* MENEMBUS RUANG GAIB YANG TERSUCI DI LAPISAN CAHAYA MAHA CAHAYA *
Meneruskan
laku spiritual hingga tingkat tertinggi tidak boleh meninggalkan
syariat. Misalnya, saat saya memeluk agama Islam, untuk mencapai taraf
makrifat maka saya tidak boleh meninggalkan syariat sholat lima waktu.
Banyak orang berpendapat, bila sudah mencapai taraf spiritual yang
tinggi maka diperkenankan untuk meninggalkan syariat yang merupakan
“kulit” untuk meraih makrifat atau “isi”. Bagi saya, orang yang demikian
berarti belum mampu menghayati dan menyelami hakikat “sangkan paraning
dumadi” yang sejati.
Hidup
adalah proses belajar. Belajar menghayati semua fenomena hidup sehingga
kita akhirnya bisa meminum segarnya menjadi wakil dan utusan Tuhan di
bumi.Tubuh fisik kita terbuat dari empat anasir (air, api, udara, tanah)
dan panca skanda. Untuk mencapai pencerahan sempurn, kita (orang-orang
yang membina diri) menggunakan tubuh fisik (bagian dari diri kita yang
semu) untuk menemukan diri kita yang sejati (diri sejati/guru sejati).
Kita melahih diri kita terus menerus sehingga sifat diri sejati kita
menampakkan diri. Penekanannya adalah kata MEMBINA DIRI.
Makrifat
adalah satu momentum. Bukan kondisi yang berlangsung tetap. Meskipun
kondisi spiritual kita telah mencapi tahap ini, namun itu tidak
berlangsung tetap melainkan terjadi pada saat-saat khusus. Sementara
tubuh fisik kita harus terus dilatih untuk mencicipi saat-saat untuk
ekstasis itu. Sholat adalah bentuk meditasi (visualisasi) tertinggi
dalam Islam. Dengan sholat, diri sejati akan menampakkan diri di hadapan
kita dalam bentuk gerakan-gerakan sholat. Maka, sholat sebenarnya
adalah bentuk latihan fisik dengan metode “menggunakan jasad fisik yang
palsu untuk melatih yang asli.”
Penolakan
para spiritualis untuk sholat, karena mereka secara epistemologis salah
anggapan. Mereka beranggapan bahwa dunia ini sesungguhnya sesuatu yang
riil dan terlepas dari pengamatan kita (realisme mutlak). Padahal dunia
adalah berasal dari pikiran (idealisme) sehingga secara filsafati, tidak
akan muncul kontroversi apabila kita melakukan syariat dengan benar.
Ya,
syariat dengan tetek bengek ritualnya adalah sesuatu yang semu. Begitu
juga dengan KEBENARAN sebenarnya adalah sesuatu yang semu. Namun dengan
membayangkan bahwa hal tersebut tidak semu, maka benar-benar terjadi
bahwa hal tersebut tidak semu. Supaya hal itu menjadi efektif, maka kita
harus memiliki KEYAKINAN bahwa sholat, zakat, puasa, pergi haji dan
syariat Islam lainnya adalah suatu hal yang bernilai dan nyata. Perlu
diketahui bahwa Tuhan sebagai subyek persembahan kita sebenarnya.
memang
menginginkan agar kita menyadari obyektivitas diri kita. Bahwa kita
adalah obyek-Nya, merasa “diamati” oleh Sang Maha Subyek, sehingga
secara etis dan filosofis adalah sebuah tindakan yang benar bilakita
melaksanakan syariat untuk menyampaikan rasa hormat dan ikhlas kita
kepada Tuhan.
Maka,
dalam konteks itu akan terpetakan dua hal: OBYEK (hamba/kawulo) dan
SUBYEK (Tuhan/Gusti./Ingsun). Keduanya memiliki tujuan dan kehendak yang
berbeda. Sehingga untuk mencapai MANUNGGALING KAWULO GUSTI, tidak ada
cara lain selain harus ada KESEPAKATAN antara subyek dan obyek.
Kesepakatan itu bisa terjadi saat sang obyek harus manembah/sujud kepada
subyek karena hanya subyeklah semua ini KUN atau terjadi. Obyek ada
karena diadakan oleh Subyek. Subyek satu-satunya dasar kenyataan
sehingga ketika kita (Obyek) melakukan dan menjalankan syariat, yang
terjadi sesungguhnya yang terjadi adalah kita meluluhkan obyektivitas
kita untuk bermanunggal menjadi subyek sejati.
Menundukkan
kepala, menempelkan wajah di sajadah, menyebut nama Allah dan
membayangkan bertemu serta berkomunikasi dengan Allah, semuanya itu agar
mempunyai tujuan yang sama yaitu melatih kekuatan kemauan dan pikiran
kita. Bersujud saat sholat dengan menggunakan kekuatan pikiran secara
hakiki adalah sebuah kunci pembuka hijab mata kita agar terbuka pada
Kehadiran-Nya yang Maha Dekat di dalam ruang gaib yang tersuci di
lapisan Cahaya Maha Cahaya.
http://kspiritual.blogspot.com/2011/12/menembus-ruang-gaib-yang-tersuci-di.html
0 comments:
Posting Komentar