BAB 3: GENDANG SAYAP & LAUT YANG BERNYANYI
Persiapan di Tengah Malam
Malam itu, Kampung Cahaya diselimuti kabut biru pucat—efek samping dari Gerbang Mimpi yang terbuka. Kiko dan Lula bersiap di gubuk tepi pantai, tempat Pak Cik Mat menyimpan perahu kayu tua bernama Si Parau.
"Gendang Sayap ada di Gua Karang Bernyanyi," bisik Lula, jarinya menunjuk ke laut lepas di mana cahaya kehijauan berkedip seperti kunang-kunang raksasa. "Tapi hati-hati... laut di sana tidak selalu asin."
Kiko mengernyitkan kening. "Apa maksudmu—"
Blup!
Sesuatu menyentak perahu dari bawah.
Laut yang Hidup
Begitu perahu menjauh dari pantai, air berubah warna: biru tua menjadi ungu muda, lalu merah jambu seperti sirup. Ombak tidak bergerak acak, tapi mengikuti irama tertentu—seperti sedang dipimpin oleh konduktor tak terlihat.
"Dengar," Lula menutup mata.
Kiko menyadarinya sekarang: laut ini sedang bernyanyi. Nada dasarnya adalah desisan ombak, tapi jika didengar lebih dalam... ada suara perempuan yang menyanyikan lamento kuno.
"Itu suara ibu?" Kiko berseru.
Lula mengangguk sedih. "Dia meninggalkan jejak nadanya di sini... sebagai penjaga pertama."
Tiba-tiba—
Boom!
Sebuah tornado air muncul di depan perahu, dan di dalam pusarnya, berdiri sesosok wanita dengan gaun dari ubur-ubur.
Penjaga Gua Karang Bernyanyi
"Kau datang terlalu awal, Penjaga Nada Baru," suaranya bergetar seperti garpu tala. "Gendang Sayap hanya boleh diambil oleh yang bisa melewati Ujian Tiga Nada."
Wanita itu—Nyonya Pasang—melambaikan tangannya. Di atas air, muncul:
Sebuah gong raksasa dari gelembung.
Serangkaian lubang di ombak seperti seruling.
Tali dari rumput laut yang bergetar sendiri.
"Pilih satu, dan mainkan lagu yang bisa membuatku menangis," tantangnya.
Kiko menggigit bibir. Ia hanya punya seruling bambu—alat musik paling sederhana di antara pilihan itu.
Lula mendesis: "Jangan mainkan nada biasa... mainkan nada yang terpotong, seperti ingatan kita tentang ibu."
Nada yang Memecah Rindu
Kiko meniup seruling dengan ketidakpastian. Ia tidak mencoba nada indah—ia memainkan lagu yang terputus-putus:
Sebagian happy birthday...
Lalu melompat ke lagu nina bobo...
Kemudian pecah menjadi tangisan tanpa lirik.
Nyonya Pasang tercekat.
"Kau... kau memainkan Lagu yang Hilang," bisiknya. Air matanya—yang sebenarnya adalah butiran mutiara kecil—berjatuhan. "Lagu yang hanya dikenal oleh para Penjaga Nada yang terpisah dari anaknya..."
Dengan gemuruh, tornado air itu runtuh. Di dasar laut yang tersibak, terlihat gua dengan pintu dari karang berbentuk sayap.
Bahaya di Dalam Gua
Gua itu ternyata ruang raksasa dengan stalaktit yang bergoyang seperti genta. Di tengahnya, di atas altar dari koral merah, terbaring Gendang Sayap—gendang kecil dengan kulit membran berkilauan, dan dua sayap kupu-kupu melekat di sisinya.
Tapi saat Kiko meraihnya—
KRAAK!
Dinding gua retak. Makhluk-makhluk seperti asap hitam merayap masuk—Para Pemakan Nada! Mereka menyedut setiap suara: gemericik air, desis angin, bahkan denyut jantung Kiko seolah ingin dihisap.
"LARI!" Lula menjerit.
Kiko menyambar Gendang Sayap dan memukulnya sekali—
BREEET!
Suaranya bukan bunyi gendang biasa, tapi teriakan elang raksasa. Sayap di gendang itu hidup, mengepakkan diri, menarik Kiko dan Lula terbang keluar dari gua tepat saat seluruh struktur gua ambruk di belakang mereka.
Pengkhianatan Tak Terduga
Saat mendarat di perahu, Kiko melihat tulisan di kulit Gendang Sayap:
"Yang pertama adalah kunci, yang kedua adalah jebakan."
Lula pucat. "Ini peringatan... Suling Bulan yang akan kita cari berikutnya dijaga oleh sesuatu yang lebih berbahaya."
Di kejauhan, bayangan hitam membentuk wajah menyeringai di permukaan air.
"Kami bisa mencium nadamu, bocah kecil," bisiknya. "Dan kami lapar..."
(Bersambung...)
Kunci Plot:
Gendang Sayap memiliki kekuatan untuk memanggil angin (akan berguna saat mencari Lonceng Angin di langit nanti).
Nyonya Pasang adalah salah satu dari tujuh Penjaga Nada yang diciptakan ibu Kiko—setiap alat musik akan membawa petunjuk tentang keberadaan ibu.
Para Pemakan Nada mulai aktif karena ketidaklengkapan lagu yang dimainkan Kiko—mereka adalah manifestasi dari keheningan yang ingin melahap semua suara.
0 comments:
Posting Komentar