Senin

Apa itu AutoCAD? Kenalan dulu ya




















Apa itu AutoCAD?


Artikel ini ditujukan untuk orang-orang
yang baru ke dunia CAD dan bertanya-tanya apa yang dapat Anda lakukan
dengan program seperti AutoCAD. Saya akan menjelaskan beberapa proses
yang terlibat dan kemampuan yang Anda miliki ketika Anda memasuki dunia
CAD.


Pernahkah Anda harus menjelaskan "CAD"
untuk seseorang yang tidak melek komputer? Saya mencoba untuk
menjelaskan apa jenis pekerjaan yang saya lakukan untuk ibu saya - dan
saya selalu mendapatkan "rusa di lampu" tampilan. Dia tidak pernah
memiliki komputer, jadi ini semua konsep asing. Tapi sekarang, saya
telah belajar untuk mengatakan, "Ini seperti penyusunan di atas kertas,
tetapi dengan komputer". Cukup sederhana, tapi jatuh pendek menjelaskan
kemajuan luar biasa yang telah dibuat di dunia CAD.





Ketika saya pertama kali mulai CAD - itu
tahun 1995. Saya memutuskan untuk mengambil keterampilan yang berguna
jadi saya pikir kembali ke hari-hari sekolah saya dan memutuskan bahwa
satu-satunya kelas saya benar-benar menikmati itu Drafting. Ini adalah
tua jenis kertas sekolah penyusunan yang melibatkan penghapus banyak.
Ketertarikan saya lainnya dari catatan adalah komputer. Saya telah
menjual banyak awal Commodore, Texas Instruments dan komputer IBM. Jadi
saya menempatkan dua dan dua bersama-sama dan diperkenalkan ke CAD.
Ooooh ... ini COOL!





Saya akhirnya mengambil kursus sekolah
malam dan belajar dasar-dasar. Dan apa yang kita lakukan benar-benar
"Drafting, tetapi pada komputer". Kami akan mencetak tugas dan
menyelesaikan dengan hasil yang sama seperti jika kita telah disusun
tangan mereka, tetapi hanya lebih rapi.





Ok - pengantar panjang ini berakhir.
Titik yang saya mencoba untuk membuat adalah bahwa paling dasar, CAD
hanya menggunakan komputer bukan pensil dan kertas. Tapi jauh lebih
banyak. Dan di situlah mulai menarik.


Manfaat pertama yang CAD memiliki lebih
dari kertas adalah bahwa revisi bukan masalah besar. Pikirkan perbedaan
antara kertas dan piksel ketika klien berubah pikiran setelah melihat
desain Anda. 2 jam atau lebih menggambar ulang dengan tangan, atau 5
detik dengan perintah Peregangan? Aku tahu apa yang akan saya pilih.
Bagi banyak pengguna yang baru ke dunia CAD, ini adalah pertama kalinya
mereka mulai menikmati proses. Ketika saya mengajar kelas, selalu ada
siswa yang akan berkata, "Aku bisa menggambar ini lebih cepat dengan
tangan! CAD adalah bodoh! ". Tentu saja, mereka kemudian akan membuat
kesalahan dalam menggambar dan belajar editing yang jauh lebih baik
daripada menghapus dan menggambar ulang.







Dari sana, manfaat yang lebih besar.
Menambahkan Blok dan Atribut memberikan DAYA gambar Anda !. Sekarang
Anda dapat mengekspor data dan semua gambar Anda tiba-tiba sangat
penting untuk orang lain. Sebuah gambar dapat menghasilkan informasi
untuk anggaran, pembelian dan produksi departemen perusahaan Anda.
Tiba-tiba, konseptor merupakan bagian integral dari proses produksi dari
awal sampai akhir. Itulah yang disebut keamanan kerja.





Dan kemudian ada 3D. Pernahkah Anda
tangan yang ditarik pandangan perspektif rumah? Ini menyenangkan dan
bermanfaat, tapi sedikit membosankan seperti Anda menggambar setiap
bata. Saya suka dunia 3D. Aku bisa membuat satu model, kemudian
menghasilkan pandangan perspektif, ketinggian, bagian, rincian, denah -
semua dari satu gambar. Dan itu berarti ketika saya bergerak dinding,
semua pandangan lain diperbarui. Magic!





Tapi akan lebih baik. Dengan 3D saya
dapat menambahkan bahan dan menunjukkan bos atau klien produk apa yang
akan terlihat seperti dalam keadaan selesai nya. Perubahan bahan? Tentu -
tidak ada masalah! Ini mengalahkan menghapus semua batu bata saya hanya
menarik untuk menambahkan semen. Perlu melihat bagaimana bangunan akan
terlihat dalam lingkungan baru itu? Yakin-membiarkan saya membuat itu
untuk Anda. CAD memungkinkan kita untuk membuat presentasi visual yang
menakjubkan untuk menemukan cacat desain sebelum proses produksi bahkan
dimulai. Yang menghemat uang bos Anda dan membuat Anda berharga.






Dalam dunia manufaktur, itu akan lebih
baik. Bagaimana merancang bagian 3D dan kemudian melakukan analisa
tegangan di atasnya? Cari tahu di mana titik-titik lemah yang sebelum
Anda membangun dan memecahkannya. Anda dapat bahkan dapat membangun
seluruh proyek di komputer, tes untuk poin stres, skema warna, cocok dan
menghitung anggaran bahkan sebelum Anda memulai produksi. Inilah yang Boeing
lakukan untuk 777 pesawat jet mereka. Kemudian ketika desain Anda
disetujui, Anda dapat mengambil model 3D Anda dan menggunakannya CAD /
CAM (manufaktur aided--komputer). Hal yang mengagumkan!




Jadi di sana Anda memilikinya. CAD lebih
dari penyusunan pada komputer dan mencetak keluar. Anda memiliki
pilihan untuk menggunakan file gambar Anda untuk berbagai proses. Anda
mungkin dibatasi oleh apa yang perusahaan Anda, tetapi semakin Anda
belajar dan lebih dapat Anda lakukan dengan keterampilan CAD Anda,
semakin berharga Anda akan untuk majikan Anda dan lebih menyenangkan
Anda akan memiliki dengan pekerjaan Anda.


Terima kasih untuk membaca.








































































Banyak berbeda-beda Penggunaan AutoCAD



Banyak berbeda-beda Penggunaan AutoCAD  - oleh Eric M. Hoover



Ketika seseorang menggunakan komputer dibantu software desain, itu biasanya di kelas atau rekayasa pengaturan. AutoCAD, salah satu dari banyak produk yang merupakan bagian dari perancangan keajaiban arsitektur modern, membuat memimpikan 99 lantai gedung pencakar langit atau mil jembatan panjang yang sederhana seperti menyeret mouse. Arsitek tidak perlu lagi bekerja di luar dari 2D gambar, berkat lebih dari realistis pemodelan tersedia dari teknologi saat ini.



Bahkan, desain 3D sangat futuristik bahwa struktur, patung, bahkan patung humanoid dapat berkembang dari beberapa keystrokes. Jadi, dari sisi bangunan, apa software CAD membantu untuk membuat?





Rendering Molekul - Penggunaan model 3D tidak hanya membantu dalam penciptaan rumah dan gedung perkantoran, tetapi juga menciptakan kembali alam semesta molekul kecil untuk digunakan oleh ilmuwan menunjukkan struktur molekul kepada siswa, atau tulang pada pelajaran untuk mereka sendiri kebutuhan. Baru-baru ini, tim Harvard mampu membangun 3D-cetak 10.000.000: 1 rendering molekul DNA-RNA. Menggunakan data yang dimasukkan ke dalam komputer, model 3D diciptakan mirip dengan bagaimana Anda akan meledakkan sebuah foto kecil. The render dikembangkan oleh XVIVO - studio animasi ilmu.



Tampilan ritel Model - Menampilkan seperti yang terlihat di Macy pada 34 th St. di New York City tidak hanya dilemparkan bersama-sama malam sebelumnya. Orang benar-benar menghabiskan tahun pergi ke sekolah untuk belajar cara berpakaian, posisi, dan memasarkan produk dan manekin yang terlihat di jendela-jendela. Profesional dalam bisnis menggunakan perangkat lunak pemodelan 3D untuk mendapatkan nuansa yang benar-benar realistis untuk bagaimana menempatkan menampilkan untuk visibilitas optimal. Desain 3D memberikan besar kedalaman dan detail , yang dapat meningkatkan proyek-proyek yang perlu bergejolak cepat, namun masih secara profesional.



Karya Seni - Mereka mengatakan seni adalah objektif, dan banyak yang merasa bahwa proses penciptaan patung atau lukisan sama pentingnya, jika tidak lebih, dari hasil akhir. Beberapa memang berpendapat bahwa membangun sebuah patung dengan printer 3D mungkin "kecurangan." Namun, perangkat lunak yang sama dapat digunakan untuk membantu membayangkan potongan bersiap-siap untuk mengesankan penonton di seluruh dunia. Banyak patung besar sekarang dirancang menggunakan formulir ini Bantuan komputer . Tergantung seni modern di galeri di seluruh dunia datang ke berbuah dengan bantuan dari rendering komputer.



Replikasi manusia - Ok, tidak benar-benar manusia nyata, tapi rendering sempurna, baik, siapa pun yang berdiri di foto 3D booth selama beberapa detik. Kita mungkin akan melangkah ke dalam total wilayah Recall dari Sci-Fi satu hari, tapi sekarang teknologi yang ada untuk menciptakan sebuah patung sepenuhnya mirip manusia menggunakan software CAD dan pencetakan 3D . Sebuah perangkat booth foto, sebenarnya ini lebih seperti sebuah alat, baru-baru ini dibangun menggunakan sekitar tiga lusin kamera mengambil 365 derajat tembakan dari satu orang, dan kemudian ekspor foto ke printer 3D, rendering salinan mirip manusia dari plastik atau kardus. Ada satu menangkap - render tidak dibuat dalam satu proses top-to-bottom. Anda dapat menebaknya - sedikit perakitan diperlukan. Seseorang harus mengumpulkan doppelganger mereka setelah bagian tubuh telah selesai. Ini sebenarnya cukup metaforis.



Eric M. Hoover adalah Media Sosial dan Konten Strategist, membangun kampanye pemasaran global untuk berbagai merek. Eric memiliki kesukaan untuk otomotif dan arsitektur desain, dan strategi situs yang dikembangkan sebelumnya untuk mobil besar dan perusahaan energi terbarukan.






Catatan ini telah diposting pada Minggu, Maret 30, 2014 at 02:29 and is filed under Umum .
















