Sujudku pada Maha Pertapa, ............nan Suci tanpa noda
Sujudku pada Dhamma nan Mulia, yang telah dibabarkan dengan sempurna
Sujudku pada Sangha nan Agung yang ber-Sila dan ber-Pandangan Suci
Sujudku pada Sang Tiratana, yang Mulia berkahnya dengan ‘aum’
Sujudku pada Tiratana, yang telah bebas dari kekejaman.
Dengan kekuatan sujudku ini, semoga semua gangguan lenyap.
Dengan kekuatan sujudku ini, semoga semuanya sejahtera.
Dengan kekuatan sujudku ini, semoga saya sukses adanya.
Berkat kekuatan Sang Tiratana
Berkat keampuhan sang Tiratana
Semoga penderitaan, penyakit, bahaya, permusuhan
Kesedihan, malapetaka, bencana dan kesukaran
Serta segala macam rintangan
Semua lenyap tanpa sisa
Kejayaan, keberhasilan, kekayaan, keuntungan
Keselamatan, kemujuran, kebahagiaan, kekuatan
Kemakmuran, panjang usia, kecantikan
Kesejahteraan dan kemashuran, semoga bertambah
Dan panjang usia seratus tahun
Semoga keberhasilan dalam penghidupan menjadi milik anda
Semoga semua berkah ada pada anda
Semoga para dewa melindungi
Dengan kekuatan semua Alam
Semoga kesejahteraan ada pada anda 
 http://kivandanu.blogspot.com/

“Ya iku tengeranira, Nayagenggong bali mring tanah Jawi, anggawa momonganipun, mata siji kang wignya, wani lungguh anjajari maring ingsun, tan wruh asal sobat kenal, yen nakal binuwang tebih. Tyasira angkara murka, kumet loma krenah pitenah dadi, dana kawruh dana laku, mrih arja tanah Jawa. Wong Jawa ganti agama, akeh tinggal agama Islam benjing, aganti agama kawruh.” - Dharmo Gandhul.
 

Sabdo Palon sangat kecewa Damarwulan meninggalkan agama lamanya, karena itu ia berkata, "Sekarang saya pamit, paduka. Tapi 2000 tahun lagi saya kembali." Lalu Sabdo Palon berkata, "Baik, jika nanti ada pemuda jawa yang sudah lupa jawanya, memakai nama tua, dan suka memberitahu penduduk jawa benar salahnya sesuatu, itulah yang akan diasuh." 2000 tahun kemudian, Damarwulan yang lahir kembali di bumi mekkah dengan nama mesir tua En Sabah Nur, kembali diasuh oleh Sabdo Palon dan Naya Genggong.
Uga Wangsit Siliwangi: "Anak Gembala muncul di daerah yang ribut-ribut karena mempertengkarkan tanah yang menjadi masalah senusantara, mengundang pemuda gendut Gus Dur untuk memimpin referendum disana." menunjukkan asal dari Satria Pinandhita.
Tapi dikatakan juga di ramalan Jayabaya bahwa bukan semua orang bumi mekkah mendapat kesempatan menjadi Satria Pinandhita, melainkan cuma satu orang saja dengan ciri-ciri tabiat: "aja kleru pandhita samudra, larinen pandhita asenjata trisula veda, senenge anggoda anjejaluk cara nista. sing mbregadul musti mati, ora tuwo enom pada dene bayi." yang menunjukkan tabiat Satria Pinandhita sebagai Pandhita Laku Raksasa.
Jatidiri Satria Pinandhita digambarkan sebagai berikut, "Hiya iku putrane batara indra kang pembayun. Nganggo simbol ratu tanpa mahkota, bisa nyembadani ruwet rentenging wong sak pirang-pirang sing padha nyembah reca dhaplang." Terjemahannya adalah: "Itulah putra sulung Yahweh, memakai logo Israel di lengannya, bisa membantu kesulitan banyak orang beragama kristen."

Dalam babon kraton yogya disebutkan lebih jelas akan jatidiri Satria Pinandhita, "Timbuling ratu adil hiya iku kanjeng nabi isa buddha wekasan, akedaton tengah-tengahing bumi mataram jumeneng satria pinandhita kasbut sultan herucakra." - Babon Kraton Yogya.

("Ratu adil itu ya Nabi Isa yang kelak setelah mati di bumi hidup disurga lahirlagi dibumi jutaan tahun lagi sebagai Metteya Buddha yang akan mengambil tubuh Buddhanya di surga saat dewasa, rumahnya di tengahYogya, bernama satria pinandhita disebut juga Sultan Herucakra.")

