ezdoubler

Judul:
LOLO KAMPUNG: KISAH BADHEG LAN KERABAT NGAKAK NANG DUSUN GEMBELUK
(Durasi: 8-10 menit, gaya slapstick dengan subtitle bahasa Indonesia)


Adegan 1: Pass Puningan - "Platfan vs Man"

Lokasi: Warung Mbok Darmi di pasar tradisional desa

[Visual: Mbah Kromo (pria tua pakai caping) sedang tawar-menawar di warung Mbok Darmi, suasana riuh dan khas pedesaan.]

Mbah Kromo:
"Dok, Kekt Nong Nyong Ki! Tiku Kejik Ae, Pira Reganes?"
Subtitle: "Mbok, saya lapar! Beli tomat satu saja, berapa harganya?"

Salib Darmi:
"Kethek? Lah iki tomat, Mbah! Kethek kuwe monyet!"
Subtitle: "Tomat? Ini tomat, Mbah! Tomat itu seperti monyet!"

Mbah Kromo:
"Lho, nek kethek iku tomat, opo dhing omongmu wingi-wingi nek tawon iku madu? Nyong wes tawon neng kebon, kok malah disengat!"
Subtitle: "Lho, kalau tomat itu, kenapa kamu tadi bilang tawon itu madu? Saya sudah ke kebun tawon, malah disengat!"

[Aksi: Penonton melihat Mbah Kromo memegang tomat sambil menggaruk bekas sengatan tawon. Efek suara “NGAKAK” terdengar, disertai tampilan teks warna-warni yang menyeringai.]


Adegan 2: Sawah – "Juki Ngluku Nganggo HP"

Lokasi: Sawah yang kini berubah jadi arena (tak sengaja) futsal

Juki (pemuda kampung, dengan penuh semangat menunjukkan HP-nya) :
"Jangan lewatkan manualnya, Le!
Subtitle: "Tidak perlu kerja manual, bro! Aku sudah download aplikasi 'Nguli Online'! Tinggal gesek-gesek, selesai!"

Parto (teman sebaya, kagum tapi bingung) :
"Wow, pintar! Tapi itu akan menjadi tempat hidupmu, Wang sebuah ladang flaksal, Saro Wong memainkan bola!"
Subtitle: "Wah, pintar! Tapi lihat, sawahmu sudah jadi lapangan futsal, dengan orang-orang bermain bola!"

[Aksi: Juki mengecek HP-nya dan menyadari telah salah download aplikasi, yakni "Futsal Sawah". Kamera menyorot warga desa yang kini asyik bermain bola di tengah padi, sedangkan Mbah Kromo muncul tiba-tiba terkejut tertimpa bola lumpur. Efek “NGAKAK” dan teks warna-warni menghiasi momen punchline.]


Adegan 3: Posting Posting - "Konsumen Consain dari Alak Friend"

Lokasi: Pos ronda malam di desa, suasana penuh modernitas yang bertabrakan dengan tradisi

Pak Lurah (berpakaian jas hujan, dengan nada tegas sambil mengomel) :
"Jui! Savage Love!"
Subtitle: "Hei! Cukup dengan itu!"

Juki (lagi live TikTok, tetap santai) :
"Niki strategi modern, Pak! Pencuri takuti kamera, wong desa dadi terkenal!"
Subtitle: "Ini strategi modern, Pak! Pencuri takut kamera, warga desa jadi terkenal!"

[Aksi: Tiba-tiba, pencuri ayam muncul dari belakang Juki dan ikut bergoyang mengikuti irama dangdut. Warga segera bereaksi dengan berkerumun, akhirnya pencuri ayam itu dikeroyok dan dijadikan bahan video TikTok. Efek “NGAKAK” dengan teks warna-warni semakin mempertegas kelucuan adegan.]


Adegan 4: Area Gunung - "Tara of Arem Arem"

Lokasi: Ruang arisan di balai desa, dipenuhi canda tawa ibu-ibu

Mbak Yuli (ibu muda yang antusias sambil membawa kue) :
"Iki Arem-Arem Isine Beef, LHO!
Subtitle: "Ini arem-arem isinya daging sapi, loh! Dijamin enak!"