Solid Edge Free Trial

Solid Edge Free Trial
































IP Address



IP Address
by Tejji

Adobe InDesign CC 9.2 Free Download


Adobe InDesign CC 9.2 Free Download latest version setup in direct link. Create digital books, brochures and magazines with full Adobe Indesign CC features.


Adobe InDesign CC 9.2 Overview


Adobe InDesign is a tool that can be used for creating digital books, brochures and magazines. It is one of the leading tool which gives you some commanding features for creating digital books.


InDesign Logo

The tool which has been developed by Adobe is perfect for not only the professionals but also for newbies. It has a very flexible working environment and has some time saving features that will definitely improve the productivity.


Adobe InDesign CC 9.2 Free Download

With Adobe InDesign, interactive documents can be made very easily. Motion and sound can be added in the documents that adds life to it. Some astonishing E-Books can be created by using Adobe InDesign in EPUB format for iPhone, iPad and other mobiles and devices. Pages of different sizes and dimensions can be added in a single document thus adding more versatility to your document. Paragraphs can be split into multiple columns effortlessly.


Adobe InDesign CC 9.2 Download Free

On a conclusive note we can say that Adobe InDesign is a great tool that can be used for creating some compelling flyers, brochures and E Books.


Adobe InDesign CC 9.2 Download


Features of Adobe InDesign CC 9.2


Below are some noticeable features which you’ll experience after Adobe InDesign CC 9.2 free download.


  • E Books, Brochures can be made easily.

  • Easy to use.

  • Can make interactive documents.

  • Sounds and videos can be added.

  • Multiple sized pages can be added in a single document.

  • Paragraphs can be split into different column effortlessly.



Adobe InDesign Download Full Setup


Adobe InDesign CC 9.2 Technical Setup Details



  • Software Full Name: Adobe InDesign CC 9.2 MultiLingual

  • Setup File Name: Adobe_InDesign_CC_9.2.zip

  • Full Setup Size: 1.44 GB

  • Setup Type: Offline Installer / Full Standalone Setup:

  • Compatibility Architecture: 32 Bit (x86) / 64 Bit (x64)

  • Latest Version Release Added On: 5th Mar 2014

  • License: Free Trial

  • Developers: Adobe InDesign



System Requirements For Adobe InDesign CC 9.2


Before you start Adobe InDesign CC 9.2 free download, make sure your PC meets minimum system requirements.


  • Operating System: Windows 2000/XP/Vista/7 and 8

  • Memory (RAM): 2GB RAM Required

  • Hard Disk Space: 2GB space required

  • Processor: Intel P-IV



Adobe InDesign CC 9.2 Free Download


Click on below button to start Adobe InDesign CC 9.2 Free Download. This is complete offline installer and standalone setup for Adobe InDesign CC 9.2. This would be compatible with both 32 bit and 64 bit windows.











This Post Was Last Updated On:
September 3, 2014
By Author:

Fatima Afridi









Sabtu

Kitab Omong Kosong

Lahirnya Aji Batara Agung Dewa Sakti

Lahirnya Aji Batara Agung Dewa Sakti
( Raja Kutai Kartanegara Pertama )

Tersebutlah didalam hikayat Kutai, bahwasanya Petinggi Jaitan Layar dengan isterinya tinggal di sebuah gunung, di tempat mana mereka membuka sebuah kebun untuk keperluan hidupnya sehari-hari. Puluhan tahun mereka hidup sebagai suami isteri, namun Dewa di khayangan belum juga menganugerahkan seorang anak pun sebagai penyambung dari keturunan mereka untuk memerintah negeri Jaitan Layar ini. Sering Petinggi Jaitan Layar beserta isterinya bertapa, menjauhi kerabat dan rakyatnya, memohon kepada Dewata untuk mendapatkan anak.

Pada suatu malam ketika mereka sedang tertidur dengan nyenyaknya, terdengar suara diluar rumah yang begitu gegap gempita hingga menyentakkan mereka dari tidur di peraduan. Mereka pun bangkit membuka pintu untuk melihat apa gerangan yang terjadi diluar rumah.

Nampaklah oleh mereka sebuah batu besar yang melayang dari udara menghempas ke tanah. Suasana malam yang tadinya gelap gulita kini menjadi terang benderang seakan-akan bulan purnama sedang memancar.

Terkejut melihat batu dan alam yang terang benderang itu, Petinggi beserta isterinya segera masuk kembali kedalam rumah serta menguncinya dari dalam. Dari dalam rumah mereka mendengar suara yang menyerunya.
"Sambut mati babu, tiada sambut mati mama!"
Sampai tiga kali suara ini didengar oleh Petinggi Jaitan Layar dan akhirnya dengan rasa cemas dijawabnya juga, "Ulur mati lumus, tiada diulur mati lumus!"
"Sambut mati babu, tiada disambut mati mama." kembali suara itu terdengar.
"Ulur mati lumus, tiada diulur mati lumus.'' jawab si Petinggi.
Dan terdengarlah gelak ketawa dari luar rumah sambil berkata, "Barulah ada jawaban dari tutur kita". Mereka yang diluar rumah itu agaknya sangat gembira sekali, karena tutur katanya mendapatkan jawaban.

Petinggi Jaitan Layar pun tidak merasa takut lagi dan kemudian keluar rumah bersama isterinya mendatangi batu itu yang ternyata adalah sebuah raga mas. Raga mas itu lalu dibuka dan betapa terkejutnya Petinggi beserta isterinya tatkala melihat didalamnya terdapat seorang bayi yang diselimuti dengan lampin berwama kuning. Tangannya sebelah memegang sebuah telur ayam, sedang tangan lainnya memegang keris dari emas, keris mana merupakan kalang kepalanya.

Pada saat itu menjelmalah tujuh orang Dewa yang telah menjatuhkan raga mas itu. Mereka mendekati Petinggi Jaitan Layar dengan muka yang gembira memberi salam dan salah seorang dari Dewa itu menyapa Petinggi, "Berterima kasihlah kepada Dewata, karena doamu dikabulkan untuk mendapatkan anak. Meskipun tidak melalui rahim isterimu. Bayi ini adalah turunan dewa-dewa dari khayangan, karena itu jangan sia-siakan untuk memeliharanya, tapi jangan dipelihara seperti anak manusia biasa."

Dewa juga berpesan agar bayi keturunan dewa ini jangan diletakkan sembarangan diatas tikar, akan tetapi selama empat puluh hari empat puluh malam bayi ini harus dipangku berganti-ganti oleh kaum kerabat Petinggi.
"Bilamana engkau ingin memandikan anak ini, maka janganlah dengan air biasa, akan tetapi dengan air yang diberi bunga wangi."

"Dan bilamana anakmu sudah besar, janganlah ia menginjak tanah, setelah diadakan erau (pesta), dimana pada waktu itu kaki anakmu ini harus diinjakkan pada kepala manusia yang masih hidup dan pada kepala manusia yang sudah mati. Selain itu kaki anakmu ini diinjakkan pula pada kepala kerbau hidup dan kepala kerbau mati."

"Demikian pula bilamana anak ini untuk pertama kalinya ingin mandi ke tepian, maka hendaklah engkau adakan terlebih dahulu upacara erau (pesta) sebagaimana upacara pada tijak tanah."

Setelah pesan-pesan tersebut disampaikan oleh salah seorang Dewa itu maka ketujuh Dewa itu naik kembali ke langit. Petinggi dan isterinya dengan penuh rasa bahagia membawa bayi itu masuk ke rumahnya. Bayi ini bercahaya laksana bulan purnama, wajahnya indah tiada bandingnya, siapa memandang akan bangkit kasih sayang terhadapnya.

Akan tetapi isteri Petinggi susah hatinya, karena payudaranya tidak dapat meneteskan air susu. Apa yang bisa diharapkan lagi dari seorang perempuan yang sudah tua untuk bisa menyusui anaknya?

Akhimya Petinggi Jaitan Layar membakar dupa dan setanggi serta menghambur beras kuning, sambil mereka memanjatkan do'a kepada para Dewa, agar memberikan kurnia kepada isteri Petinggi supaya teteknya mengandung air susu yang harum baunya. Setelah selesai berdo'a, terdengarlah suara dari langit, "Hai Nyai Jaitan Layar, usap-usaplah tetekmu dengan tangan berulang-ulang sampai terpancar air susu darinya."

Mendengar perintah ini, isteri Petinggi Jaitan Layar segera mengusap-usap teteknya sebelah kanan dan pada waktu sampai tiga kali dia berbuat demikian, tiba-tiba mencuratlah dengan derasnya air susu dengan baunya yang sangat harum seperti bau ambar dan kesturi. Maka bayi itupun mulai dapat diberikan air susu dari tetek isteri Petinggi Jaitan Layar itu sendiri. Kedua laki isteri itu sangat bahagia melihat bagaimana anaknya keturunan dari Dewa, mulai dapat menyusu.

Sesudah tiga hari tiga malam, tanggallah tali pusat dari bayi itu. Maka semua penduduk Jaitan Layar pun bergembira. Meriam "Sapu Jagat" ditembakkan sebanyak tujuh kali. Selama empat puluh hari empat puluh malam bayi itu dipangku silih berganti dan dipelihara dengan hati-hati dan secermat-cermatnya. Selama itu juga telor yang sudah menetas menjadi seekor ayam jago makin besar dengan suara kokoknya yang lantang.

Sesuai dengan petunjuk para Dewata, maka anak tersebut dinamakan Aji Batara Agung Dewa Sakti. Pada waktu Batara Agung berumur lima tahun maka sukarlah dia ditahan untuk bermain-main didalam rumah saja. Ingin dia bermain-main di halaman, di alam bebas dimana dia dapat berlari-larian, berkejar-kejaran dan mandi-mandi di tepian.

Maka Petinggi Jaitan Layarpun mempersiapkan upacara tijak tanah (menginjak tanah) dan upacara erau mengantarkan sang anak mandi ke tepian untuk pertama kalinya. Empat puluh hari empat puluh malam diadakan pesta, dimana disediakan makanan dan minuman untuk penduduk. Gamelan Gajah Perwata ditabuh siang malam, membuat suasana bertambah meriah. Berbagai ragam permainan ketangkasan dipertunjukkan silih berganti.

Sesudah erau dilaksanakan empat puluh hari empat puluh malam, maka bermacam binatang baik betina, maupun jantan disembelih. Disamping itu juga Petinggi Jaitan Layar tidak melupakan pesan dari Dewa yaitu agar membunuh beberapa orang, baik lelaki maupun perempuan untuk diinjak kepalanya oleh Batara Agung pada upacara "tijak tanah".

Kepala-kepala binatang dan manusia itu diselimuti dengan kain kuning. Aji Batara Agung Dewa Sakti diarak dan kemudian kakinya dipijakkan kepada kepala-kepala binatang dan manusia itu.