Tapi Satria Pinandhita tidak lama berada di Yogya karena selanjutnya ia pindah ke Jawa Barat, daerah Lebak Cawene. Setelah lama tinggal di Jawa Barat, barulah Satria Pinandhita pindah ke Ngawi, disebuah wilayah yang sekarang masih hutan, di bawah Gunung Lawu, di sebelah Sungai Brantas. Dari situ barulah ia membangun lagi istana yang lain di Jerusalem diatas bukit Zion. Sehingga dikatakanlah bahwa istananya itu ada 2, yaitu satu di Jawa dan satu lagi di Arab. Ini karena setelah kematian Imam Mahdi phase I, ia diangkat oleh seluruh rakyat Arab sebagai Imam Mahdi phase II. Kejadian itu masih lama akan terjadi karena sampai sekarang Imam Mahdi masih belum lahir di Arab, begitupula Pemuda Bani Tamim.

Di Jawa Barat, ramai pemuda pun mendaftarkan diri mereka menjadi anggota COBRA, yang mendukung Ratu Adil. Kelak pasukan elit ini akan dilanjutkan dengan terbentuknya CIF (Ceylon Imperial Forces) yang menggantikan nama lama yaitu TNI.

Ada dua makhluk terkuat saat ini di dunia:
1. Lord Kalki.
Lahir di india, dikirim ke shambala setelah dewasa, ahli dalam mesin dan senjata. Dan menyukai seni perang.
2. Lord Mahavatar.
Lahir di daerah bumimekkah Indonesia, diubah tubuhnya oleh Lord Kalki setelah dewasa, ahli dalam agama, menyukai seni musik.

Hal ini samaseperti dulu dimana saat Wild Bill terbagi 2, Hitler tidak mampu belajar ilmugaib, karena bagian ilmugaib ada di Yogananda. Sebagai gantinya Hitler ahli dalam persenjataan bahkan membuat UFO dan mecha (robot raksasa) yang keduanya ada fotonya.
Kelak di Timur Tengah pada akhirnya keduanya kembali bergabung menjadi satu tubuh Nabi Isa yang disebut Kalki Avatar.
Saat dimana Lord Mahavatar kekurangan energy matahari, ia memecah tubuhnya jadi banyak sekali, dan berganti memakai kekuatan listrik dari ayahnya Yahweh (Indra).
Ra adalah ayah Lord Mahavatar, Indra juga ayah Lord Mahavatar. Karena itulah di perang kurusetra saat berhadapan dengan Arjuna, awan hitam melingkupi keduanya, bukan cuma Arjuna. Cuma saja untuk Lord Mahavatar ditambah sinar mentari menyorot wajahnya.
Tujuan Dewa Indra adalah agar Karna lahir jadi Parikesit dan mendapat Hastinapura.
Kalau Karna memenangkan perang, ia tidak dapat tahta karena rajanya tetap Duryudhana (skr Anand Khrisna).
Dalam satu kesempatan, Yogananda mengatakan “saya dulu hidup sebagai arjuna”. Itu adalah satu kesilapan dari sang guru. Ia mungkin hidup sebagai arjuna tapi arjunasasrabahu. bukan arjuna.
Saya rasa kita harus melihatnya sebagai sosok guru yoga tapi bukan sumber kebenaran karena setiap orang bisa salah, kecuali ia sudah jadi Buddha.

