![]() |
cibatu06 |
![]() |
kolosebo |
Berikut perbandingan benih padi Cibatu 06 vs benih padi Kolosebo (terutama galur “Kolosebo” atau “Kolosebo 03” jika memang itu varian) berdasarkan data yang tersedia, serta catatan-catatan penting. (Kalau kamu punya data spesifik varietas “Kolosebo 03”, kita bisa bandingkan lebih tajam.)
Data yang tersedia
Cibatu 06
Beberapa karakteristik dan klaim tentang Cibatu 06:
-
Nama “Cibatu” merupakan singkatan dari “Ciherang Batu”. (radarselatan.bacakoran.co)
-
Umur tanaman sekitar 95–100 hari setelah tanam atau sedikit lebih. (radarselatan.bacakoran.co)
-
Tinggi tanaman: sekitar 120 cm (dalam beberapa sumber) (radarselatan.bacakoran.co)
-
Anakan produktif: 25–30 anakan per rumpun (dalam sumber) (radarselatan.bacakoran.co)
-
Jumlah bulir per malai: sekitar 200–300 butir (tergantung kondisi) (radarselatan.bacakoran.co)
-
Potensi hasil: ada klaim mencapai 9–12 ton per hektar (gabah kering giling) dalam kondisi baik. (radarselatan.bacakoran.co)
-
Keunggulan yang sering disebut:
-
Tahan rebah / batang kokoh (radarselatan.bacakoran.co)
-
Bulir yang besar dan penuh (sedikit gabah kosong) (radarselatan.bacakoran.co)
-
Adaptasi yang baik di beberapa wilayah (meskipun awalnya dari Jawa Barat) (radarselatan.bacakoran.co)
-
Perawatan relatif mudah jika kondisi pemupukan dan pengendalian hama dikendalikan. (radarselatan.bacakoran.co)
-
-
Kekurangan atau catatan risiko:
-
Ada laporan bahwa galur Cibatu belum sepenuhnya dilepas secara resmi di beberapa daerah, sehingga ketahanan terhadap hama dan penyakit bisa kurang stabil di kondisi tertentu. (Ketik)
-
Rentan terhadap serangan walang sangit pada kondisi tertentu. (radarselatan.bacakoran.co)
-
Kolosebo (Kolosebo / Kolosebo “03”)
Untuk Kolosebo, data yang tersedia lebih terbatas dan umumnya berupa klaim pemasaran dan testimoni:
-
Umur tanaman: sekitar 90 hst (hari setelah tanam) (tanimakmurnusantara.com)
-
Anakan: 30–40 anakan per rumpun dalam testimoni pemasaran. (tanimakmurnusantara.com)
-
Tinggi tanaman: sekitar 95–100 cm (menurut deskripsi pemasaran) (tanimakmurnusantara.com)
-
Jumlah bulir per malai: 250–300 butir per malai (klaim pemasaran) (tanimakmurnusantara.com)
-
Hasil riil yang diklaim: 9–10 ton/ha (tanimakmurnusantara.com)
-
Keunggulan yang diklaim:
-
Tahan rebah (tanimakmurnusantara.com)
-
Tahan penyakit “HDB / kredesek / blast” menurut pemasaran. (tanimakmurnusantara.com)
-
Gabah besar dan lonjong, rasa nasi pulen (tanimakmurnusantara.com)
-
Cocok untuk musim tanam pertama (MT1) dan musim tanam kedua (MT2) menurut pemasaran. (tanimakmurnusantara.com)
-
Perbandingan: kelebihan & kelemahan relatif
Dari data di atas, berikut poin-poin pembanding antara Cibatu 06 dan Kolosebo:
Aspek | Kelebihan Cibatu 06 | Kelebihan Kolosebo | Kekurangan / risiko Cibatu 06 | Kekurangan / risiko Kolosebo |
---|---|---|---|---|
Umur panen | Sedang (95–100 hari) | Sedikit lebih cepat (klaim ~90 hari) | Jika kondisi buruk, mungkin pengisian bulir tidak optimal | Data formal kurang banyak, klaim bisa terlalu optimis |
Hasil potensial | Bisa mencapai 9–12 ton/ha dalam kondisi baik | Klaim 9–10 ton/ha | Potensi maksimal tergantung pemupukan & lingkungan | Hasil maksimal bisa sulit dicapai di lapangan jika faktor lingkungan tak mendukung |
Ketahanan rebah / batang | Kuat, sering disebut tahan rebah | Juga diklaim tahan rebah | Ada laporan galur belum resmi dilepas → potensi kerentanan | Validitas klaim tergantung sertifikasi dan uji lapang |
Ketahanan hama & penyakit | Lebih baik dibanding varietas lama; tapi ada kerentanan terhadap walang sangit | Klaim tahan terhadap HDB, blast | Serangan tertentu (walang sangit) masih jadi catatan | Klaim pemasaran perlu diverifikasi lewat uji lapang |
Adaptasi & penyebaran | Sudah cukup banyak digunakan di beberapa provinsi | Belum sepopuler Cibatu, data adopsi lebih terbatas | Belum dilepas secara resmi di beberapa tempat → mungkin pembatasan lokal | Jika tidak disesuaikan, bisa gagal di beberapa jenis tanah/iklim |
Secara umum, Cibatu 06 tampak lebih “terbukti” dalam banyak testimonian dan informasi publik dibanding Kolosebo, terutama dari sisi adopsi, penelitian lokal, dan risiko yang telah diketahui. Kolosebo punya potensi menarik (umur lebih cepat, klaim hasil bagus), tapi perlu dicek keandalan data di lapangan untuk lokasi spesifik kamu.