Kemudian Aji Batara Agung diselimuti dengan kain kuning, lalu diarak ke tepian sungai. Ditepi sungai Aji Batara Agung dimandikan, dimana kakinya dipijakkan berturut-turut pada besi dan batu. Semua penduduk Jaitan Layar kemudian turut mandi, baik wanita maupun pria, baik orang tua maupun orang muda.

Setelah selesai upacara mandi, maka khalayak membawa kembali Aji Batara Agung ke rumah orang tuanya, dimana dia diberi pakaian kebesaran. Kemudian dia dibawa ke halaman kembali dengan dilindungi payung agung, diiringi dengan lagu gamelan Gajah Perwata dan bunyi meriam Sapu Jagat.

Tiba-tiba guntur berbunyi dengan dahsyatnya menggoncangkan bumi dan hujan panas pun turun merintik. Tetapi keadaaan demikian tidak berlangsung lama, karena kemudian cahaya cerah kembali datang menimpa alam, awan di langit bergulung-gulung seakan-akan memayungi penduduk yang sedang mengadakan upacara di bumi.

Penduduk Jaitan Layar kemudian membuka hamparan dan kasur agung, dimana Aji Batara Agung Dewa Sakti disuruh berbaring. Upacara selanjutnya ialah gigi Aji Batara Agung diasah kemudian disuruh makan sirih.

Sesudah upacara selesai, maka pesta pun dimulai dengan mengadakan makan dan minum kepada penduduk, bermacam-macam permainan dipertunjukkan, lelaki perempuan menari silih berganti. Juga tidak ketinggalan diadakan adu binatang. Keramaian ini berlaku selama tujuh hari tujuh malam dengan tidak putus-putusnya.

Bilamana selesai keramaian ini, maka segala bekas balai-balai yang digunakan untuk pesta ini, dibagi-bagikan oleh Petinggi Jaitan Layar kepada penduduk yang melarat. Demikian juga semua hiasan-hiasan rumah oleh Nyai Jaitan Layar dibagi-bagikan kepada rakyat.

Para undangan dari negeri-negeri dan dusun yang terdekat dengan selesainya pesta ini, semua pamit kepada Petinggi dan kepada Aji Batara Agung Dewa Sakti. Mereka semua memuji-muji Aji Batara Agung dengan kata-kata "Tiada siapapun yang dapat membandingkannya, baik mengenai rupanya maupun mengenai wibawanya. Patutlah dia anak dari batara Dewa-Dewa di khayangan."

Selesai pesta ini, maka kehidupan di negeri Jahitan Layar berjalan seperti biasa kembali, masing2 penduduk melaksanakan pekerjaan mencari nafkah sehari-hari dengan aman dan sentosa. Sementara itu Aji Batara Agung Dewa Sakti makin hari makin dewasa, makin gagah, tampan, berwibawa dan kelak akan menjadi Raja pertama dari kerajaan Kutai Kartanegara.

http://kesultanan.kutaikartanegara.com/index.php?menu=mitologi_kutai Mitologi Kutai: Lahirnya Aji Batara Agung Dewa Sakti

SERAT DARMO GANDHUL Bagian 4

Jawa ini adalah tanah suci dan mulia, dingin dan panasnya cukup, penuh kekayaan didalam tanah dan air, apa yang ditanam bisa tumbuh, yang menghuni baik lelaki maupun wanita mempunyai moral yang bagus dan cantik, berbicara-pun lemah lembut dan sopan. Jika anda ingin melihat pusat dunia, dengarkan sesungguhnya tempat yang kita injak inilah pusat dunia.

Buta Locaya menjawab sembari menggeram, “Mana mungkin nanti jikalau telah meninggal akan tahu, sedangkan pengetahuan akan kemuliaan didunia ini saja sudah tidak utuh, sudah tersesat menyembah tugu dari batu. Jika memang benar-benar berniat menyembah cadas, lebih baik naik ke atas gunung Kelud daripada jauh-jauh, disana banyak batu yang besar-besar asli buatan Tuhan, tercipta semenjak dahulu seperti itu berasal dari sabda Kun (Jadilah), malah itu lebih baik di buat pusat bersujud. Sesungguhnya menurut kehendak Yang Maha Kuasa, seluruh manusia seyogyanya mengetahui kepada Baitullah (Rumah Tuhan)-nya sendiri, tubuh manusia inilah sesunguhnya Baitullah (Rumah Tuhan), sungguh-sungguh buatan Yang Maha Kuasa sendiri. Tempat inilah yang harus dijaga betul-betul. Siapa saja yang tahu darimana asal badan ini, siapa saja yang tahu darimana asal Buddhi dan hawa nafsu ini, patutlah dia dijadikan suri tauladan bagi sesama. Walaupun siang malam menjalankan shalat, akan tetapi apabila masih gelap pengetahuannya tentang diri sendiri, masih tersesat pengetahuannya tentang yang sejati, masih mensujudi tugu batu, tugu batu buatan Nabi (sungguh masih sesat manusia yang demikian itu). Bukankah Nabi tiu sendiri adalah manusia juga kekasih Guati Allah, diberi anugerah dengan kecerdasan dan ketajaman ingatan, terang kesadarannya, tahu hal yang belum terjadi. Anda meyakini tulisan peninggalan mereka, orang Jawa meyakini sastra peninggalan leluhur, sama-sama meyakini kabar masa lalu. Akan tetapi lebih baik meyakini sastra berisi pekabaran masa lalu dari leluhur sendiri yang peninggalannya masih bisa dilihat langsung disini. Orang Jawa yang meyakini tulisan pekabaran masa lalu dari Arab, belum menyatakan sendiri keberadaannya di sana, apakah nyata atau bohong, hanya membenarkan ucapan orang yang membawa kabar semata. Maka menurut hamba, anda datang ke Jawa hanya menjual bualan, menjual bualan bahwa negara Mekkah adalah yang termulia, padahal saya tahu sendiri bagaimana keberadaan negara Mekkah itu, tanahnya beraura panas, jarang air, tanaman apapun tidak bisa tumbuh, udaranya juga panas dan jarang hujan. Bagi akal kebanyakan manusia, tanah disana itu adalah tanah kutukan, banyak manusia menjual manusia sebagai budak dan dipakai sebagai pembantu. Anda benar-benar manusia durhaka, lebih baik saya persilakan pergi dari tanah Jawa, di Jawa ini adalah tanah suci dan mulia, dingin dan panasnya cukup, penuh kekayaan didalam tanah dan air, apa yang ditanam bisa tumbuh, yang menghuni baik lelaki maupun wanita mempunyai moral yang bagus dan cantik, berbicara-pun lemah lembut dan sopan. Jika anda ingin melihat pusat dunia, dengarkan sesungguhnya tempat yang kita injak inilah pusat dunia. Sekarang pertimbangkan kata-kata saya tadi, jika ada yang salah, pukul saya sekarang juga! Semua yang anda ajarkan banyak yang kurang tepat, pertanda kurang kecerdasan, kurang memahami pengetahuan Kesadaran, suka menganiaya sesama. Yang membuat arca ini adalah Prabhu Jayabhaya, kesaktian beliau melebihi kesaktian anda. Apakah anda mampu meramal masa depan setepat beliau? Sudahlah, saya persilakan pergi saja dari tanah Kedhiri. Jika tidak juga mau pergi, saya akan mengundang adik hamba yang ada di gunung Kelud untuk mengeroyok anda, dan akan saya bawa ke kawah gunung Kelud, apakah anda tidak takut jika nanti tidak bisa keluar dari alam siluman dan menjadi penghuni batu seperti saya? Atau mari ke Selabale saja menjadi murid saya.”

Sunan Benang berkata,”Tidak akan mempercayai kata-katamu wahai setan brekasakan!”
Buta Locaya menjawab, “Walaupun saya dhemit (makhluk halus), akan tetapi saya dhemit berpangkat Raja, mulia dan berumur panjang. Anda belum tentu semulia hamba. Niat anda selalu kotor, suka mengganggu dan menganiaya, apakah mungkin anda datang ke tanah Jawa ini dikarenakan anda di tanah Arab adalah orang hina? Jika anda manusia mulia, tentunya tidak usah pergi jauh-jauh keluar dari tanah Arab. Mungkin anda minggat karena melakukan sebuah kesalahan fatal. Tandanya sampai di tanah Jawa-pun masih juga usil, suka menghakimi adat orang lain, suka menghakimi agama orang lain, merusak segala peninggalan luhur yang bagus-bagus, merusak agama leluhur kuno. Sungguh Raja (Majalengka) berhak menangkap anda dan membuang anda ke Menadhu (Menado)!”
Sunan Benang berkata,”Pohon Dhadhap ini bunganya aku berinama Celung, buahnya aku beri nama Kledhung, sebab aku telah Kecelung (tercuri) nalar (kepintaran)-ku dan Keledhung (terbantah) ucapanku. Ini semua sebagai pengingat bahwa aku pernah berdebat dengan Raja Dhemit, kalah pengetahuan dan kalah kepintaran.”
Oleh karenanya terkenal hingga sekarang, buah Dhadhap namanya Kledhung sedangkan bunganya Celung.
Sunan Benang lantas berpamitan,” Sudahlah kalau begitu aku akan pulang ke Benang.”
Buta Locaya menjawab dengan nada marah,”Benar, segeralah pergi, disini anda hanya akan membuat tanah menjadi angker, jika anda berlama-lama disini hanya akan menambah kesusahan, menyebabkan susah tumbuh padi, menambahi panas, membuat susah air!!”
Sunan Benang lantas pergi, sedangkan Buta Locaya beserta pasukannya juga kemudian balik pulang.