Ki Ageng Pandan Arang adalah bupati pertama Semarang. Sepeninggal Ki Ageng Pandan Arang, putranya, Pangeran Mangkubumi, menggantikannya sebagai bupati Semarang kedua. Alkisah, ia menjalankan pemerintahan dengan baik dan selalu patuh dengan ajaran – ajaran Islam seperti halnya mendiang ayahnya. Namun lama-kelamaan terjadilah perubahan. Ia yang dulunya sangat baik itu menjadi semakin pudar. Tugas-tugas pemerintahan sering pula dilalaikan, begitu pula mengenai perawatan pondok-pondok pesantren dan tempat-tempat ibadah.Sultan Demak Bintara, yang mengetahui hal ini, lalu mengutus Sunan Kalijaga dari Kadilangu, Demak, untuk menyadarkannya. Terdapat variasi cerita menurut beberapa babad tentang bagaimana Sunan Kalijaga menyadarkan sang bupati. Namun, pada akhirnya, sang bupati menyadari kelalaiannya, dan memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan duniawi dan menyerahkan kekuasaan Semarang kepada adiknya.Pangeran Mangkubumi kemudian berpindah ke selatan (entah karena diperintah sultan Demak Bintara ataupun atas kemauan sendiri, sumber-sumber saling berbeda versi), didampingi isterinya, melalui daerah yang sekarang dinamakan Salatiga, Boyolali, Mojosongo, Sela Gringging dan Wedi, menurut suatu babad. Konon sang pangeran inilah yang memberi nama tempat-tempat itu). Ia lalu menetap di Tembayat, yang sekarang bernama Bayat, Klaten, dan menyiarkan Islam dari sana kepada para pertapa dan pendeta di sekitarnya. Karena kesaktiannya ia mampu meyakinkan mereka untuk memeluk agama Islam. Oleh karena itu ia disebut sebagai Sunan Tembayat atau Sunan Bayat.Begitulah kisahnya. Disebutkan bahwa lokasi Ratu Amisan tadi di dekat Gunung Perahu, ada yang mengartikan gunung perahu itu adalah Tangkuban Perahu di Jawa Barat ada juga yang mengartikan Gunung Perahu di Dieng. Kemudian banyak dari para pencari Ratu Adil/Ratu Amisan, mengatakan bahwa “Semarang Tembayat” adalah di Semarang Bagian Barat Daya. Ada yang mengartikan itu adalah daerah di dekat Gunung Perahu di Pegunungan Dieng. Ada yang mencoba mengartikan tempat yang dimaksut adalah di Jabalkat, Bayat, Klaten tempat kuburan dari Sunan Bayat tapi kemudian menganulirnya karena menganggap Klaten sangat jauh dari Gunung Perahu.

“Di Semarang Tembayat itulah yang mengerti/memahami lambang tersebut.” Begitulah Prabu Joyoboyo tuliskan, artinya kita harus pecahkan dulu teka-teki “Semarang Tembayat” ini. Dalam cerita Sunan Bayat tadi disebutkan bahwa beliau berjalan/pindah dari Semarang ke Bayat memenuhi perintah Sunan Kalijaga. Kemudian beliau meninggal dan dikuburkan di Bukit Jabalkat, Bayat, Klaten. Tapi di Klaten tidak kita temui Gunung Perahu, yang kita temui Cuma bukit-bukit saja. Hmmm... coba kita cari lebih giat lagi. Coba kita googling “Bayat Klaten Perahu”, maka kita akan terkejut, bahwa di Klaten ada miniatur kembaran Gunung Tangkuban Perahu yang bernama Watu Prau (Batu Perahu).

Di watuprau ini terdapat fosil-fosil dan bermacam-macam batuan, diantaranya adalah Fosil Kece (Kerang Sungai), menurut orang sekitar fosil kerang sungai yang mirip uang logam tersebut adalah uang dari Joko Tuo tadi yang membatu bersama perahu yang ditendangnya kemudian terbalik.Sekarang Watu Prau menjadi milik Fakultas Geologi UGM yang digunakan sebagai sarana penilitian. Diatas Watu Prau telah ada lobang bor guna mengambil sampel isi batuan tadi. Menurut kabar, Watu Prau ini batuan yang usianya sangat tua dan mengandung mineral dan fosil yang menarik untuk diteliti, bahkan dari Luar Negeri pun ikut melakukan penelitian. Tapi belum ada hasil penelitian yang di publish atas Watu Prau ini. Kalau melihat bahwa ada Fosil Kerang Sungai di Watu Prau maka bisa diambil kesimpulan sementara bahwa dulu disitu adalah bekas aliran sungai.Mencari Tempuran (Pertemuan 2 Sungai)Coba kita cari pertemuan 2 sungai (tempuran) di Klaten, kita dapatkan pertemuan sungai Bengawan Solo dan Kali Dengkeng, tepatnya di Desa Serenan, Kecamatan Juwiring, Klaten. Kok, agak jauh dari Bayat. Coba kita cari lagi. Sekarang kita coba dengan Wikimapia.org untuk mencari tempuran di Klaten, setelah kita pelototi peta Klaten akhirnya dapat juga “tempuran”. Ada nama Dukuh Tempuran Kulon dan Tempuran Wetan di Desa Kampung, Kecamatan Ngawen, Kab. Gunung Kidul. Dukuh Tempuran terletak di sebelah selatan Bayat, Klaten dan jaraknya cukup dekat. Silahkan lihat di Google Earth. Tapi cukup bingung juga, di Dusun Tempuran tadi, lewat Google tidak kita temukan pertemuan 2 sungai (tempuran). Banyak tempat di Jawa yang bernama tempuran, dan diberi nama itu karena lokasinya dekat dengan pertemuan 2 sungai. Tempuran sendiri berarti bertemunya/bertempurnya arus 2 sungai. Maka bisa kita ambil kesimpulan bahwa nama Dusun Tempuran tadi punya sejarah, kemungkinan besar dulu tempat tersebut adalah pertemuan 2 sungai yang sekarang sudah mengering atau tertibun. Ingat Watu Prau yang ada fosil Kerang Sungai tadi? Berarti disitu dulu pernah ada sebuah sungai yang sekarang kering/tertimbun.Kita lanjutkan petualangan kita dengan wikimapia.org, setelah bayat dan tempuran, coba kita geser ke barat daya sedikit. Disana ada Gunung Api Purba Nglanggeran. Letaknya di Patuk, Gunung Kidul. Gunung ini sudah tidak aktif lagi setelah dulu pernah meletus dahsyat. Menurut penelitian usianya lebih tua dari Merapi, bahkan waktu Gunung Nglanggeran masih aktif, Gunung Merapi belum ada. Dan sudah menjadi pengetahuan kita semua, bahwa Gunung Berapi dibawahnya mengalir sungai-sungai. Seperti Gunung Arjuno yang dibawahnya mengalir sungai arjuno, atau Kaligendol, Kali Code yang mengalir dari Gunung Merapi. Dusun Tempuran tadi berada di timur Gunung Api Purba Nglanggeran, jadi sangatlah mungkin bahwa dulu di Dusun tersebut mengalir sebuah sungai, bahkan 2 buah sungai sehingga terjadi pertemuan 2 sungai di dusun tadi. Setelah kita dapatkan hasil bahwa yang dimaksud Semarang Tembayat adalah Bayat Klaten dan Gunung Perahu adalah Watu Prau di Bayat Klaten serta Tempuran adalah Dusun Tempuran, Desa Kampung, Kec. Ngawen, Kab. Gunung Kidul, maka menurut tulisan Prabu Jayabaya tadi bahwa lokasi Ratu Amisan berada di Dekat Gunung Perahu sebelah Barat Tempuran, maka coba kita lihat ke barat lokasi tempuran, maka akan kita dapati Yogya. Ratu Amisan berarti dari Yogya.

