Dalam kitab suci manapun telah disebutkan bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mengalami mati. Demikian pula dalam kitab suci Al Qur’an. Kematian merupakan suatu hal yang wajib bagi makhluk yang ada di dunia ini. Setiap insan pun akan mengalami kematian. Kematian yang disini adalah kematian jasad (secara raga).
Namun hakekatnya, setiap makhluk hidup tidak akan pernah mengalami kematian. Bahkan Syekh Siti Jenar telah mengajarkan hakekat dari zikir A-I-U. Apa arti dari A-I-U? A-I-U memiliki arti “AKU IKI URIP” (Aku Ini Hidup).
Meskipun hanya tiga huruf A-I-U, namun memiliki arti yang cukup dalam. Pasalnya, pada hakekatnya setiap makhluk yang telah mati, maka hanya kehilangan jasadnya saja. Namun rohnya tetap hidup untuk selamanya. Ia akan mengalami pengembaraan hingga akhirnya menghadap GUSTI ALLAH.
Tetapi proses untuk kembali pada GUSTI ALLAH itu tidak semudah yang dibayangkan. Seseorang yang telah meninggal dunia, maka ia hanya kehilangan raganya. Setelah itu orang tersebut akan melakukan perjalanan untuk menuju ke GUSTI ALLAH. Rintangan dan halangan untuk menghadap GUSTI ALLAH sangatlah banyak sebelum mencapai haribaan GUSTI ALLAH atau yang di dalam Islam disebut ‘Inna lillahi Wa Innailaihi
Rojiun’ (dari ALLAH kita berasal dan akan kembali ke ALLAH). Dalam perjalanan tersebut tidak ada lagi materi, jadi tidak mungkin kita mendapatkan kemudahan dengan menyogok seperti yang kita lakukan di
dunia. Semuanya serba murni dari hasil perbuatan kita selama kita di dunia. Nah, A-I-U adalah simbol bahwa manusia meskipun mati karena sakit atau dibunuh, maka hanyalah kehilangan jasad semata.
Orang Jawa pasti sering mendengar kalimat “Urip Iku Ibarat Wong Mampir Ngombe”. Nah, dalam kalimat itu kita disuruh untuk memahami dan belajar bahwa sebelumnya kita pernah hidup, dan ketika kita hidup di dunia maka kita hakekatnya adalah beristirahat sebentar.
Oleh karena itu, Syekh Siti Jenar mengajarkan bahwa hakekatnya orang hidup di dunia itu sebenarnya adalah mati. Setelah mati, maka hakekatnya kita melanjutkan perjalanan dan disebut oleh Syekh Siti Jenar bahwa manusia akan mengalami hidup yang sejati setelah proses kematiannya.
Kivandanu.
Namun hakekatnya, setiap makhluk hidup tidak akan pernah mengalami kematian. Bahkan Syekh Siti Jenar telah mengajarkan hakekat dari zikir A-I-U. Apa arti dari A-I-U? A-I-U memiliki arti “AKU IKI URIP” (Aku Ini Hidup).
Meskipun hanya tiga huruf A-I-U, namun memiliki arti yang cukup dalam. Pasalnya, pada hakekatnya setiap makhluk yang telah mati, maka hanya kehilangan jasadnya saja. Namun rohnya tetap hidup untuk selamanya. Ia akan mengalami pengembaraan hingga akhirnya menghadap GUSTI ALLAH.
Tetapi proses untuk kembali pada GUSTI ALLAH itu tidak semudah yang dibayangkan. Seseorang yang telah meninggal dunia, maka ia hanya kehilangan raganya. Setelah itu orang tersebut akan melakukan perjalanan untuk menuju ke GUSTI ALLAH. Rintangan dan halangan untuk menghadap GUSTI ALLAH sangatlah banyak sebelum mencapai haribaan GUSTI ALLAH atau yang di dalam Islam disebut ‘Inna lillahi Wa Innailaihi
Rojiun’ (dari ALLAH kita berasal dan akan kembali ke ALLAH). Dalam perjalanan tersebut tidak ada lagi materi, jadi tidak mungkin kita mendapatkan kemudahan dengan menyogok seperti yang kita lakukan di
dunia. Semuanya serba murni dari hasil perbuatan kita selama kita di dunia. Nah, A-I-U adalah simbol bahwa manusia meskipun mati karena sakit atau dibunuh, maka hanyalah kehilangan jasad semata.
Orang Jawa pasti sering mendengar kalimat “Urip Iku Ibarat Wong Mampir Ngombe”. Nah, dalam kalimat itu kita disuruh untuk memahami dan belajar bahwa sebelumnya kita pernah hidup, dan ketika kita hidup di dunia maka kita hakekatnya adalah beristirahat sebentar.
Oleh karena itu, Syekh Siti Jenar mengajarkan bahwa hakekatnya orang hidup di dunia itu sebenarnya adalah mati. Setelah mati, maka hakekatnya kita melanjutkan perjalanan dan disebut oleh Syekh Siti Jenar bahwa manusia akan mengalami hidup yang sejati setelah proses kematiannya.
Kivandanu.
0 comments:
Posting Komentar