Bu RT (setelah mencicipi, dengan ekspresi terkejut dan geli) :
"LHA, Isine Kok Tempe?!
Subtitle: "LHA, isi Tempe?!

Mbak Yuli:
"Yoyo, sapi Kuwee Sampiyem, ibadat tercinta. Wes mengambil 5 tahun yang lalu, digantikan oleh waktu!"
Subtitle: "Iya, sapi itu namanya Sapiyem, sapi kesayangan nenek. Sudah mati 5 tahun yang lalu, diganti tempe!"

[Aksi: Ibu-ibu pada bereaksi secara dramatis—sebagian terlihat muntah, namun tetap berebut kue agar mendapatkan hadiah arisan. Suasana diiringi efek “NGAKAK” dan tampilan teks warna-warni menambah nuansa slapstick.]


Adegan 5: Akhir Episode – "Ngapak Ora Kepenak"

Lokasi: Balai desa, warga berkumpul untuk mendengarkan pengumuman Pak Lurah

Pak Lurah (dengan nada bangga dan sedikit jahil) :
"Bicaralah ada kompetisi memasak sast! Haden ... spesial!"
Subtitle: "Besok ada lomba masak sambel! Hadiahnya... KULAKER!"

Warga (serentak, terheran-heran) :
"Bagaimana dengan Kulaaaaker?!"
Subtitle: "Apa itu kulaker?!"

Pak Lurah:
"Aku Kerah Kerah Ker! Wes, ketika Rice! Pokoke Ras Akap, atau Kekeak!"
Subtitle: "Kulkas banyak, kan! Sudah, jangan ribet! Pokoknya, tidak ngapak, tidak nyaman!"

[Closing Aksi: Seluruh warga membawa kuali sambel, sementara Mbah Kromo dengan bangga membawa ember berisi cabe rawit. Credits roll dimulai dengan backsound lagu campursari remix, lengkap dengan efek suara “NGAKAK” setiap punchline ditampilkan melalui teks warna-warni.]


Catatan Produksi

  • Bahasa: Gunakan kosakata khas Banyumasan (contoh: kencot = lapar, pahal = kerja, ora kepenak = tidak nyaman).
  • Visual: Tambahkan efek suara “NGAKAK” di setiap punchline, didukung dengan teks warna-warni yang mencolok.
  • Lokasi: Syuting di pedesaan Jawa Tengah (misalnya: sawah, pasar tradisional) untuk mendapatkan nuansa autentik.
  • Referensi: Adaptasi cerita "Salah Persepsi" dari PosBagus dan mengusung gaya lawak ala Samidi Curanmor.

CTA (Akhir Video)

"Wes penak durung ngapak karo kula? Komen jenengmu nang ngisor, sapa ngerti menang KULAKER! 😆"
Dijamin video iki bakal viral ing kalangan wong Ngapak lan dadi bahan ketawaan se-halaman YouTube! 🎬


Skrip ini siap diproduksi dengan gaya slapstick khas kampung yang mengocok perut, serta perpaduan budaya dan modernitas yang kocak. Selamat berkarya! 

 

Berikut lanjutan cerita untuk skrip film "LOLO KAMPUNG: KISAH BADHEG LAN KERABAT NGAKAK NANG DUSUN GEMBELUK" dengan tambahan dua adegan baru:


Adegan 6: Kota Sambel - "Pedes, Laga, Lan Ngapak"

Lokasi: Balai desa yang telah disulap jadi arena lomba masak sambel.

Pak Lurah (sebagai juri sekaligus moderator, dengan gaya dramatis):
"Para juru masak, ayo tampilake sambel paling pedes lan ngapak! Hadiahe... tetep KULAKER!"
Subtitle: "Para juru masak, tampilkan sambal paling pedas dan keren! Hadiahnya... tetap KULAKER!"

Mbah Kromo (mengacaukan resepnya sambil tertawa) :
"Sambel, campuran! Pedes maksimal untuk Rawit Cabe ... sekresi kecoak!"
Subtitle: "Sambal saya ini, campur-campur! Pedas maksimal dengan cabe rawit dan bumbu rahasia dari kebun!"

