small;">Ketika kembali ke Pondok, kenakalan Bagus Burham tidak mereda. Karena kejengkelannya, maka Kyai Imam Besari memarahi Bagus Burham. Akhirnya Bagus Burham menyesali perbuatannya dan sungguh-sungguh menyesal atas tindakannya yang kurang baik itu. Melalui proses kesadaran dan penghayatan terhadap kenyataan hidupnya itu, Bagus Burham menyadari perbuatannya dan menyesalkan hal itu. Dengan kesadarannya, ia lalu berusaha keras untuk menebus ketinggalannya dan berjanji tidak mengulangi kesalahannya, ia juga berusaha untuk memperhatikan keadaan sekitarnya, yang pada akhirnya justru mendorongnya untuk mengejar ketinggalan dalam belajar. Dengan demikian muncul kesadaran baru untuk berbuat baik dan luhur, sesuai dengan kemampuannya.</span></span></div> <div style="text-align: left;"> </div> <div align="JUSTIFY"> <span style="font-family: inherit;"><span style="color: maroon; font-size: small;">Sejak saat itu, Bagus Burham belajar dengan lancar dan cepat, sehingga Kyai Imam Besari dan teman-teman Bagus Burham menjadi heran atas kemajuan Bagus Burham itu. Dalam waktu singkat, Bagus Burham mampu melebihi kawan-kawannya. Setelah di Pondok Gebang Tinatar dirasa cukup, lalu kembali ke Surakarta, dan dididik oleh neneknya sendiri, yaitu <b>Raden Tumenggung Sastranegara</b>. Neneknya mendidik dengan berbagai ilmu pengetahuan yang amat berguna baginya. Setelah dikhitan pada tanggal 21 Mei l8l5 Masehi, Bagus Burham diserahkan kepada <b>Gusti Panembahan Buminata</b>, untuk mempelajari bidang Jaya-kawijayan (kepandajan untuk menolak suatu perbuatan jahat atau membuat diri seseorang merniliki suatu kemampuan yang melebihi orang kebanyakan), kecerdas-an dan kemampuan jiwani.Setelah tamat berguru, Bagus Burham dipanggil oleh Sri Paduka PB.IV dan dianugerahi restu, yang terdiri dari tiga tingkatan, yaitu :</span></span></div> <div style="text-align: left;"> </div> <table border="0" cellpadding="3" cellspacing="3" style="text-align: left; width: 100%px;"></table> <div style="text-align: left;"> </div> <table border="0" cellpadding="3" cellspacing="3" style="text-align: left; width: 100%px;"><tbody> <tr></tr> </tbody></table> <div style="text-align: left;"> </div> <table border="0" cellpadding="3" cellspacing="3" style="text-align: left; width: 100%px;"><tbody> <tr><td width="10%"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b><span style="color: maroon;"><img alt="ronggowarsito2.jpg (7793 bytes)" height="99" src="http://karatonsurakarta.com/ronggowarsito2.jpg" width="105" /></span></b></span></span></td></tr> </tbody></table> <div style="text-align: left;"> </div> <table border="0" cellpadding="3" cellspacing="3" style="text-align: left; width: 100%px;"><tbody> <tr><td width="90%"><span style="font-family: inherit;"><span style="color: maroon; font-size: small;"><b>Pertama : </b>Pendidikan dan pembentukan kepribadian untuk mengatasi pubersitas. Hal ini dibuktikan dengan pendidikan Kyai Imam Besari, yang didasari oleh cinta kasih dan mengakibatkan Bagus Burham memiliki jiwa halus, teguh dan berkemauan keras. Pendidikan dan pembentukan kepribadian untuk mengatasi pubersitas. Hal ini dibuktikan dengan pendidikan Kyai Imam Besari, yang didasari oleh cinta kasih dan mengakibatkan Bagus Burham memiliki jiwa halus, teguh dan berkemauan keras. Pendidikan dan pembentukan kepribadian untuk mengatasi pubersitas. Hal ini dibuktikan dengan pendidikan Kyai Imam Besari, yang didasari oleh cinta kasih dan mengakibatkan Bagus Burham memiliki jiwa halus, teguh dan berkemauan keras. </span></span></td></tr> </tbody></table> <div style="text-align: left;"> </div> <table border="0" cellpadding="3" cellspacing="3" style="text-align: left; width: 100%px;"><tbody> <tr></tr> </tbody></table> <div style="text-align: left;"> </div> <table border="0" cellpadding="3" cellspacing="3" style="text-align: left; width: 100%px;"><tbody></tbody></table> <div style="text-align: left;"> <span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b> </b></span></span></div> <div align="JUSTIFY"> <span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b><span style="color: maroon;">Kedua : </span> </b><span style="color: maroon;">Pembentukan jiwa seni oleh neneknya sendiri, Raden Tumenggung Sastranagara, seorang pujangga berpengetahuan luas. Dalam hal pendidikan, RT. Sastranagara amat terkenal dengan gubahannya <i>Sasana Sunu</i> dan <i>Dasanama Jarwa</i>. Dari neneknya, Bagus Burham mendapatkan dasar-dasar tentang sastra Jawa. <span style="color: maroon;">Pembentukan jiwa seni oleh neneknya sendiri, Raden Tumenggung Sastranagara, seorang pujangga berpengetahuan luas. Dalam hal pendidikan, RT. Sastranagara amat terkenal dengan gubahannya <i>Sasana Sunu</i> dan <i>Dasanama Jarwa</i>. Dari neneknya, Bagus Burham mendapatkan dasar-dasar tentang sastra Jawa.