Kudus, NU OnlineMencetak
generasi unggul bisa dikatakan mustahil tanpa dukungan fasilitas yang
memadai. Sayangnya, pembangunan gedung atau fasilitas pendidikan lainnya
juga harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Dalam hal ini ada
ijazah dari KH Muhammad Kholil, Bangkalan, Madura yang telah dibuktikan
oleh beberapa santrinya.
Hal itu disampaikan oleh KH Ahmad Khalimi, Koordinator Cabang Qira'ati Kudus dalam kegiatan Akhirussanah TPQ Miftahul Huda 01 Pranak Lau Dawe Kudus di halaman Madrasah, Rabu (10/5) malam.
Ijazah itu berupa shalawat kholiliyah atau sering disebut sebagai shalawat jibril. Yaitu kalimat "shallallahu 'ala Muhammad" yang dibaca 1000 kali setelah maghrib atau shubuh. Opsi lain dari ijazah shalawat kholiliyah itu juga bisa dibaca sebanyak 15.000 kali oleh beberapa orang dalam satu majelis.
"Ijazah itu diberikan Kiai Kholil kepada Kiai Mahrus Ali, Lirboyo, Kediri untuk diijazahkan kembali kepada para santrinya," tutur Kiai Khalimi.
Kiai Khalimi mengatakan ijazah itu didapatnya dari KH Busyro Muqaddas, murid dari KH Mahrus Ali Lirboyo. Menurutnya, ijazah ini telah dibuktikan secara pribadi olehnya ketika menjadi panitia pembangunan. Baik itu masjid, sekolah, atau madrasah. Untuk itu jika mau mengamalkan ijazah ini harus menyebutkan sanad hadroh dari Kiai Kholil, lalu Kiai Mahrus Ali, lalu Kiai Busyro.
"Itu saya buktikan sendiri dan alhamdulillah pembangunan yang saya urusi dapat selesai," terangnya dalam bahasa Jawa.
Selain itu, ia mengaku bahwa pernah juga meminta ijazah untuk melancarkan pembangunan kepada KH Ahmad Musthofa Bisri di Rembang dan KH Sya'roni Ahmadi Kudus. Hasilnya, ijazah ini juga yang diberikan kedua ulama kondang yang juga Musytasyar PBNU itu.
Hal itu disampaikan oleh KH Ahmad Khalimi, Koordinator Cabang Qira'ati Kudus dalam kegiatan Akhirussanah TPQ Miftahul Huda 01 Pranak Lau Dawe Kudus di halaman Madrasah, Rabu (10/5) malam.
Ijazah itu berupa shalawat kholiliyah atau sering disebut sebagai shalawat jibril. Yaitu kalimat "shallallahu 'ala Muhammad" yang dibaca 1000 kali setelah maghrib atau shubuh. Opsi lain dari ijazah shalawat kholiliyah itu juga bisa dibaca sebanyak 15.000 kali oleh beberapa orang dalam satu majelis.
"Ijazah itu diberikan Kiai Kholil kepada Kiai Mahrus Ali, Lirboyo, Kediri untuk diijazahkan kembali kepada para santrinya," tutur Kiai Khalimi.
Kiai Khalimi mengatakan ijazah itu didapatnya dari KH Busyro Muqaddas, murid dari KH Mahrus Ali Lirboyo. Menurutnya, ijazah ini telah dibuktikan secara pribadi olehnya ketika menjadi panitia pembangunan. Baik itu masjid, sekolah, atau madrasah. Untuk itu jika mau mengamalkan ijazah ini harus menyebutkan sanad hadroh dari Kiai Kholil, lalu Kiai Mahrus Ali, lalu Kiai Busyro.
"Itu saya buktikan sendiri dan alhamdulillah pembangunan yang saya urusi dapat selesai," terangnya dalam bahasa Jawa.
Selain itu, ia mengaku bahwa pernah juga meminta ijazah untuk melancarkan pembangunan kepada KH Ahmad Musthofa Bisri di Rembang dan KH Sya'roni Ahmadi Kudus. Hasilnya, ijazah ini juga yang diberikan kedua ulama kondang yang juga Musytasyar PBNU itu.
Inilah Ijazah Kiai Kholil Bangkalan untuk Pembangunan Madrasah | NU Online
0 comments:
Posting Komentar