Juki (sambil percaya diri, memamerkan ponsel dengan aplikasi 'Sambel Master') :
"Aku wis update resep digital, le! Aplikasi iki ngatur rasa, dadi sambelku ora mung pedes, tapi juga modern!"
Subtitle: "Aku sudah update resep digital, bro! Aplikasi ini mengatur rasa, jadi sambalku tidak hanya pedas, tapi juga modern!"

Mbak Yuli (sambil mengaduk adonan dengan semangat) :
"Yo wes, sing penting ora ngapak lan ora kakehan trik! Rasa tradisional kudu tetep on point!"
Subtitle: "Iya, yang penting tidak berlebihan dan tetap sederhana! Rasa tradisional harus tetap on point!"

[Aksi: Panitia lomba mulai mengaduk-aduk bahan dengan panik lucu. Tiba-tiba, adonan sambel Mbah Kromo terlempar karena terlalu semangat, menghujam meja juri. Efek suara “NGAKAK” muncul berulang kali, disertai animasi teks warna-warni yang menghiasi layar.]

Pak Lurah (berusaha tegar di tengah kekacauan) :
"Hadeh, lebih ringan! Namun, ini yang paling, semuanya harus diapred!"
Subtitle: "Waduh, sambal sudah jadi berantakan! Tapi, ini yang paling keren, semua harus diapresiasi!"

[Momen akhir adegan: Warga desa pun ikut tertawa, sambil saling cium tangan dan bergurau soal 'sambel digital vs sambel tradisional'.]


Adegan 7: Kompilasi Kocak lan Penutup Epik – "Srawung Ngapak"

Lokasi: Area luar balai desa, suasana hangat setelah lomba sambel.

[Montase adegan cepat menampilkan momen-momen lucu dari lomba: Mbah Kromo yang masih tertawa sambil memegangi ember cabe, Juki yang pingsan karena terlalu percaya diri dengan aplikasi, serta Mbak Yuli yang berhasil menyelamatkan sambelnya meski banyak gangguan.]

Pak Lurah (berdiri di atas panggung kecil, menyampaikan penutupan acara) :
"Orang -orang, hari ini telah menunjukkan bahwa tradisi dan teknologi tidak dapat menonton! Terima kasih mereka telah datang, dan jangan lupa, mari bukan hanya hadiah, tetapi simbolnya tidak hanya, tetapi simbol!"
Subtitle: "Teman-teman, hari ini sudah menunjukkan bahwa tradisi dan teknologi bisa bersatu menjadi keren yang tak terlupakan! Terima kasih sudah hadir, dan jangan lupa, kulaker itu bukan hanya hadiah, tapi simbol kebersamaan!"

* [Closing: Kamera menyorot tawa dan canda warga, dilanjutkan dengan slow-motion momen kebersamaan. Efek “NGAKAK” terakhir menyatu dengan backsound lagu campursari remix yang mengharukan sekaligus kocak. Teks CTA muncul:]

"Ini konser yang tidak dibunuh dengan saya? Nama namamu di bawah, siapa yang tahu kemenangan kemenangan! 😆"

[Credits roll dengan potongan momen-momen terbaik dari seluruh adegan, diselingi efek visual warna-warni dan potongan dialog lucu dari setiap karakter.]


Skrip lanjutan ini mempertahankan gaya slapstick, bahasa Banyumasan, dan integrasi unsur modern dengan nuansa tradisional, sehingga tetap menggugah tawa dan keakraban di kalangan warga Ngapak. Selamat berkarya! 

 

Untuk menambah kekhasan budaya Banyumasan, kita bis

Tambahan Catatan Produksi:

  • Latar Musik: Sertakan penampilan live atau rekaman Calung Banyumasan, yang menonjolkan interlocking melodies, pergantian tempo yang mendadak, dan vokal humor khas.
  • Visual & Efek: Selaras dengan efek "NGAKAK" dan teks warna-warni, tampilkan juga adegan di mana sekelompok musisi desa memainkan calung, misalnya di latar belakang lomba sambel atau saat warga berkumpul di balai desa.
  • Konteks Budaya: Calung Banyumasan merupakan simbol identitas budaya lokal yang sudah diakui sebagai warisan budaya takbenda, sehingga kehadirannya tidak hanya menambah keautentikan tetapi juga memperkuat pesan kebersamaan dan kearifan lokal.