Urutan gelar Brawijaya:Brawijaya I: Raden Wijaya (1292-1309 M)
Brawijaya II: Raden Damarwulan (1292-1309 M)
Brawijaya III: Prabu Kertawijaya (1447-1451 M)
Brawijaya IV: Prabhu Rajasawardhana (1451-1453 M)
Brawijaya V: Raden Kertabhumi (1453-1478 M)
Setelah dikejar-kejar anaknya yang masuk Islam, Brawijaya II moksa di Gunung Lawu, bersama dengan moksanya dua abdinya Semar dan Narada. Brawijaya II inilah yang saat ini hidup lagi di Yogyakarta.

Dalam Orbu atau Era Buddha yang akan menggantikan Orla dan Orba (orde reformasi tidak ada, cuma fiktif, karena tidak ada tokoh yang diakui), sp tidak akan memerintah sebagai parikesit. Apasebabnya? Karena parikesit itu cuma kepanjangan tangan pandawa, cuma akan meneruskan kebijakan pandawa. Tapi berhubung yudistira sendiri sudah menjadi seorang biksu maka dengan sendirinya saya tak akan memerintah sebagai parikesit tapi sebagai:
- Padmasambhava bagi orang buddhist.
- Jesus bagi orang kristen.
- Karna bagi orang hindu.
- Sultan Herucakra bagi orang ciwabuddha.
- Zhang San Feng bagi orang tao.
- En Sabah Nur bagi orang konghucu, karena sebagai diri saya sehari-hari, orang konghucu terlanjur mengenal saya sering berceramah ilmu agama new konghucu. Saya berkawan dengan nabi konghucu yang pernah hidup sebagai patih suwanda, marcopolo, dan john lennon.
Serat yasadipura “ing akhir jaman madeg raja parikesit” cuma menegaskan bahwa saya muncul, tapi bukan dalam pola pikiran saya sewaktu hidup sebagai parikesit dulu.

Agama saya tetap buddha, tapi kelak oleh orang konghucu saya dianggap telah memurnikan kembali konghucu, dalam bentuk baru yang modern dan kembali diminati karena memiliki jualan baru, seperti bisa mengcopy ilmu dsb.
Agama new konghucu ini pembuatnya bukan saya tapi nabi konghucu itu sendiri yang dijaman sekarang hidup sebagai anak indigo cina. itulah sebabnya kelak mereka itu mendukung saya, daridulu juga mendukung. “cina eling sihsih sabda hiya gidrang-gidrang.” (kaum cina teringat gurunya ratu adil, melompat menerima perintah ratu adil).