Lain yang diceritakan, yaitu dinegara Majalengka, pada suatu hari, Sang Prabhu Brawijaya duduk disinggahsana dan dihadap para pejabat. Sang Patih melaporkan bahwa telah mendapatkan surat khusus dari Tumenggung Kertasana. Isi surat melaporkan bahwa daerah Kertasana sungainya mengering. Sungai yang mengalir dari arah Kedhiri aliran airnya kini menyimpang ke timur. Sebagian isi surat melaporkan seperti ini : Di sebelah utara barat Kedhiri, banyak desa rusak, semua itu disebabkan karena kutukan ulama dari tanah Arab, bernama Sunan Benang.
Mendengar laporan Patih, Sang Prabhu bangkit murkanya. Sang Patih lantas diutus ke Kertasana, untuk menyatakan sendiri keadaan disana, melihat kondisi manusia berikut hasil bumi yang terlanggar aliran air. Bahkan mewngutus beberapa pejabat untuk memanggil Sunan Benang.
Singkat cerita, seusai Sang Patih melihat sendiri kondisi Kertasana, segera melaporkan semuanya kepada Sang Prabhu. Sedangkan utusan yang diutus ke Tuban juga sudah tiba kembali, melaporkan bahwa tidak mendapatkan hasil, sebab Sunan Benang telah pergi tidak diketahui kemana.
Mendengar seluruh pelaporan para bawahannya, Sang Prabhu Brawijaya semakin murka! Beliau menyatakan bahwa ternyata ulama dari Arab tidak ada yang tulus hatinya! Sang Prabhu lantas memerintahkan Patih agar mengusir seluruh orang Arab yang tinggal di Jawa, sebab telah membuat kesusahan negara! Hanya yang ada di Ngampeldhenta dan Demak saja yang masih diperbolehkan tinggal di Jawa dan diijinkan mensiarkan agama Islam. Selain dikedua tempat itu, semua harus dipulangkan ke asalnya! Jika menolak dipulangkan maka diperintahkan untuk dihancurkan saja! Sang Patih berkata, “ Gusti, benar apa yang paduka katakan. Sudah tiga tahun berselang penguasa Giripura (Giri Kedhaton atau Sunan Giri) tidak pernah menghadap dan tidak pernah memberikan upeti sebagai tanda takluk. Jelas mereka hendak merencanakan untuk mendirikan negara sendiri. Tidak sadar telah makan dan minum hanya numpang di tanah Jawa! Bahkan nama santri Giri (Sunan Giri) kini telah terkenal mengalahkan kebesaran nama paduka. Bahkan kini mengambil gelar baru Sunan Ainulyaqin. Sunan berarti Kesadaran, Ainul berarti Makrifat atau Mengetahui akan Tuhan dan Yaqin berarti benar-benar mantap lahir batin. Paduka bisa mengartikannya sendiri. Dalam bahasaa Jawa dia mengambil gelar Prabhu Satmata (Bermata Enam). Ini adalah gelar yang sangat tinggi, hampir menyerupai gelar Yang Maha Kuasa sendiri (Hyang Bathara Shiwa), Satmata berarti tahu segalanya.

Dialam dunia, tidak ada lagi sosok yang menggunakan gelar Sang Prabhu Satmata kecuali dulu Bathara Wishnu manakala turun ke dunia dan menjelma sebagai Raja di Medhang Kasapta.”
Mendengar kata-kata Sang Patih, Sang Prabhu segera memerintahkan untuk menyerang Giri.

Berangkatlah pasukan tempur Majapahit dibawah pimpinan Patih langsung menuju Giri. Perang pun terjadi. Orang Giri ketakutan dan tidak mampu menahan serangan pasukan tempur Majapahit. Sunan Giri lari ke Benang meminta bantuan pasukan, setelah mendapatkan pasukan lantas kembali menghadapi pasukan Majalengka. Perang sangat ramai. Waktu itu hampir separuh orang Jawa sudah memeluk agama Islam. Mereka yang tinggal dipesisir utara sudah hampir semua memeluk agama Islam. Sedangkan orang Jawa yang tinggal di selatan masih tetap beragama Buda (Shiwa Buddha). Sunan Benang sudah menyadari kesalahannya sehingga tidak berani menghadap ke Majalengka. Lantas bersama Sunan Giri melarikan diri ke Demak. Sesampainya di Demak segera mengajak Adipati Demak untuk menggempur Majalengka. Begini ucapan Sunan Benang kepada Adipati Demak : “Ketahuilah bahwa saat ini sudah tiba masanya kehancuran Majalengka. Sudah seratus tiga tahun berkuasa di nusantara. Dari penglihatan batinku, yang sanggup menjadi Raja tanah Jawa, tiada lain kecuali dirimu. Saranku, hancurkan Majalengka, tapi dengan cara halus, jangan sampai menyolok mata. Nanti pada saat garebeg Mulud (peringatan Kelahiran Nabi Muhammad) di Ngampeldhenta (Surabaya), bawalah banyak tentara Demak dengan persenjataan perang lengkap untuk menghadap ke Majapahit (seusai dari Ngampeldhenta). Ingat, 1. Pakailah cara halus, 2. Undanglah seluruh bupati yang sudah memeluk agama Islam untuk berkumpul di Demak dengan dalih hendak membangun masjid Demak. Jika nanti mereka sudah berkumpul, apapun perintahmu pasti dituruti.”

Adipati Demak menjawab, “Saya takut merusak Negara Majalengka, yang berarti memusuhi ayah dan raja sendiri, bahkan beliau juga telah memberikan anugerah kenikmatan duniawi kepada saya sebagai seorang Adipati. Lantas mengapa balasan saya seperti itu? Bukankah sudah pantas jika saya membalasnya dengan kesetiaan dan kesungguhan? Wasiat dari eyang Sunan Ngampelgadhing (Sunan Ampel), tidak diperbolehkan saya memusuhi ayahanda sendiri, walaupun beliau beragama Buda tapi beliaulah yang menjadi lantaran saya terlahir menjadi manusia didunia ini. Walaupun orang Buda dan kafir sekalipun, jika dia adalah ayahanda sendiri tetap haruslah dihormati. Apalagi beliau tidak memiliki kesalahan apapun.”

Sunan Benang berkata lagi, ”Walaupun harus melawan ayahanda atau Raja, tidak ada salahnya! Sebab dia orang kafir! Jika menghancurkan orang Buda kafir kawak (kawak : totok), maka imbalanmu adalah surga! Eyang Sunan Ampel itu hanya santri kecil, walau bercukur rambut tapi pengetahuan beliau masih kurang luas, hanya pantas menjadi ulama biasa. Berapalah pengetahuan agama Sunan Ngampelgadhing (Sunan Ampel) keturunan orang Champa itu, dibandingkan dengan diriku, Sayid Kramat, Sunan Benang yang terkenal dipenjuru bumi, keturunan langsung Rasul (Nabi Muhammad) dan menjadi panutan orang Islam Jawa. Jikalau dirimu berani menghancurkan ayahandamu, walau seandainya memang berdosa, tapi hanya berdosa kepada satu orang dan orang tersebut orang kafir. Jikalau sampai kamu bisa mengalahkan ayahandamu, seluruh orang Jawa akan memeluk agama Islam. Yang semacam itu, berapa lagi keuntunganmu mendapatkan pahala dari Tuhan, sungguh tak terhitung lagi! Tak terbilang kasih Hyang Maha Kuasa yang akan kamu dapatkan! Dengarkan, sesungguhnya ayahandamu telah menyia-nyiakan dirimu. Tandanya dirimu diberikan nama Babah, itu tidak benar dan sangat memperhinakan dirimu. Maksud ayahmu memberikan nama Babah sesungguhnya berarti Bah mati Bah urip (Biar mau mati kek biar mau hidup ~ Bah : Biar. Sunan Benaang mencoba memelintir arti nama Babah : Damar Shashangka). Ibumu dibuang diberikan kepada Arya Damar, Bupati di Palembang. Padahal Arya Damar adalah keturunan Raksasa (maksudnya ibu Arya Damar, yaitu Ni Endang Sasmitapura dulu adalah penganut Tantra Bhairawa yang melakukan ritual dengan memakan mayat dan meminum darah manusia, makanya dalam Babad disebut Raksasa : Damar Shashangka). Kelakuan ayahmu itu namanya menyakiti cinta ibumu. Sungguh ayahandamu tidak baik hatinya. Oleh karenanya, balaslah secara halus, maksudnya jangan menyolok mata, hisap darahnya dan kunyah tulangnya secara diam-diam!”
Sunan Giri ikut bicara,”Aku sendiri tidak mempunyai salah juga diperangi oleh ayahandamu, dituduh hendak mendirikan negara, disebabkan karena aku tidak menghadap ke Majalengka. Aku dengar sesumbar Patih Majalengka, jika aku tertangkap akan dikepang ramputkui seperti anak kecil dan disuruh memandikan anjing! Banyak orang china yang datang ke Jawa, dan di daerah Giri semua aku Islam-kan, sebab menurut ujar kitab suci, jika meng-Islam-kan orang kafir, balasannya kelak adalah surga. Oleh karenanya banyak orang china yang aku Islam-kan, dan aku anggap keluarga sendiri. Kedatanganku kemari hanya meminta perlindungan, aku takut kepada Patih Majalengka sedangkan ayahandamu sangat benci kepada para santri yang suka memuji dan berdzikir seperti aku. Katanya seperti orang sakit ayan orang berdzikir dengan menggerakkan kepala kekiri dan kekanan. Jika kamu tidak angkat senjata, pasti akan habis agama Rasul Nabi (Islam) di Jawa!”

Sang Adipati Demak menjawab,” Ayahanda menyerang Giri itu sudah benar, jika ada seorang penguasa daerah, tidak tunduk kepada Raja sebagai penguasa tertinggi, sudah semestinya diserang bahkan wajib dihukum mati. Sebab penguasa semacam itu tidak menyadari telah numpang hidup di tanah Jawa.”
(Bersambung)

Hikayat Prapancaa

MENAWI mbenjang kapan wonten setunggal anak putu kawula takon kula kenging menopo kula nyerat kakawin niki, ana wong-wong ngerti yen wis kusuling mbales kesumatku memuji ing kakawin intoxicating ing? "
BILA suatu saat anak cucuku bertanya kenapa aku menuliskan kakawin ini, adakah mereka tahu jika telah kusuling dendam kesumatku menjadi puji-pujian memabukkan dalam kakawin ini?”

Dadanya berdegup kencang menyaksikan hasil karyanya selama ini. Udara pegunungan sore hari terasa semilir. Mestinya bisa mendamaikan kekisruhan dalam dirinya. Sayang, ia diliput bayang-bayang kelam masa lalu. Pertanyaannya lesap begitu saja pada angin semilir yang tak juga mendamaikan hatinya, pada keping demi keping penghinaan seperti yang ia terima pada sidang para pujangga di depan Baginda beberapa tahun lalu, peristiwa pahit yang kini tetap saja bagai tiada berjarak dan terus meluapkan amarah. Di tiap keping penghinaan itu seolah terdedah rabu, memanaskan darah dan mendesirkan hati. Kulit mukanya terasa terus menerus terkelupas bila membayangkannya.
Dodo iki ketukan sekseni karya kang liwat taun. Udhara gunung iki afternoon breezy. Apa bisa kanggo reconcile lam ing wong. Sayange, kang dijamin bayangan peteng saka sasi. Pitakonan binasa adoh ing breeze kang uga reconcile atiné, chip-by-chip ngeyek minangka wong ditampa ing patemon puisi ing ngarepe King sawetara taun kepungkur, ing acara pait kaya apa saiki tetep ing lan terus kanggo ngeculake nesu. Ing saben Piece saka ngenyek iki minangka kapapar Wednesday, heats getih lan pepati mendesirkan. Ing kulit kang pasuryan iki saya chipped nalika imagining.