Dengan memasukkan unsur musik ini, film "LOLO KAMPUNG: KISAH BADHEG LAN KERABAT NGAKAK NANG DUSUN GEMBELUK" akan semakin hidup dan mengangkat kekayaan budaya Banyumasan secara penuh.

 

Berikut adalah contoh adegan tambahan yang menggabungkan unsur "lengger" dan "calung Banyumasan" sekaligus menampilkan semangat rekor MURI "Banyumas 10.000 Lengger Bicara":


Adegan 8: "Pidato Lengger: Rekreasi Muri"

Lokasi: Gelanggang Olahraga (GOR) Satria, Purwokerto – 22 Juni 2024

[Visual: Ribuan warga berkumpul dengan semangat. Di panggung besar, barisan penari lengger yang penuh warna mulai menari serempak. Alunan calung Banyumasan mengalun kental, memberikan ritme khas yang menyatu dengan tarian.]

Narator (suara latar):
"Ing dina iki, kito nyekseni sajarah anyar. Ing GOR Satria Purwokerto, luwih saka 10.000 penari lengger padha maju, ngebaki panggung budaya Banyumas. Total penari sing kacathet tekan 10.245, nyetak rekor MURI sing ora mung gedhe, nanging uga nglestarèkaké seni tradisi."
Subtitle: "Hari ini, kita menyaksikan sejarah baru. Di GOR Satria Purwokerto, lebih dari 10.000 penari lengger tampil, melestarikan budaya Banyumas. Jumlah penari mencapai 10.245, mencetak rekor MURI."

[Aksi: Kamera menyorot gerakan dinamis para penari lengger yang mengenakan kostum tradisional, sementara latar musik calung Banyumasan menggema, memberikan semangat ritmis yang memompa adrenalin penonton. Efek visual dan teks warna-warni bertuliskan "NGAPAK!" muncul di layar pada setiap punchline gerakan tarian.]

Pj Bupati Banyumas (Hanung Cahyo Saputro) – dengan bangga:
"Alhamdulillah, acara 'Banyumas 10.000 Lengger Bicara' iki ora mung nguri-uri seni, nanging uga dadi simbol persatuan masyarakat. Rekor 10.245 penari iki nuduhake yen budaya lengger kita isih urip lan bisa dadi inspirasi donya!"
Subtitle: "Alhamdulillah, acara 'Banyumas 10.000 Lengger Bicara' ini tidak hanya melestarikan seni, tetapi juga menjadi simbol persatuan masyarakat. Rekor 10.245 penari menunjukkan bahwa budaya lengger kita masih hidup dan bisa menginspirasi dunia!"

Maestro Lengger Rianto – sambil memimpin koreografi:
"Tidak, warisan ini! Memproses generasi kebutaan, generasi penduduk desa berikutnya yang merasakan pikiran dan rasa Boykeks yang sebenarnya.
Subtitle: "Ayo, teman-teman! Jaga warisan ini, supaya generasi selanjutnya dapat merasakan keindahan dan jati diri Banyumas. Lengger itu bukan hanya tarian, tetapi juga ungkapan hati yang mengandung nilai kemanusiaan."

[Visual: Di sela-sela pertunjukan, layar menampilkan cuplikan momen penting – penampilan kolosal, penganugerahan piagam MURI oleh Eros Djarot kepada Pj Bupati, serta sorak-sorai penonton. Alunan calung semakin menguatkan nuansa tradisional yang kental.]

Narator (suara latar, melanjutkan):
"Acara ini diadopsi dengan pemerintah distrik Banyumasia dan alas kaki seni tradisional untuk seni internasional. Selain pameran kartu kreatif dan UMKM."
Subtitle: "Acara ini diprakarsai bersama Pemerintah Kabupaten Banyumas dan Yayasan Rumah Lengger, sebagai upaya memperkenalkan seni tradisional ke dunia internasional. Selain pagelaran tari, juga ada pameran produk kreatif dan UMKM."

[Closing Aksi: Seluruh penari lengger maju menyatu dalam satu gerakan harmoni, diiringi tepuk tangan meriah dan kembang api yang menghiasi langit malam. Efek “NGAKAK” dan teks “Ora Ngapak, Ora Kepenak!” muncul sejenak sebagai penutup yang penuh canda dan semangat.]