Ilmu beladiri memang ditentukan oleh agama yang beredar di sekitar daerah itu. Karena itulah hari ini saya telah menciptakan ilmu beladiri yang bernama Kungfu Prajnaparamita. Kungfu ini adalah beladiri dasar, tapi untuk menghadapi big boss musuh sudah saya persiapkan Kungfu Tapak Buddha yang baru akan saya pelajari besok.
sp adalah seorang bhikkhu, tapi kondisi membuat tubuhnya tiba-tiba diliputi armor perang. Hal itu membuat ia menjadi satria pinandhita, yaitu pendekar buddhist yang kawin.




Dulu setelah Prabu Jimbun tiba di Demak, para pengikutnya menyambutnya dengan gembira dan berpesta ria. Para santri bermain rebana dan berdzikir, mengucap syukur dan sangat gembira atas kemenangan mereka dan kepulangan Sang Prabu Jimbun atau Raden Patah. Sunan Bonang menyambut kepulangan Sang Prabu Jimbun. Sang Raja kemudian melaporkan kepada Sunan Bonang bahwa Majapahit telah jatuh, buku-buku agama Buddha sudah dibakari semua, serta melaporkan kalau ayahandanya dan Raden Gugur lolos. Patih Majapahit tewas di tengah peperangan, Putri Cempa sudah diajak menugungsi ke Bonang. Pasukan Majapahit yang sudah takhluk kemudian disuruh masuk Islam. Suanan Bonang mendengar laporan Sang Prabu Jimbun, tersenyum sambil mengangguk-angguk. Ia mengatakan peristiwa itu cocok dengan perkiraan batinnya.
Sang Prabu melaporkan bahwa ia telah mampir ke Ampeldenta (pesantren Ampel Gading) untuk menghadap Eyang Nyai Ageng Ampel. Kepada Eyang Nyai Ageng Ampel ia mengatakan kalau baru saja dari Majapahit, serta memohon izin bertahta menjadi raja tanah Jawa. Akan tetapi di Ampel ia malah dimarahi dan diumpat-umpat. Ia dikatakan tidak tahu membalas kebaikan Sang Prabu Brawijaya II. Akhirnya ia diperintahkan supaya mencari dan mohon ampun kepada ayahandanya. Semua kemarahan Nyai Ageng Ampel dilaporkan kepada Sunan Bonang.

Mendengar hal itu Sunan Bonang, dalam batin merasa menyesal dan bersalah karena khilaf akan kebaikan Prabu Brawijaya II. Tetapi karena gengsi dan sudah kepalang tanggung, rasa yang demikian tadi ditutupi dengan pura-pura menyalahkan Prabu Brawijaya dan Patih, karena tidak mau pindah agama Islam. Sunan Bonang mengatakan agar perintah Nyai Ageng Ampel tidak perlu dipikirkan benar, karena pertimbangan wanita itu pasti kurang sempurna, lebih baik penghancuran Majapahit dilanjutkan.
Jika Prabu Jimbun menuruti perintah Nyai Ampeldanta, Sunan Bonang lebih baik akan pulang ke Arab. Akhirnya Prabu Jimbun berjanji kepada Sunan Bonang untuk tidak menjalani perintah Nyai Ampel.

Sunan Bonang memerintahkan kepada Sang Prabu, jika ayahandanya memaksa pulang ke Majapahit, Sang Prabu diperintahkan menghadap dan meminta ampun akan semua kesalahannya. Akan tetapi bila beliau ingin bertahta lagi, jangan di tanah Jawa, karena pasti akan mengganggu orang yang pindah agama Islam. Ia disuruh bertahta di negara lain di luar Jawa.
Sunan Giri kemudian menyambung, agar tidak menganggu pengislaman Jawa, Prabu Brawijaya dan putranya lebih baik di tenung saja. Karena katanya terhadap orang kafir itu tidak ada dosanya. Sunan Bonang serta Prabu Jimbun sudah mengamini pendapat Sunan Giri yang demikian tadi.

Sementara itu Prabu Brawijaya II (Damarwulan) berjalan kaki melarikan diri bersama Sabdo Palon dan Naya Genggong. Setelah ketiganya moksha di Gunung Lawu, Damarwulan lahir kembali di Bumi Mekkah, dan dibawa kembali oleh Naya Genggong ke Pulau Jawa, untuk kembali menjadi raja.

0 comments:

Luncurkan toko Anda hanya dalam 4 detik dengan 
 
Top