Cakepan tembang Jawa "Gundhul-Gundhul Pacul" :
Nyunggi-nyunggi wakul-kul Gemblelengan
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar
Makna filosofi :
Gundhul artinya Kepala, melambangkan "Pemimpin".
Pacul artinya alat bertani, melambangkan rakyat kecil
Pacul artinya alat bertani, melambangkan rakyat kecil
Wakul artinya wadhah sega (tempat nasi), melambangkan kesejahteraan rakyat
Gemblelengan artinya seenaknya sendiri, arogan, semena-mena
Wakul ngglimpang artinya wadhah sega numplak (tempat nasi tumpah)
Segane dadi sak latar artinya nasi yang tumpah pasti berceceran di halaman atau di jalan.
Gundul gundul pacul, gembelengan
- Gundhul adalah kepala plontos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan dan kemuliaan seseorang, sementara rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. Dengan demikian, gundhul artinya adalah kehormatan yang tanpa mahkota.
- Pacul adalah cangkul, alat pertanian yang terbuat dari lempeng besi segi empat, merupakan lambang rakyat kecil yang kebanyakan adalah petani. Orang Jawa mengatakan bahwa pacul adalah papat kang ucul (lit. "empat yang lepas"), dengan pengertian kemuliaan seseorang sangat tergantung kepada empat hal, yaitu cara orang tersebut menggunakan mata, hidung, telinga, dan mulutnya. Jika empat hal itu lepas, kehormatan orang tersebut juga akan lepas.
- Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat.
- Telinga digunakan untuk mendengar nasehat.
- Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.
- Mulut digunakan untuk berkata-kata yang adil dan bijaksana
- Gembelengan artinya "besar kepala, sombong, dan bermain-main" dalam menggunakan kehormatannya.
Dengan
demikian, makna kalimat ini adalah bahwa seorang pemimpin sesungguhnya
bukan orang yang diberi mahkota, tetapi pembawa pacul untuk mencangkul
(mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya). Namun, orang yang sudah
kehilangan empat indera tersebut akan berubah sikapnya menjadi congkak (gembelengan).
Nyungi nyunggi wakul kul, gembelengan
- Nyunggi wakul' (membawa bakul di atas kepala) dilambangkan sebagai menjunjung amanah rakyat. Namun, saat membawa bakul, sikapnya sombong hati (gembelengan)
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar
- Wakul ngglimpang (bakul terguling) melambangkan amanah dari rakyat terjatuh, akibat sikap sombong saat membawa amanah tersebut.
- Segane dadi sak latar (nasinya jadi sehalaman) melambangkan hasil yang diperoleh menjadi berantakan dan sia-sia, tidak bisa dimakan lagi (tidak bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat).
Gundhul-Gundhul Pacul. “Perhatikan lagu Gundhul-Gundhul Pacul itu, wakul itu “wadhah sega” (wadah nasi), yang maksudnya adalah kesejahteraan rakyat. Sedangkan gundhul (kepala) melambangkan pemimpin yang tugasnya nyunggi wakul (meletakkan kesejahteraan rakyat di tempat paling atas/prioritas utama). Wakul harus dibawa dengan cara disunggi (diletakkan di atas kepala), tidak boleh dicangking (ditenteng/dibawa dengan tangan), dikempit (diletakkan di antara pinggang dan lengan yang dirapatkan) atau dipikul. Kalau gundul (kepala/pemimpin) yang nyunggi wakul (mengurusi kesejahteraan rakyat) itu gembelengan ( seenaknya sendiri, arogan, mbagusi, semena-mena) maka wakul akan tumpah berceceran di jalan.
Kalau
nasi di piring itu dimakan orang/manusia, tapi kalau nasi berceceran di
jalanan siapa yang memakan? Tentu ayam dan binatang-binatang lainnya.
Kalau demikian, jika petugas penyunggi wakul gembelengan sehingga nasi
(kesejahteraan)-nya tumpah, itu artinya engkau semua, kita diposisikan
sebagai binatang.
Sumber : Wikipedia
0 comments:
Posting Komentar