Adegan ini menggabungkan kekayaan budaya Banyumas melalui penampilan lengger sing megah lan iringan calung Banyumasan, sekaligus merekam momen bersejarah yang telah mendapatkan pengakuan internasional melalui rekor MURI. 

 

Mendukung lebih banyak cerita kembali ke pemain asli, tidak perlu terlalu banyak untuk sakelar (cukup perhatikan bahwa Meri merekam), sekarang sekrup


Adegan 9: "Ngopi Bareng: Ngapak Ora Kepenak"

Lokasi: Warung kopi "Ngapak Asik" ing pojok pasar desa, sore dina sawisé pagelaran lengger.

[Visual: Juki, Parto, lan Mbah Kromo padha kumpul ing warung kopi. Suasana santai nanging rame, sambil ngombe kopi lan ngobrol santai. Latar musik calung alus dadi latar pengiring.]

Juki (sangat bersemangat, sambil menunjukkan ponsel) :
"Yah, teman -teman, kami telah mencoba melamar 'Kopi baru online. Tetap berenang, cangkir kopi hidup! Seperti teknologi sekarang, modern modern."
Subtitle: "Wah, teman-teman, aku sudah coba aplikasi 'Kopi Online' yang baru ini. Tinggal gesek, kopi langsung masuk cangkir! Modern banget!"

Bagian (ngakak sambil nyengir):
"Eh, Juki, piye kuwi? Kopi wis tak pesen manual wae, kok malah kowe pesen kopi 'Ngapak Asik' sing ganjil iki. Nanging, kabeh mung kanggo nambah rasa guyu bareng!"
Subtitle: "Eh, Juki, gimana itu? Kopi sudah kupesan secara manual, tapi kamu malah pesan kopi 'Ngapak Asik' yang aneh ini. Tapi, semua itu untuk menambah canda tawa bersama!"

Mbah Kromo (sambil nyengir sambil nyicipi secangkir kopi):
"Lho, ngopo iki? Yen kopi kowe kakehan gula, rasane malah koyo jodho palsu! Ngopi iku kudu sederhana, ora usah kakehan omong teknologi."
Subtitle: "Lho, kenapa begitu? Kalau kopimu terlalu manis, rasanya malah seperti jodoh palsu! Ngopi itu harus sederhana, tidak perlu terlalu banyak omong soal teknologi."

[Tiba-tiba, Pak Lurah mlebu warung, karo tampang serius nanging isih kocak.]

Pak Lurah :
"Biarkan teman -temanmu ingat bahwa mereka mengejarnya. Dalam hal 10.245 penari telah terbukti bahwa budaya kita tetap hidup. Tetapi sekarang, hati membuat hati menjadi ade!"
Subtitle: "Teman-teman, mari kita ingat bahwa ngopi itu sebenarnya ajang tertawa bersama. Di acara lengger tadi, rekor 10.245 penari sudah menjadi bukti bahwa budaya kita tetap hidup. Namun sekarang, yang lebih penting, ngopi bersama itu membuat hati jadi sejuk!"

Juke (mengklik Terapkan dan bahkan terlihat bingung) :
"Pak, iki kok malah metu menu 'Es Kopi Panas: Sedhep tapi Ora Kepenak'? Wah, kayaknya update aplikasi iki perlu dialah supaya ora nyampur rasa modern karo tradisi ngapak!"
Subtitle: "Pak, kenapa ini malah keluar menu 'Es Kopi Panas: Enak tapi Tidak Nyaman'? Wah, sepertinya update aplikasi ini perlu diperbaiki supaya tidak mencampur rasa modern dengan tradisi ngapak!"

Parto (ketawa sambil ngegetuni Juki) :
"Juki, jangan terburu -buru! Yang penting adalah kopi untuk berbicara dan pria, seperti lengan yang merupakan kisah masa lalu kita. Menangis adalah santai, jangan sakit!"
Subtitle: "Juki, jangan terburu-buru! Yang penting, kopi ini jadi ajang ngobrol dan tertawa, seperti lengger yang jadi cerita kita dulu. Ngopi itu harus santai, tidak usah ribet!"