“Demi tujuh turunanku kelak, aku, yang oleh mereka disebut Prapanca, tak akan melupakan ucapan mereka di depan Baginda Raja. Hanya aku seorang yang memamah dendam ini, selamanya,” ikrarnya ketika ia meninggalkan istana.
"Miturut pitu turunanku mengko, aku, kang diarani Prapanca, ora lali wicara ing ngarep Sang Prabu. Aku piyambak sing nyakot mbales iki, ing salawas-lawase, "sumpah nalika piyambakipun ngiwa kraton.

Sungguh menggelikan bila dipikir-pikir sekarang. Ia putar kedua biji mata tuanya menikmati alam pegunungan. Ia biarkan cantrik-nya, seorang remaja tanggung yang menemani di kaki gunung ini, pergi entah ke mana. Tak biasanya ia membiarkan cantrik polos itu bermain-main tiada guna. Bila telah selesai melakukan berbagai pekerjaan, ia meminta pada remaja tanggung itu membaca kitab-kitab kuno di dalam ruangan belajarnya atau menyalin tulisannya ke kain sutera. Ah, kenapa ia harus memaksakan sesuatu hal yang belum tentu bisa diterima oleh orang seusianya? Dunia anak kecil seperti cantriknya itu adalah ladang dan teman-teman sebaya, bukan pekerjaan serius seperti yang ia lakukan saat ini. Aih, betapa waktu membuatnya makin tak menyadari segala hal, Semakin uzur ia merasa makin takut kehilangan segala hal sementara pada saat bersamaan ia telah banyak kehilangan berbagai hal tersebut. Sungguh menjengkelkan.
Iku klebu nalar yen sampeyan mikir bab iku saiki. Panjenenganipun muter target loro tuwane seneng alam gunung. Panjenenganipun supaya magang, sing tanggung jawab taruna sing ngancani ing sikil gunung iki, pindhah nang endi wae. Rabiasa supaya ing magang tinker resik ora ana guna. Nalika wis rampung dilakoni macem-macem proyek, dèkné terus takon: tanggung jawab rumaja kang maca buku-buku kuna ing kamar sinau utawa nyalin nulis sutra. Ah, apa kang kudu meksa soko sing ora kudu ditrima marang wong-wong kang umur? Donya bocah cilik minangka iku cantriknya lapangan lan ora pati cetho, ora proyek serius kaya iya iki. Aduh, pinten nggawe tambah akeh oblivious kanggo kabeh wektu, kang felt liyane lan liyane pikun wedi rusak kabeh nalika ing wektu kang padha wis ilang akeh iku mau kabeh. Tenan ngganggu.

Berpuluh tahun ia telah bersusah payah mengikuti setiap anjangsana baginda Hayam Wuruk ke wilayah-wilayah bawahan, bahkan sampai ke mancanegara. Tiada kurang ia menjelaskan pada Sang Putra Langit betapa seluruh negeri telah makmur di bawah dulinya, betapa rakyat tenang dan berwajah sumringah selalu, tiada peperangan atau pencurian. Gemah ripah loh jinawi. Ia haturkan tembang-tembang terbaik yang mampu ia ciptakan, tentang air hujan yang menjadi tirai mutiara, atau matahari yang laksana cahaya gaib raja dan tunduk pada titah paduka. Tapi apa kata mereka semua dalam persidangan para pujangga itu.
Kanggo puluh kang wis dijupuk alangan kanggo tindakake saben anjangsana prabu Hayam Wuruk ing dependensi, malah kanggo manca negara. Boten kurang jlentrehe marang Sang Putra Langit carane negara kabèh wis tyukup wonten dulinya, carane wong kalem mudhun lan ngadhepi sumringah tansah, ana perang utawa nyolong. Gemah ripah Sakti tablet. Panjenenganipun haturkan paling tembang-tembang saged kang digawe, kang banyu udan menyang sandiworo saka mutioro, utawa cahya super alami kaya srengenge kang tundhuk ing angger-angger Sang Prabu lan ngedab-edabi iku. Nanging apa kabeh padha ngandika ing nyoba penyair.

“Tampaksara, Tampaksara, kau tak bisa membuat kakawin! Kau tetap lelaki kasar dari desa. Yang meluncur dari mulutmu hanya lagu-lagu pujian rakyat jelata. Tak layak dihaturkan kepada duli paduka,” seru Mpu Dwipayana.
"Tampaksara, Tampaksara, sampeyan ora bisa nggawe kakawin! Sampeyan lagi isih wong atos saka desa. Sing teka saka tutuk mung hymns rabble. Ora worth dihaturkan kanggo bledug paduka, "ngendikane Mpu Dwipayana.

Nada suaranya menggelegar bagai petir, meresap ke liang telinganya seperti amukan Dewa Agni.
Tone saka profil voice boomed kaya gludhug, seep menyang Terusan kuping kaya raging Allah Agni.

“Kau mau mencari muka di depan Baginda? Ah, mengimpi! Kau bukan dari kelas brahmana. Tiada sedikit pun kau mewarisi kesaktian dan mantra dari jalinan kata-kata seperti kami. Kau hanya cantrik gagal Resi Sedapati, brahmana gunung yang hanya tahu bertapa itu,” ujar Wikana.
"Sampeyan pengin kanggo nemokake pasuryan ing ngarepe Sang Prabu? Ah, ngimpi! Sampeyan lagi ora saka kelas brahmana. Ora Ana whit sampeyan oleh warisan tenung lan disebutake saka tangle saka tembung kaya kita. Sampeyan mung gagal Resi Sedapati magang, brahmin Gunung mung ngerti iku, "ngendikane Wikana.

Ketika ia berani mencuri pandang ke arah sang Baginda, ia mengunci mulut, menatap lurus padanya tanpa menghakimi ataupun membela. Dewa Batara, duka apa yang harus kutanggungkan ini? Di hadapan para pujangga, hanya Resi Jagat Maya yang bisa mendinginkan suasana, dan menatap lembut padanya yang telah menjadi kambing congek.
Nalika iku wani nyolong Mirit Sang Prabu, kang dikunci tutuk, dibintangi sakcara ing wong tanpa pangadilan utawa defend. Batara Allah, apa sungkowo ngirim kutanggungkan iki? Ing ngarsane pujonggo, mung Resi Jagat Maya sing bisa kelangan atmosfer, lan stared ing wedhus dheweke alus sing wis dadi Tokdey.

“Sudahlah. Tampaksara, sekarang pergilah ke pertapaan gurumu, dan mawas diri di sana agar kau bisa memahami laku raja dan dunia, memahami dunia seluruh kaum,” katanya.
"Aja pikiran. Tampaksara, saiki pindhah menyang guru Hermitage, lan nasional ana supaya sampeyan bisa ngerti prilaku raja lan ing donya, ngerti kabèh ing donya, "ngandika.

Kini getir di mulutnya terasa makin keras oleh warna-warna kelam dan jingga langit.
Saiki bitterness ing tutuk iki njupuk hard dening werna peteng lan langit oranye.

“Jagad Dewa Batara, Penguasa Alam Raya, bumi Jawa tiada lagi memiliki penghargaan layak pada para kawula yang mengabdi dan memberikan sembah bakti pada Sang Raja. Setelah Sang Airlangga wafat, siapa lagi yang mampu menghidupkan pandangan bahwa semua manusia setara? Prabu Hayam Wuruk kuharapkan mewarisi kebesaran Sang Airlangga. Namun apa mau dikata? Ia dikelilingi oleh para pujangga dan kaum brahmana, golongan yang memiliki keagungan pejal dengan menistakan kaum di bawahnya. Betapa diri ini tersiksa!”
"Ing alam semesta Allah Batara, Bowling Universe, Jawa bumi maneh wis pajeg pantes subjek sing ngawula lan menehi ibadah kasucèkaké kagem Raja. Sawise matine Airlangga, sing liya iku bisa kanggo nguripake layar sing kabeh manungsa punika witjaksono? Prabu Hayam Wuruk dikarepake kanggo oleh warisan agung saka Airlangga. Nanging apa bisa aku ngomong? Panjenenganipun iki diubengi dening pujonggo lan brāhmaṇa, klompok wis grandeur ngalangi dening debasing dhateng isor. Poto iki carane tormented! "

“Kau pantas mendapat sebutan baru, wahai Pertapa Gunung. Prapanca, ya, kaulah Prapanca. Tahukah engkau arti Prapanca? Cakapnya lucu, pipinya sembab, matanya ngeliyap dan gelaknya terbahak-bahak. Kau terlalu kurang ajar, tidak pantas ditiru atau menjadi panutan. Sifatmu adalah bodoh, tak menurut ajaran tutur, dan pantasnya dipukul berulang-ulang,” sebut Mpu Dwipayana.
"Sampeyan pantes sebutan anyar, O Hermit Mountain. Prapanca, ya, sampeyan Prapanca. Apa kowe ngerti makna Prapanca? Cakapnya cute, pipi puffy, mata ngeliyap lan gelaknya uproariously. Sampeyan lagi, boten cecek model peran banget brash kanggo tiru. Alam iku bodho, ora miturut ajaran wicara, lan cocok bola-bali diantemi, "ngendikane Mpu Dwipayana.

Sembari berbicara, ia menirukan segala mimik wajahnya seperti badut, membuat seluruh hadirin di istana tertawa-tawa seperti melihat sebuah pementasan para pelawak.
Minangka kang ngandika, wong mimicked ing dipikir dhisik marang pasuryan kaya banyolan, nggawe kabeh pirsawan ing istana ngguyu kaya ningali comedians pementasan.

Ibu, kutuk apa yang kau timpakan padaku? Bukankah ketika aku berada dalam kandunganmu, Sang Hyang Jagat telah mewariskan dalam diriku cahaya keagungan yang terpancar ketika kau mengandungku, cahaya yang berpendar-pendar ketika kau hendak tidur. Ibu, apakah kau telah timpakan kutuk padaku sebab telah meninggalkanmu tanpa pulang, tak menyembah kaki sucimu dan menyambangi abu sucimu. Oh, betapa swargaloka di bawah telapak kakimu itu telah menistakan aku.
Ibu, apa sampeyan inflicted ngipat-ipati kula? Apa ora iku nalika aku ana ing kandunganmu, Sang Hyang Jagat wis ngiwa ing kula Grandeur cahaya ingkang dipunpancaraken nalika sampeyan mengandungku, flickering cahya yen sampeyan pengin turu. Ibu, apa sampeyan wis inflicted ngipat-ipati kula amarga wis ngiwa tanpa ngarep, ora nyembah kaki Paduka ingkang suci lan dibukak awu Paduka ingkang suci. Oh, carane Swargaloka ing soles kaki sing wis outraged kula.