Kesimpulan dan rekomendasi
-
Jika kamu memilih varietas benih dengan kelebihan yang lebih teruji dan data nyata yang lebih luas, Cibatu 06 tampak sebagai pilihan yang relatif lebih aman (jika kondisi lahan dan pemeliharaan mendukung).
-
Kalau kamu tertarik mencoba varietas baru untuk potensi hasil tinggi atau umur lebih pendek, Kolosebo bisa dicoba—tapi lakukan uji coba dahulu di sebagian lahan (plot percobaan) untuk melihat performanya di kondisi lokal (iklim, tanah, penyakit lokal).
-
Pastikan benih yang digunakan adalah benih bersertifikat dan pastikan varietas tersebut sudah dilepas / direkomendasikan oleh lembaga pertanian di wilayahmu agar ada dukungan teknis dan pengawasan mutu.
data spesifik (uji lapang) antara Cibatu 06 dan Kolosebo
berikut beberapa tambahan temuan dan strategi agar kamu bisa membuat keputusan lebih baik antara Cibatu 06 vs Kolosebo di kondisi lokalmu.
Temuan tambahan & catatan penelitian
Sayangnya, saya tidak menemukan studi ilmiah yang secara langsung membandingkan varietas Cibatu 06 vs Kolosebo dalam kondisi lapang (trial) yang dipublikasikan. Sebagian besar informasi terkait Kolosebo berasal dari materi pemasaran atau testimoni petani, bukan uji ilmiah terakreditasi.
Namun ada beberapa data pendukung yang bisa dijadikan referensi tidak langsung:
-
Dalam uji toleransi padi lokal terhadap naungan di Aceh, varietas Cibatu‑06 termasuk jenis yang “memberikan nilai terbaik” pada beberapa parameter pertumbuhan dibanding jenis padi lokal lainnya. (Open Journal Unimal)
-
Dalam komparasi usaha tani di Aceh, antara Cibatu 06 dan Cibatu 05, ditemukan bahwa Cibatu 06 memiliki produktivitas ~ 8,900 kg/ha dan rasio ekonomi (R/C) ~ 1,82, lebih tinggi daripada Cibatu 05 (7,800 kg/ha, R/C ~ 1,60). (dmimultitechpublisher.my.id)
-
Deskripsi pemasaran Kolosebo mencantumkan spesifikasi seperti umur panen ~ 90 hst, anakan 30–40 per rumpun, bulir 250–300 per malai, tinggi tanaman 95–100 cm, hasil riil kisaran 9‑10 ton/ha, tahan penyakit (HDB / kresek / blast) dan tahan rebah. (tanimakmurnusantara.com)
-
Untuk Cibatu 06, materi pemasaran mencantumkan umur 95–100 hst, tinggi tanaman 120 cm, anakan produktif 25–30, bulir per malai 200–300, berat 1000 butir ~30 g, hasil rata-rata 9–12 ton/ha. (tanimakmurnusantara.com)
Karena data ilmiah untuk Kolosebo sangat terbatas, banyak klaim Kolosebo masih berdasarkan testimoni petani atau pemasaran, bukan uji eksperimental yang terkontrol.
Strategi agar pilihan varietas lebih cocok untuk kondisi lokalmu
Agar kamu tidak bergantung hanya pada klaim, berikut langkah praktis yang bisa kamu lakukan:
-
Uji coba (plot percobaan kecil) di lahanmu sendiri
Tanamlah dua varietas dalam plot kecil (misalnya 1–2 petak per varietas) di lahanmu sendiri dengan perlakuan yang sama (pupuk, pengairan, penanganan hama). Amati dari awal — pertumbuhan vegetatif, jumlah anakan, kekokohan batang, pengisian bulir, serangan penyakit, dan hasil akhirnya. -
Catat parameter pertumbuhan
Ukurlah aspek-aspek seperti:-
Tinggi tanaman (cm)
-
Jumlah anakan produktif per rumpun
-
Panjang malai, jumlah gabah per malai
-
Persentase gabah isi vs kosong
-
Bobot 1.000 butir
-
Kerusakan akibat hama/penyakit
-
Kegagalan rebah (batang roboh)
-
-
Analisis ke-ekonomian
Hitung biaya input (benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja) dan pendapatan dari gabah kering. Kemudian hitung R/C ratio (rasio keuntungan). Varietas yang unggul secara tekhnis belum tentu paling menguntungkan bila biaya perawatan sangat tinggi. -
Pantau ketahanan & adaptasi lokal
Perhatikan bagaimana kedua varietas tahan terhadap penyakit lokal (blast, kresek, wereng, hama lokal lainnya) di kondisi iklimmu. Juga cek ketahanan terhadap rebah saat hujan dan angin kencang. -
Gunakan benih bersertifikasi & mutu tinggi
Pastikan benih yang kamu gunakan adalah benih bersertifikat (mutu tinggi, bebas campuran varietas lain) agar karakter varietas bisa lebih optimal dan hasilnya tidak “terganggu” faktor mutu. -
Konsultasi dengan penyuluh atau lembaga pertanian lokal
Penyuluh atau dinas pertanian lokal mungkin punya data uji lapang varietas di wilayahmu atau pengalaman petani di sekitarmu. Mereka bisa memberi masukan relevan tentang performa varian tersebut di kondisi iklim, tanah, dan hama setempat.