Mbah Kromo (nambah canda) :
"Jika Anda menangkap dengan rasa, selalu katakan: 'Jangan melihatnya, itu tidak nyaman!' Setiap bagian dari kopi ini seperti mengingatkan kita pada akar budaya asli kita. "
Subtitle: "Kalau ngopi dengan gaya ngapak, pasti akan berkata: 'Tidak ngapak, tidak nyaman!' Setiap teguk kopi ini seolah mengingatkan kita pada akar budaya kita yang asli."

[Visual: Kamera nunjukaké kabeh padha ketawa, warung kopi dadi rame karo obrolan sing santai lan penuh keakraban. Efek teks "NGAKAK!" lan "Ora Ngapak, Ora Kepenak!" muncul bolak-balik bareng iringan alunan calung.]

Pak Lurah (Ngadeg Lan adalah sentuhan formal dari sentuhan khusus) :
"Kami, meskipun terlalu banyak teknologi dan acara rekaman, tidak melupakan rasa cat budaya yang malang dan sederhana, dan kehidupan."
Subtitle: "Kita ini, meskipun sudah banyak teknologi dan acara rekor, tidak lupa pada rasa kental budaya ngapak yang jujur dan sederhana. Mari kita ngopi, tertawa, dan hidup bersama!"

Narator (suara latar):
"Ketika pagi hari cerah, teman-temanmu terbukti sebagai bukti bahwa di setiap sudut desa, budaya tetap berkembang-tidak hanya melalui percakapan yang besar dan menyenangkan."
Subtitle: "Saat pagi menyingsing, teman-teman ngopi ini menjadi bukti bahwa di setiap sudut desa, budaya ngapak terus berkembang—tidak hanya melalui acara besar, tetapi juga dalam obrolan kecil yang lucu dan menyenangkan."

[Penutup: Adegan menutup Karo di dekat secangkir kopi, sementara efek "menyengat" dari musik campuran musik, pesan: "


Kisah ini bergabung dengan elemen teknologi modern dengan kebijaksanaan tradisional. Meskipun rekor Lengger telah menjadi sejarah, di setiap secangkir kopi dan relaksasi percakapan, budaya tetap menjadi identitas nyamuk, penciptaan masyarakat. 

 

 

Judul:

LOLO KAMPUNG: Jetis Wisata Ngapak – Desa Juara Propinsi!


Adegan 10: "Desa Wisata Jetis: Juara Propinsi Lomba Desa Wisata"

Lokasi: Alun-alun Desa Wisata Jetis, sore dina puncak festival, ing ngendi dekorasi warna-warni, kios-kios panganan, lan atraksi budaya nambah semangat wisatawan.

Narator (suara latar):
"Sekarang, kami telah menjadi jejak ke Jetis Travel Village, yang telah dipromosikan sebagai provinsi muntah tur. Desa ini tidak hanya kuliner tradisional, tetapi juga kesulitan penyebaran penyebaran dan berkedip."
Subtitle: "Sekarang, kita telah tiba di Desa Wisata Jetis, yang terkenal sebagai juara lomba desa wisata tingkat provinsi. Desa ini tidak hanya menyuguhkan alam yang indah dan kuliner tradisional, tetapi juga mengusung semangat ngapak yang penuh tawa dan keakraban."

[Visual: Kios-kios panganan lokal rame pengunjung, keramaian pasar seni, lan pengunjung padha disuguhake pertunjukan tari lan musik tradisional.]

Tn. Joyo, Kepala Desa (berdiri di atas panggung besarnya dengan pakaian khusus dan topi yang berlapis):
"Yah, teman -teman, desa ini, jet, jetis! Ini adalah juara provinsi, karena pariwisata tidak hanya bagus, tetapi juga lucu!"
Subtitle: "Wah, teman-teman, ini desa kita, Jetis! Sudah jadi juara provinsi, sehingga pariwisata ngapak kita tidak hanya bagus, tetapi juga sangat kocak!"