</span></span></span></span></div> <div style="text-align: left;"> <span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b> </b></span></span></div> <div align="JUSTIFY"> <span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b><span style="color: maroon;">Ketiga : </span> </b><span style="color: maroon;">Pembentukan rasa harga diri, kepercayaan diri dan keteguhan iman diperoleh dari</span> <span style="color: maroon;">Gusti Pangeran Harya Buminata. Dari pangeran ini, diperoleh pula ilmu Jaya-kawijayan, kesaktian dan kanuragan. Proses inilah proses pendewasaan diri, agar siap dalam terjun kemasyarakat. dan siap menghadapai segala macam percobaan dan dinamika kehidupan.Bagus Burham secara kontinyu mendapat pendidikan lahir batin yang sesuai dengan perkembangan sifat-sifat kodratiahnya, bahkan ditambah dengan pengalamannya terjun mengembara ketempat-tempat yang dapat menggernbleng pribadinya. Seperti pengalaman ke Ngadiluwih, Ragajambi dan tanah Bali. Disamping gemblengan orang-orang tersebut diatas, terdapat pula bangsawan keraton yang juga memberi dorongan kuat untuk meningkatkan kemampuannya, sehingga karier dan martabatnya semakin meningkat. Tanggal 28 Oktober 1818, ia diangkat menjadi pegawai keraton dengan jabatan Carik Kaliwon di Kadipaten Anom, dengan gelar <i>Rangga Pujangga Anom</i>, atau lazimnya disebut dengan <i>Rangga Panjanganom. </i> </span></span></span></div> <div style="text-align: left;"> </div> <div align="JUSTIFY"> <span style="font-family: inherit;"><span style="color: maroon; font-size: small;">Bersamaan dengan itu, Mas Rangga Panjanganom melaksanakan pernikahan dengan Raden Ajeng Gombak dan diambil anak angkat oleh Gusti panembahan Buminata. Perkawinan dilaksanakan di Buminata. Saat itu usia Bagus Burham 21 tahun. Setelah selapan (35 hari) perkawinan, keduanya berkunjung ke Kediri, dalam hal ini Ki Tanudjaja ikut serta. Setelah berbakti kepada mertua, kemudianBagus Burham mohon untuk berguru ke Bali yang sebelumnya ke Surabaya. Demikian juga berguru kepada Kyai Tunggulwulung di Ngadiluwih, Kyai Ajar Wirakanta di Ragajambi dan Kyai Ajar Sidalaku di Tabanan-Bali. Dalam kesempatan berharga itu, beliau berhasil membawa pulang beberapa catatan peringatan perjalanan dan kumpulan kropak-kropak serta peninggalan lama dari Bali dan Kediri ke Surakarta. </span></span></div> <div style="text-align: left;"> </div> <div align="JUSTIFY"> <span style="font-family: inherit;"><span style="color: maroon; font-size: small;">Sekembali dari berguru, ia tinggal di Surakarta melaksanakan tugas sebagai abdi dalem keraton. Kemudian ia dianugerahi pangkat Mantri Carik dengan gelar <i>Mas ngabehi Sarataka</i>, pada tahun 1822. Ketika terjadi perang Diponegoro (th.1825-1830), yaitu ketika jaman Sri Paduka PB VI, ia diangkat menjadi pegawai keraton sebagai Penewu Carik Kadipaten Anom dengan gelar <i>Raden</i> <i>Ngabehi Ranggawarsita</i>, yang selanjutnya bertempat tinggal di Pasar Kliwon. Dalam kesempatan itu, banyak sekali siswa-siswanya yang terdiri orang-orang asing, seperti C.F Winter, Jonas Portier, CH Dowing, Jansen dan lainnya. Dengan CF.Winter, Ranggawarsita membantu menyusun kitab Paramasastra Jawa dengan judul <i><b>Paramasastra Jawi</b></i>. Dengan Jonas Portier ia membantu penerbitan majalah Bramartani, dalam kedudukannya sebagai redaktur.Majalah ini pada jaman PB VIII dirubah namanya menjadi Juru Martani. Namun pada jaman PB IX kembali dirubah menjadi Bramartani.</span></span></div> <div style="text-align: left;"> </div> <div align="JUSTIFY"> <span style="font-family: inherit;"><span style="color: maroon; font-size: small;">Setelah neneknya RT. Sastranegara wafat pada tanggal 21 April 1844, R.Ng. Ranggawarsita diangkat menjadi Kaliwon Kadipaten Anom dan menduduki jabatan sebagai Pujangga keraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 1845. Pada tahun ini juga, Ranggawarsita kawin lagi dengan putri RMP. Jayengmarjasa. Ranggawarsita wafat pada tahun 1873 bulan Desember hari Rabu pon tanggal 24. <i>Inalilahi waina ilahi rojiun.* </i> </span></span></div> </div>

R. Ng. Ronggowarsito

PUJANGGA R. Ng. Ronggowarsito KOLOTIDO ...

Read more »