data uji lapang Cibatu 06 dan Kolosebo di wilayah Yogyakarta / Jawa Tengah
Saya sudah mencoba cari, tapi belum menemukan data uji lapang ilmiah yang secara spesifik membandingkan Cibatu 06 vs Kolosebo di Yogyakarta atau Jawa Tengah yang dipublikasikan.
Berikut ringkasan apa yang bisa saya temukan (dan apa yang hilang), serta saran bagaimana kamu bisa mendapatkan data lapang secara lokal:
Apa yang saya temukan
-
Ada testimoni petani di Purwokerto, Jawa Tengah, untuk Kolosebo: umur ~ 90 hst, anakan 30–40 per rumpun, jumlah bulir 250–300 per malai, tinggi tanaman 95‑100 cm, hasil riil diklaim 9–10 ton/ha. (tanimakmurnusantara.com)
-
Untuk Cibatu 06, dalam situs penyedia benih juga dicantumkan umur panen 95–100 hst dan tinggi tanaman ~ 120 cm. (tanimakmurnusantara.com)
-
Tapi informasi tersebut bersifat promosi/testimoni — bukan hasil uji lapang yang melalui metode ilmiah (randomisasi, kontrol, replikasi).
-
Dalam pencarian, tidak ada jurnal ataupun laporan penelitian resmi (balai, universitas, lembaga penelitian pertanian) yang membandingkan kedua varietas itu di Yogyakarta atau Jawa Tengah yang dapat saya akses.
Jadi, kondisi sekarang: data lokal ilmiah untuk Kolosebo masih sangat minim; data untuk Cibatu ada sedikit lebih banyak (termasuk uji toleransi di daerah lain), tapi belum ada yang spesifik membandingkan dengan Kolosebo di wilayahmu.
Saran untuk mendapatkan data lokal
Karena data publik terbatas, kamu bisa mengambil langkah-langkah berikut agar kamu punya bukti nyata:
-
Kunjungi Dinas Pertanian / Balai Benih / Balai Penelitian Pertanian di DIY / Jawa Tengah
Tanyakan apakah mereka memiliki laporan uji varietas di wilayahmu (trial varietas unggul baru atau adaptasi lokal) yang mencakup Cibatu 06 atau Kolosebo (atau varietas lokal sejenis). Kadang laporan internal belum dipublikasikan di internet. -
Bekerjasama dengan universitas / penelitian pertanian lokal
Jurusan Agronomi / Proteksi Tanaman / Agribisnis di universitas lokal mungkin tertarik melakukan uji varietas di lahan demonstrasi petani. Kamu bisa menawarkan lahan percobaan atau menjadi mitra. Hasilnya bisa digunakan bagi keputusanmu sendiri dan juga publik. -
Buat demplot di lahanmu dengan pengawasan pencatatan
Seperti saya sebut di pesan sebelumnya, tanam Cibatu 06 dan Kolosebo (jika tersedia) dalam plot percobaan di lahanmu sendiri dengan perlakuan seragam. Catat data seperti pertumbuhan, anakan produktif, jumlah bulir, bobot 1.000 butir, serangan hama, dan hasil akhirnya. Lakukan selama beberapa musim tanam agar hasilnya lebih robust. -
Ikut program uji varietas atau program benih bersertifikasi lokal
Kadang pemerintah atau lembaga pertanian melakukan program “uji varietas calon unggul” atau uji adaptasi varietas di sejumlah lokasi. Usulkan varietas Kolosebo atau Cibatu 06 agar dimasukkan dalam uji di wilayahmu. -
Bandingkan juga terhadap varietas unggul resmi lain yang sudah teruji
Saat melakukan uji lapang, jangan hanya Cibatu 06 vs Kolosebo, tapi juga sertakan varietas unggul resmi (misalnya varietas yang sudah dilepas dan dikenal baik di wilayahmu) sebagai pembanding. Itu akan membuat penilaian lebih bermakna. -
Publikasikan atau dokumentasikan hasilnya
Setelah memperoleh data lapang, simpan dokumentasi dan jika mungkin bagikan ke kelompok tani, penyuluh, atau lembaga pertanian lokal agar lebih banyak yang tahu hasil nyata varietas tersebut di kondisi lokal.