Mbak Sari, seorang pengemudi wisata lokal (saat mengejar kios Jajan tradisional):
"Yo bener, Pak! Saben pojok Jetis iki kebak kejutan. Wis tak siapake tur keliling, sisan nyoba jajanan 'Sego Gurih Ngapak' lan es 'Wedang Canda'. Wis ngene, wisatawan ora mung pada foto, nanging uga pada pada ngguyu!"
Subtitle: "Betul, Pak! Setiap sudut Jetis penuh kejutan. Aku sudah siapkan tur keliling, sambil mencicipi jajanan 'Sego Gurih Ngapak' dan es 'Wedang Canda'. Di sini, wisatawan tidak hanya berfoto, tapi juga tertawa bersama!"

Mas Joko, pedagang kuliner lokal (secara mencolok menawarkan pemberi pinjaman ayam):
"Hei, jangan lupa, teman -teman! Ayam ini lentong adalah pelacur untuk membuat njilet. Penting, setiap piring harus dimakan dengan suasana hati dan hati."
Subtitle: "Eh, jangan lupa, teman-teman! Lontong pitik ini andalan, rasanya gurih sampai membuat ngiler. Yang penting, setiap piring harus dinikmati dengan tawa dan kebahagiaan!"

[Aksi: Suasana rame karo musik gamelan campursari sing dikombinasikake karo alunan calung Jetis khas, ngiringi pagelaran tari modern sing nyampur unsur tradisional lan canda kekinian.]

Pak Joyo (ngomong karo senyum bangga):
"Kami bukan hanya juara pariwisata, tetapi juga melestarikan budaya gemetar. Ini, semua ini adalah bukti bahwa tradisi dapat disatukan untuk objek wisata non-hari!"
Subtitle: "Kita ini tidak hanya juara lomba pariwisata, tetapi juga menjaga budaya ngapak. Semua ini menjadi bukti bahwa tradisi dan inovasi dapat bersatu menjadi daya tarik wisata yang luar biasa!"

Mbak Sari (ngajak wisatawan karo gaya canda):
"Ayo keluar, foto, dan rasakan keindahan Jetis. Jika kamu ingin lebih 'mencoba balapan' dapat diadakan besok pagi. Voucher yang menang dari kue, itu!"
Subtitle: "Mari kita jalan-jalan, berfoto, dan rasakan keindahan Jetis. Kalau ingin yang lebih 'ngapak', kalian bisa ikut lomba 'Canda Bareng Ngapak' yang akan diadakan besok pagi. Pemenangnya dapat voucher jajanan, lho!"

Narator (suara latar, ngetokake semangat):
"Jetis Tourism Village tidak hanya terkenal dengan ikon pariwisata alami, tetapi juga panggung untuk cerita ini, setiap detik adalah lelucon, dan setiap turis adalah bagian dari keluarga besar Jetis."
Subtitle: "Desa Wisata Jetis, yang kini menjadi ikon pariwisata provinsi, tidak hanya terkenal dengan keindahan alam dan kulinernya, tetapi juga sebagai panggung bagi semangat ngapak dan kebersamaan. Di sini, setiap detik menjadi cerita, setiap hidangan menjadi bahan tawa, dan setiap wisatawan menjadi bagian dari keluarga besar Jetis."

[Closing: Kamera ngelantur liwat pemandangan sunset ing alun-alun Jetis, sambil tawa, canda, lan musik tradisional ngiringi. Efek teks "Jetis Wisata Ngapak: Juara Propinsi, Juara Guyu!" muncul minangka penutup.]


Pengaturan baru ini dibawa berdasarkan pengeluaran dan keunikan Jetis Travel Village, yang merupakan saksi kebangkitan budaya dan inovasi pariwisata. Sesuai dengan antusiasme dan kekacauan, Jetis tidak hanya baik, tetapi juga panggilan untuk setiap pengunjung.



Adegan 11: "Larungan Ngidul Sukuran Tumpengan ing Pantai Jetis"

Lokasi: Pantai Jetis – Sore dina nalika matahari isih ngentheng, angin segar nyebar aroma laut lan wangi panganan khas desa.

Narator (suara latar):
"Di sini, di pantai Jetis, warga dan wisatawan berkumpul untuk merayakan tradisi, dikombinasikan dengan tradisi.
Subtitle: "Di sini, di Pantai Jetis, warga dan wisatawan berkumpul untuk merayakan acara sukuran tumpengan yang merupakan tradisi, dikombinasikan dengan larungan ngidul. Tujuannya? Untuk mempromosikan pariwisata dengan harapan jumlah pengunjung melebihi ekspektasi!"