Ia menyentuh seloka terakhir yang dituliskan. Semuanya ada sembilan puluh empat seloka. Dari tiap seloka, seolah darah mengalir dari tubuhnya, membuka kembali luka-luka yang berusaha ia kubur dalam ketenangan yoga, namun juga luka yang tak pernah bisa terobati. Air menderas dari kedua kelopak matanya, menghilir di wajah perempuan bermata mutiara yang terbayang di pelupuk matanya. Berpuluh-puluh tahun sudah ia melupakan di mana kuburnya. Panggilan pulang lewat mimpi demi mimpi hanya singgah sebentar dalam pertimbangannya. Ia terlalu suka bertualang, menghamba pada kekosongan, takhta yang tak memberi apa-apa padanya selain penghinaan.
Dheweke kena Seloka ditulis terakhir. Kabeh iku sangang puluh papat Seloka. Saka saben Seloka, minangka getih mili saka awak kang, kanggo mbukak wounds sought ing kuburan ing katentreman Yoga, nanging uga ciloko sing mboten tau bakal remedied. Menderas banyu loro eyelids, andhap ing pasuryan saka looming wadon pearl-paningalan ing dheweke mata. Puluh wis lali ngendi kuburan. Telpon kanggo marga saka ngarep ngimpi ngimpi mung nyelehake menyang wawasan. Panjenenganipun banget adventurous, servile ing Lowongan Kerja, tahta kang durung menehi dheweke apa-apa liyane saka enyekan.

Sekali dalam hidupnya, pernah ia menemani Mpu Winada yang tinggal di kaki Gunung Mahameru. Betapa ia baru memahami palapa yang ditakutkan oleh Winada. Lelaki itu tiada silau oleh gemerlap kuasa, tak lekang oleh goda dunia dan selalu bertekun dalam tapa. Sepuluh musim tinggal bersamanya, ia tahu bagaimana lelaki itu membalas dengan cinta kasih perbuatan mereka yang senang menghina, tak mendebat atau meremehkan orang-orang yang puas dalam ketenangan dan menjauhkan diri dari dari kesukaan pada sesuatu benda maupun kewibawaan, tiada mau mencacat.
Sawise kang gesang, ora tau diiringi Mpu Winada sing manggon ing sikil Gunung Mahameru. Carane wus mangertos palapa wedi dening Winada. Dheweke ora dazzled dening daya kumrincing, nggoda kang langgeng lan tansah mantep ing tapa. Sepuluh mangsa Tetep karo wong, kang mangerténi carane kanggo nyusuki wong karo katresnan cara iku seneng ngenyek, ora argue utawa ngremehake wong sing wareg ing quietness lan tetep adoh saka from kanggo tindakan utawa panguwasa, ora bakal nyalahaké.

Kini, apa yang ditulis, mengapa kulit mukanya terasa terbakar? Ia diliput dendam, dan menghina diri sendiri karena dendam pada semua dan segala?
Saiki, apa kang katulisan, kok kulit kang pasuryan iki kobong? Panjenenganipun dijamin mbales, lan nyepelekake dhewe kanggo mbales ing kabeh lan kabeh?

“Jagad Dewa Batara, setelah kutuliskan kakawin ini, apalagikah yang bisa kulakukan untuk membersihkan diri dari segala cacat dunia? Ibu, Mpu Winada, ampunkan ketamakanku dalam memuaskan dendam,” ia terus merintih dalam selimut senja.
"Ing alam semesta Allah Batara, sawise kakawin nulis iki, apalagikah aku bisa nindakake kanggo nyisihaken dhewe saka kabeh cacat donya? Basa, Mpu Winada, ketamakanku ampunkan ing mbales marem, "Gusti terus moaning ing twilight kemul.

Mulutnya makin getir. Ia tiada terdorong sedikit pun atas suatu perasaan cinta bakti kepada Baginda dalam menuliskan kisah perjalanan Sang Raja. Lagipula, untuk apa menghamba pada raja tanpa alasan? Ia membuat puja sastra ini dengan berkorban rasa, dan walaupun bersiap akan kembali ditertawakan, lebih dikarenakan oleh balas dendam. Jauh pada masa kecil, ia telah mendengar dari mulut ibunya tali tak putus yang telah menghanguskan dan meluluh-lantakkan bumi Jawa.
Tutuk tambah akeh pait. Panjenenganipun ora motivasi ing slightest ing roso katresnan pengabdian marang Sang Prabu ing nulis crita lelungan saka Raja. Oalah, apa servile Sang Prabu tanpa alesan? Panjenenganipun digawe puja sastra iki kanggo kurban roso, lan senadyan njupuk mangkat bali ngedekin, luwih amarga saka mbales. Akeh ing kanak-kanak, dheweke wis krungu saka tutuk tali unbroken ibuné sing wis burned lan numpes ing pulo Jawa.

“Tiada lain, Nak, karena tali dendam mengikat kita semua, terutama orang-orang di lingkar kuasa dan kata. Tiada hari bagi mereka tanpa memikirkan bagaimana mengagulkan diri di hadapan orang, sembari mematikan orang lain. Tiada mereka menggunakan pedang atau tombak kecuali atas nama darah keluarga dan kemegahan kuasa. Manusia alangkah menyakitkannya hidup dalam temali dendam semacam itu.”
"Ora liya, bocah, amarga tali mbales njiret kita kabeh, utamané sing ing daya lan ngandika circumference. Ora dina kanggo wong tanpa mikir bab carane mengagulkan awake sadurunge wong-wong, nalika mateni wong. Boten padha nggunakake pedhang utawa tumbak, kejaba atas jenenge getih kulawarga lan daya grandeur. Manungsa bakal nglarani kanggo manggon ing kaya mengkono mbales rigging. "

“Apakah tali itu menakutkan dan menyesatkan kita semua?” ia bertanya dengan bola mata membeliak karena tak mampu menjangkau apa yang dikatakan perempuan bermata mutiara itu.
"Apa tali medeni lan nasarake kita kabeh?" Dheweke takon karo mata sudhut karo ora kang bisa kanggo nggayuh apa wis ngandika wong wadon pearl-paningalan.

“Aku bertahan hidup karena dibiayai oleh dendam, Nak. Semenjak ayahmu tiada, kau mesti tahu bagaimana aku dihinakan oleh kerabat dan sanak saudara. Kau tahu muka-muka mereka. Ingatlah, manusia semakin cantik, ia semakin licik. Manusia semakin tampan, ia semakin kejam tiada tandingan. Makin berkuasa, makin lihai ia menindas kita. Dalam satu masa hidupku, aku bersumpah atas nama Hyang Widhi supaya bisa meruntuhkan mereka. Namun seiring waktu, aku tahu perasaan semacam itu hanya merusak batin kita,” katanya.
"Aku slamet amarga dibiayai dening mbales, cah lanang. Wiwit bapakmu seda, sampeyan kudu ngerti carane aku iki diremehake dening sederek lan sederek. Sampeyan ngerti pasuryan. Elingi, wong luwih ayu, iku luwih cunning. Manungsa saya nggantheng, kang saya kejem ora bisa ditandingi. Sing liyane daya, luwih astute kang nindhes kita. Ing salah siji periode gesang kawula, aku sumpah supaya Hyang Widhi kanggo undermine mau. Nanging liwat wektu, aku ngerti sing jenis koyo mung kiamat pikiran kita, "ngandika.

Alangkah benarnya. Ia ragu untuk apakah semua daya upayanya selama ini. Apakah untuk membungkam mulut Dwipayana, Mpu Agung istana yang telah merendahkan swarga loka di bawah nafsu-nafsu serakahnya?
Carane bener. Panjenenganipun punika bebas apa kabeh ing daya kang liwat taun. Apa silencing Dwipayana, Mpu Supreme pelatihan istana Swarga ngasoraké wonten karep watak ngongso?

Ia telah melarikan diri dari lingkar kemunafikan, lari oleh nasib badan terhinakan. Kemewahan istana telah membuatnya canggung dari rakyat jelata. Hatinya gundah selama bertahun-tahun karena ketidaksenangan tinggal di dusun terpencil, berhadapan dengan kata-kata kasar dan kepolosan bagai telanjang. Tiada jarang ia nelangsa, rugi tiada mendengar ujar manis…
Dheweke wis oncat saka circumference sentoso, mbukak dening nasib terhinakan awak. Luxury istana wis digawe kikuk saka rabble ing. Kang manah iki nandhang sungkowo kanggo taun amarga saka displeasure sing manggen ing desa remot, ngadhepi karo tembung atos lan kesucian kaya wuda. Panjenenganipun arang musna dakkirim, ora mundhut pangrungon Manis said ...

“Ujar manis, betapa itu juga membelenggu. Aku telah menjadi buta, tuli, tak mampu memancarkan sinar memancar dalam kesedihan seperti Mpu Winada.”
"Said manis, carane uga blok. Aku wis dadi wuta, budheg, biso kanggo emit lampu radiating ing sungkowo minangka Mpu Winada. "

Ia teringat ajaran sang Mahamuni. Sampai sekarang tidak pernah ia resapkan ajaran sang Mahamuni akan kerendahan diri dan pengabian pada yang kecil dalam hidupnya.
Panjenenganipun eling ajaran Mahamuni. Nganti saiki wong ora bakal Mahamuni resapkan ajaran andhap lan Karangmaja ing cilik saka uripe.

“Berharap kasih sayang yang tak kunjung datang akan membuat kau cepat layu, mati sebelum sempat memiliki keturunan.”
"Wish tresno durung teka bakal nggawe sampeyan cepet wither, mati sadurunge padha bisa duwe anak."

Duh, Gusti, Jagad Dewa Batara, kenapa semua pemahaman ini baru datang setelah aku menyelesaikan kakawin ini? Ingin rasanya membakar semua kemunafikan yang telah ia tulia itu. Ia melirik pada kakawin itu dan melihat pupuh terakhir, pupuh ke sembilan puluh empat.
Duh, Gusti, Universe Allah Batara, kok kabeh pangerten anyar iki teka sawise aku rampung kakawin iki? Panjenenganipun wanted kanggo diobong kabeh sentoso sing wis Mutuni iku. Panjenenganipun glanced ing iku lan weruh kakawin Pupuh pungkasan, Pupuh kanggo sangang puluh papat.

Kelam senja menebalkan warna jingga terakhir, membuarkan aroma kematian yang sangit di lubang hidungnya. Gegap gempita istana dan sampur di sepanjang perjalanan membahana di telinganya. Wajah-wajah angkara yang semula begitu amat dibenci sekaligus dirindukannya. Tiba-tiba ia tertawa-tawa.
Peteng orange dusk Kentalkan pungkasan, gondho membuarkan pati pait ing nostrils. Sampur istana fanfare lan ing sadawane dalan blaring ing kuping kang. Pasuryan saka nistha Galak asli sapisan supaya dear kanggo kang manah. Dumadakan dheweke ngguyu.