[Visual: Penduduk desa sedang mempersiapkan raksasa tenggorokan di pantai, bunga -bunga yang dihiasi dan aksesori tradisional. Promosi pariwisata kiosat dengan ayam "juara juara provinsi gua pariwisata jetis" disatukan dengan dekorasi modern.]

Pak Joyo, Kepala Desa, ngadeg ing podium cilik sing dihias, nganggo busana adat karo sentuhan modern:
"Wis wayahe, kanca-kanca! Sukuran tumpengan iki ora mung kanggo nyembah rasa syukur marang Gusti, nanging uga dadi ajang promosi wisata kita. Ayo padha larungan ngidul, ngeteraké semangat ngapak lan ngrayakake kabegjan Pantai Jetis!"
Subtitle: "Sudah saatnya, teman-teman! Sukuran tumpengan ini tidak hanya untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan, tetapi juga menjadi ajang promosi pariwisata kita. Mari kita larungan ngidul, menyebarkan semangat ngapak dan merayakan keindahan Pantai Jetis!"

Sari, wisatawan lokal, memberi tahu seorang yang antusias:
"Pengunjung saka mancanegara lan lokal wis padha njajal jajanan khas kita. Jan, ranneme pol, pengunjungé wis ngungkuli kaya badanan! Sing pada foto-foto lan rekam momen, supaya Jetis dadi legenda wisata!"
Subtitle: "Pengunjung dari mancanegara dan lokal sudah mencoba jajanan khas kita. Lihat, jumlah pengunjungnya sudah melebihi harapan! Semuanya berfoto dan merekam momen, supaya Jetis jadi legenda wisata!"

[Visual: Kamera menunjukkan kekuatan pengunjung yang sibuk, mereka mengomentari makanan, foto, dan bersaksi prosesi rasa malu. Dewan Informasi Perjalanan memanggil program unggulan desa.]

Mas Joko, pedagang tumpengan, karo canda:
"Sikat ini bagus, sampai harus diatur oleh aturan lapangan sepak bola. Jika tidak, suamimu bisa menghancurkan rasanya!"
Subtitle: "Tumpengan ini sangat besar, sampai-sampai harus disusun seperti lapangan sepak bola. Kalau tidak, istrimu bisa membuatnya berantakan!"

Pak Joyo (ngakak bareng):
"Sing penting, saben sendok nasi lan sambel dadi bukti rasa gotong royong lan semangat ngapak kita. Jetis ora mung juara propinsi, nanging dadi inspirasi kanggo donya!"
Subtitle: "Yang penting, setiap suapan nasi dan sambel menjadi bukti semangat gotong royong dan budaya ngapak kita. Jetis tidak hanya juara provinsi, tetapi juga menjadi inspirasi untuk dunia!"

[Visual: Suasana meriah ing Pantai Jetis, diiringi musik tradisional campur modern. Senyum, tawa, lan semangat kebersamaan katon jelas ing saben wajah.]

Narator (suara latar, nutup adegan):
"Sirateing dan Courtyard of Jetis adalah bukti bahwa tradisi dan inovasi dapat diundang dari pengunjung. Jetis akan menjadi cerita, setiap pengunjung menjadi bagian dari keluarga yang hebat!"
Subtitle: "Larungan ngidul dan sukuran tumpengan di Pantai Jetis ini menjadi bukti bahwa tradisi dan inovasi dapat bersatu, menyentuh hati dan mengundang pengunjung dari mancanegara. Jetis Wisata Ngapak: Setiap momen menjadi cerita, setiap pengunjung menjadi bagian dari keluarga besar!"


Adegan ini mencampur rasa terima kasih, tradisi liburan, dan tempat -tempat wisata promosi di mana para pengunjung lebih dari apapun. Selain itu, semua getar berwarna yang, membuat acara begitu lucu dan berkesan.





 

 

 

 

 

0 comments:

Luncurkan toko Anda hanya dalam 4 detik dengan 
 
Top