?Winada, Ibu, dan sang Mahamuni, aku ini disebut Prapanca oleh para pembesar istana! Akulah memang Prapanca itu, manusia yang terus munafik, penggubah kakawin demi tujuan memuja diri sendiri! Jika tiada kutambahkan sedikit lagi pada kakawin ini dengan membubuhkan siapa aku, akan terkutuklah aku selama-lamanya. Swargaloka tiada mau menerimaku. Demi Jagad Dewa Bathara, akan kuberanikan diri membubuhkan jati diriku. Akan kuberitahukan kepada anak cucuku kelak siapa sebenarnya aku ini!? katanya pada diri sendiri, setengah berteriak di depan pondoknya.
? Winada, ibu, lan Mahamuni, aku iki disebut Prapanca dening panguwasa kraton! Aku memang Prapanca iku, wong terus lamis, komposer kakawin kanggo tujuan nyembah dhewe! Yen ora aku ditambahaké sing sethitik liyane ing kakawin iki kanthi affixing sing aku, bakal aku ngutuk salawas-lawase. Ora Swargaloka cumadhang kanggo nampa. Demi Gods Bathara Universe, bakal kuberanikan piyambak muwuhi identitas sandi. Aku bakal ngomong putu kawula liyawektu bocah sing persis aku? ngandika kanggo awake dhewe, setengah-tyeluk nang ngarep saka kabin kang.

Ia membawa masuk kakawin yang terkumpul dalam bilah-bilah bambu itu dan mulai menyalakan api, mempersiapkan alat tulisnya. Tangannya bergerak-gerak tanpa berhenti, menambahkan empat pupuh tanpa membutuhkan waktu lama.
Dheweke nggawa ing kakawin sing diklumpukake ing planks pring lan miwiti geni, nyiyapake pribadi wong wrote. Tangané obah tanpa sing nolak, nambah papat stanzas tanpa perlu kanggo dangu.

Hari telah sempurna malam ketika ia meletakkan alat tulis terakhirnya. Baru disadari tenaganya telah luruh semua dalam karya yang telah ia dedahkan selama mengasingkan diri. Ia tak merindukan lagi gegap gempita istana, seloka-seloka yang diperdengarkan di depan baginda, gegap gempita para kawula di sepanjang anjangsana, atau perubahan musim yang tak boleh ia luputkan demi kebahagiaan pembesar kerajaan.
Dina iki ana wengi sampurna nalika piyambakipun sijine nulis kang pungkasan. Mung temen maujud sawijining daya wis ngeculaké kabeh karya sampun dedahkan sak kasingkirake. Iya ora kantun istana maneh fanfare, shlokas kang diputer ing ngarepe ratu, lonceng lan whistles saka subjek bebarengan anjangsana, utawa owah-owahan mangsa kang ngirim ora Ngirim kanggo rasa seneng saka panggedhe kraton.

/Angin semribit krasa anyes banget. Cantrike bocah bujangan sing esih nom banget ndeleng raupane sekang raine ketone agi mandan anu kaya bocah kepikiran, mlebu terus arep ngewisuih sikile. deweke njiot timba banyu lan terus masuih sikile dewek.
//Angin meniup dingin. Cantriknya, seorang anak lelaki muda belia dengan raut muka cemas, masuk dan berniat membasuh kakinya. Ia merebut tempayan air dan membasuh kakinya sendiri.

//“Kau dan aku sama. Kita bukan siapa-siapa. Mulai besok bantulah aku menyalin ini ke dalam daun-daun lontar atau kain sutera simpananku yang dihaiahkan seorang saudagar China. Sedapat-dapatnya tidak ada kesalahan. Ambil makanan dan kita makan bersama,” katanya dengan nada lembut.
/"Kowe karo inyong ora nana bedane. molaih dina ngesuk kowe mbantu-mbantu  ngrewangi inyong nurun tulisan kiye maring godong lontar utawa nurun maring gombal sutra simpenanku sing bebungah sekang bakul cina. sing ngati-ati banget aja ngantek luput ana sing keliru. Siapanna panganan seanane ayuh pada mangan bareng-bareng"ngendikane aso karo lirih-lirih.

//Anak lelaki yang beranjak dewasa itu ternganga oleh sikapnya, dan hanya mengikuti perintahnya dengan gerakan tubuh tanpa roh. Malam turun di kaki gunung itu, dingin dan senyap. Keduanya bersiap makan malam, dalam satu piring. Lelaki tua itu kini merasa api panas dalam dadanya menyurut, perlahan-lahan bagai api kecil, berlenggak-lenggok tertiup angin keras.
/Bujang tanggung kuwe gumun karo polahe, lan kur ngetutna prentaeh karo awake obah dewek ora disengaja. Tambah suwe sengsaya wengi nang erengan gunung kuwe, adem lan sepi nyenyet. Wong loro agi tata-tata arep pada maem, barengan sepiring go wong loro. Wong tuwa kuwe siki ngrasakena mandan krasa ayem wis ora patia kemrungsung nang ati, suwe-suwe kaya damar kanginen, lenggak-lenggok semribit kena angin sing banter.

Rabu

SERAT DARMO GANDHUL Bagian 16

Serat Darmagandhul 16 – TAMAT

Pembaca: 1335
Ki Darmagandhul lantas memohon agar diterangkan perbandingan kecerdasan orang dulu dengan sekarang, mana diantara kedua generasi yang pintar, banyak orang memiliki pendapat yang bermacam-macam tentang hal itu.
Kyai Kalamwadi menjawab : “Orang dulu dengan orang sekarang sama-sama cerdasnya. Hanya saja orang jaman dulu kurang bisa mewujudkan kepintaran mereka, sehingga terlihat seolah bodoh. Sedangkan orang jaman sekarang, telah mampu mewujudkan kepintaran mereka sehingga terlihatlah mereka pintar. Kepintaran orang sekarang merupakan limpahan dari kepintaran orang dimasa lalu. Jika orang dulu tidak ada yang pintar, tentunya tidak ada yang bisa dibuat suri tauladan oleh orang jaman sekarang. Orang sekarang masih banyak mencontoh kebijakan masa lalu. Orang yang hidup sekarang juga memberikan sentuhan perubahan, apa yang kurang baik dijadikan lebih baik lagi. Orang jaman sekarang, tidak terbiasa mengemas kebijakan mereka dalam wujud sastra/simbolik. Tapi sesungguhnya, manusia tidaklah layak merasa pintar, karena dia hanya sekedar hamba. Hanya sekedar menjalani. Hanya sekedar memakai jasad fisik. Gerak manusia sesungguhnya sudah ada yang melakukannya. Namun jikalau kamu ingin tahu bagaimanakah manusia yang benar-benar pintar, hal itu sisimbolkan pada sosok wanita yang tiap hari memilah padi (nutu). Tampah (wadhah terbuat dari anyaman rotan) diisi beras hasil ditumbuk. Lantas diputar sejenak. Kulit padi akan beterbangan semua. Sehingga terpisahlah mana beras dan mana kulitnya. Lantas tinggal diambil untuk dipilah-pilah kembali. Singkatnya, beras sebelum diolah untuk dimasak menurut selera harus dibersihkan dulu. Begitulah kesadaran manusia hidup, harus mencontoh wanita tengah memilah padi diatas tampah. Jika kamu bisa berlaku demikian, kamu manusia unggul. Akan tetapi sesungguhnya, tanggung jawab yang sedemikian itu ada pada seorang Raja, yang menguasai seluruh hamba-hambanya. Sedangkan dirimu harus mentaati peraturan negara agar hidupmu tidak diasingkan sesama dan selamat. Dirimu akan menjadi sontoh bagi mereka yang ingin setia pada negara. Oleh karenanya pesanku, jangan sekali-kali dirimu mengaku pintar, itu bukan kewajiban manusia. Jika merasa pintar akan mendapat murka dari Yang Maha Kuasa. Kuasa Gusti Allah tidak bisa digapai oleh manusia. Sadarilah manusia hidup itu hanya sekedar menjalani semata. Jika ada orang pintar, pasti akan ada yang lebih pintar lagi. Bahkan ada manusia pintar kalah dengan orang bodoh. Bodoh maupun pintarnya manusia itu atas kehendak Yang Maha Kuasa. Apapun yang dimiliki manusia, apapun kebisaan manusia, semua hanya diberi pinjaman oleh Yang Maha Kuasa. Jika sudah diambil, semua bakal musna seketika. Karena kuasa Gusti Allah, bisa saja hal yang telah diambil tersebut di berikan kepada manusia bodoh, sehingga manusia bodoh bisa mengalahkan manusia pintar. Oleh karenanya pesanku lagi, carilah pengetahuan nyata, yaitu pengetahuan yang behubungan dengan moksha.”
Ki Darmagandhul lantas bertanya lagi, memohon agar dijelaskan tentang petilasan keraton Kedhiri, yaitu keraton Prabhu Jayabaya. Kyai Kalamwadi menjawab, “Sang Prabhu Jayabaya tidak berdiam di Kedhiri (sekarang), namun berdiam di Daha, terletak disebelah timur sungai Brantas. Sedangkan kota Kedhiri terletak di barat sungai Brantas dan disebelah timur gunung Wilis. Di Desa Klotok, disana terdapat batu bata putih, itulah tempat petilasan Sang Pujaningrat. Sedangkan keraton beliau terletak di Daha, sekarang disebut dengan nama Desa Menang. Peninggalan keraton sudah tidak didapati lagi karena terurug oleh pasir akibat muntahan lahar gunung Kelud. Semua bekas istana dan semua petilasan tersebut sudah hilang. Pesangggrahan Wanacatur dan Taman Bagendhawati juga sudah sirna.  Begitu juga Pasanggrahan Sabda kadhaton milik Ratu Pagêdhongan juga sudah sirna. Yang tertinggal hanya arca buatan Prabhu Jayabaya yang ada di candi Prudhung, Tegalwangi yang terletak disebelah timur laut dari Menang, serta arca Raksasa perempuan yang diputus tangannya oleh Sunan Benang saat masuk ke wilayah Kedhiri. Arca tadi duduk menghadap ke barat. Ada lagi arca kuda berkepala dua, terletak disesa Bogem, wilayah distrik Sukareja (Sukorejo)
Di daerah Lodhaya (Lodaya) ada seorang Raksasa wanita yang hendak ngunggah-unggahi (melamar) Sang Prabhu Jayabhaya. Akan tetapi belum sempat bertemu dengan Sang Prabhu, Raksasa wanita tadi dikeroyok oleh para prajurid. Sang Raksasa jatuh terkapar, tapi belum meninggal dunia, begitu ditanya, dia menjawab bahwa hendak melamar Sang Prabhu Jayabhaya. Sang Prabhu lantas menanyakan hal itu kepada Sang  Raksasa, Sang Prabhu mendapatkan jawaban serupa. Sang Prabhu lantas berkata : Wahai Raksasa! Sepeninggalku kelak, disebelah barat dari daerah ini akan ada seorang Raja, letak istananya ada di Prambanan. Dialah nanti yang bakal jadi jodohmu. Akan tetapi janganlah kamu berwujud seperti itu, berwujudlah (ber-inkarnasi-lah menjadi) manusia, bergantilah nama Rara Jonggrang.”
Setelah diberitahu akan hal itu, sang Raksasa lantas meninggal dunia. Sang Prabhu lantas memerintahkan kepada para abdi dalem, agar supaya tempat dimana meninggalnya putri Raksasa tadi diberi nama Desa Gumuruh. Tidak begitu lama kemudian Sang Prabhu Jayabhaya lantas memerintahkan membuat arca didesa Bogem. Arca tadi berwujud kuda utuh dengan dua kepala. Kiri kanannya diberikan batas. Patih sang Prabhu yang bernama Buta Locaya serta Senapati yang bernama Tunggulwulung bersamaan menghaturkan pertanyaan apa yang menjadi alasan Sang Prabhu menyuruh membuat arca yang sedemikian itu. Sang Prabhu lantas menjawab, latar belakang beliau membuat arca sedemikian itu hanya untuk perlambang kejadian yang akan terjadi nanti, siapa saja yang melihat perwujudan arca tadi akan paham akan kelakuan wanita jaman nanti, jika sudah tiba masa jaman Nusa Srenggi. Bogem artinya tempat perhiasan indah, arti simboliknya bahwa wanita itu tempat menyimpan barang-barang rahasia. Laren (Batasan) yang mengelilingi arca kuda maksudnya juga larangan. Kuda yang dijaga berarti ibarat wanita yang dilindungi. Berkepala dua adalah perlambang jika wanita Jawa kelak kebanyakan tidak setia, walaupun tidak kurang-kurang dalam menjaganya, tetap saja bisa ingkar janji, Lagaran maksudnya adalah tempat tunggangan yang tanpa piranti apapun. Pada jaman nanti kebanyakan manusia hendak menikah tidak lagi meminta restu kedua orang tua, sebab sudah melakukan ‘lagaran’ dahulu, jika cocok ya jadi untuk menikah, tapi jika tidak cocok, maka urunglah dinikahi.

Sang Prabhu juga membangun candi, sebagai tempat bagi masyarakat yang meninggal dan jenasahnya dibakar disana, agar bisa kembali sempurna pulang ke alam sunyi. Kerak kali, sat upacara pembakaran mayat, Sang Prabhu berkenan hadir untuk memberikan penghormatannya.
Itulah adat kebiasaan para Raja dijaman dulu. Oleh karenanya aku memohon kepada Dewa (Tuhan), semoga Sang Prabhu (Raja sekarang) juga bersedia membangun candi untuk membakar mayat, sebagaimana adat para Raja jaman dulu, sebab diriku ini putra dhalang, jangan sampai lama-lama menjadi roh penasaran, jangan lama-lama jasadku berwujud utuh tanpa nyaea, aku berharap agar secepatnya bisa kembali ke asalnya. (Disini jelas, guru Darmagandhul, penulis buku ini seorang beragama Syiwa Buddha/Buda : Damar Shashangka).
Setelah Sang Prabhu Jayabhaya moksha, diikuti kemudian oleh Patih Buta Locaya dan Senapati Tunggulwulung, begitu juga putri Sang Prabhu Ni Mas Pagedhongan, semua ikut moksha. (Sang Prabhu Jayabhaya benar-benar moksha, artinya menyatu kembali dengan Brahman, sedangkan ketiga tokoh yang lain hanya sekedar berpindah alam : Damar Shashangka)
Buta Locaya lantas menjadi Raja Makhluk Halus di Kedhiri. Tunggulwulung menjadi Raja Makhluk halus di Gunung Kelud sedangkan Ni Mas Ratu Pagedhongan lantas menjadi Raja Makhluk halus di Laut Selatan, bergelar Ratu Anginangin.
Ada pula orang yang disayangi oleh Sang Prabhu Jayabhaya, bernama Kramatruna. Kala Sang Prabhu belom moksha, Kramatruna diperintahkan tinggal di danau Kalasan. Setelah tiga ratus tahun kemudian, putra Raja di Prambanan, bernama Lembumardadu atau Sang Pujaningrat naik tahta di Kedhiri, istananya terletak di barat sungai. KEDHI berarti wanita yang sudah tidak mendapatkan datang bulan (menopause) sedangkan DHIRI berarti tubuh. Yang memberi nama adalah Dewi Kilisuci, disesuaikan dengan kondisi beliau. Oleh karenanya Kedhiri diangap negara wanita, jika berperang kebanyakan menang, akan tetapi jika diserang banyak kalahnya. Watak para wanita Kedhiri, besar hati (percaya diri) sebab terkena aura Sang Retna Dewi Kili Suci. Retna Dewi Kilisuci itu adalah saudara tua Raja di Jenggala (Putra prabhu Airlangga, leluhur Raja-Raja Kedhiri dan Jenggala : Damar Shashangka). Pertapaan Sang Retna Dewi Kili Suci ada di sebuah gua, bernama Selamangleng, terletak dilereng gunung Wilis.

KETERANGAN TAMBAHAN.
Kanjeng Susuhunan Ampeldênta mempunyai seorang putri bernama Ratu Patimah kala menikah dengan Nyi Ageng Bela. Ratu Patimah menikah dengan Pangeran Ibrahim di Karang Kemuning. Setelah Pangeran Ibrahim Karang Kemuning wafat, Ratu Patimah lantas bertapa di Manyura. Pernikahan Ratu Patimah dengan Pangeran Ibrahim memiliki seorang putri bernama Nyi Ageng Malaka, dijdohkan dengan Raden Patah.
Raden Patah (Raden Praba), putra Prabhu Brawijaya dengan putri China yang lantas diberikan kepada Arya Damar Adipati Palembang. Setelah naik tahta bergelar Sultan Syah ‘Alam Akbar Sirullah Kalifaturrasul Amirilmu’minin Rajudil ’Abdu’l Hamid Khaq, atau Sultan Adi Surya ‘Alam ing Bintara (Dêmak)
Putri Champa yang bernama Dewi Anarawati (Ratu Emas) yang diperistri Prabhu Brawijaya mempunyai tiga putra.
1.      Putri bernama Rêtna Pambayun, dijodohkan dengan Adipati Andayaningrat penguasa Pêngging, kala jaman pemberontakan negara Bali kepada Majapahit.
2.      Raden Arya Lêmbupêtêng Adipati di Madura
3.      Masih teramat muda dan suka bertapa, bernama Raden Gugur, setelah muksa bergelar Sunan Lawu.
Kakak Putri Champa bernama Pismanhawanti dinikahi putra Syeh Jumadil Kubro yang terlahir dari Siti Fatimah Kamarumi, masih keturunan Kangjeng Nabi Muhammad, bernama Maulana Ibrahim, berasal dari Jedah, lantas pindah ke Champa, menjadi imam di tanah Asmara di Champa, sehingga lantas terkenal dengan gelar Syeh Maulana Ibrahim Asmara. Beliaulah ayahanda Susuhunan Ampeldênta  (Sunan Ampel), Surabaya. Sedangkan adik putrid Champa laki-laki bernama Aswatidab. Sudah memeluk agama Islam, berguru kepada Syeh Maulana Ibrahim, lantas naik tahta menjadi Raja Pandhita di Champa menggantikan kedudukan ayahandanya. Berputra satu bernama Raden Rahmad. Sedangkan kakak putrid Champa yang dinikahi Maulana Ibrahim, berputra Sayid Ali Rahmad, dijaa terkenal dengan gelar Susuhunan Katib ing Surabaya, bertempat di Ampeldhenta lantas terkenal dengan gelar Susuhunan Ampeldênta (Sunan Ampel). Champa adaah wilayah yang terletak di India Belakang (Indo China). Sayyid Kramat yang diceritakan dalam buku ini bergelar Susuhunan ing Bonang (Sunan Benang).

TAMAT

SERAT DARMO GANDHUL Bagian 15

Serat Darmagandhul 15

Pembaca: 1510
Kyai Kalamwadi lantas menerangkan perbedaannya, menurut petunjuk Yang Maha Kuasa, manusia diwajibkan untuk memuja agama. Akan tetapi lantas banyak yang telah keliru memuja kepada benda yang terlihat. Seperti halnya keris, tombak dan berbagai macam barang pusaka, lantas melupakan Tuhan, disebabkan telah mendua dengan men-Tuhan-kan benda. Manusia hidup harus mempunyai agama sebagai pegangan, sebab jika tidak memiliki agama dipastikan banyak melakukan kesalahan tak sengaja, baik kesalahan yang besar atau sedikit. Yang bisa membuat sirnanya kesalahan-kesalahan tadi, hanyalah air suci, yaitu tekad lahir batin (dan itu yang diajarkan agama). Yang dimaksudkan dengan air suci tekad maksudnya milikilah pikiran yang ening (hening), itulah cara mandi manusia yang sesungguhnya, mampu membersihkan lahir dan batinnya. Manusia utama dalam beragama tidak mengharap-harapkan memperoleh surga, yang dicari hanyalah keutamaan suci melebihi manusia lainnya, jangan sampai menemukan penderitaan, mempunyai nama yang baik, mempunyai sesebutan utama, mendapatkan ketentraman lahir batin, mulia seperti dulu-dulunya saat masih berada di alam samar, tidak terkena kesedihan dan keprihatinan. Bersihkan-lah pintu surgamu, berilah hiasan dengan tekad utama, supaya tidak menimbulkan masalah, bisa selamat lahir dan batin. Yang aku maksudkan dengan pintu surga dan pintu neraka, adalah sarana menuju kebahagiaan atau penderitaan. Jika baik adanya akan menarik keuntungan, jika buruk keadaannya akan menuai celaka. Pintu surga dan pintu neraka tak lain adalah ucapanmu. Jika buruk mengundang celaka, masuk pada penderitaan. Jika baik, akan mendapatkan keuntungan.


Darmagandhul bertanya lagi. Manusia didunia hanya berwujud lelaki dan perempuan, akan tetapi mengapa jadinya bermacam-macam bentuk, ada Jawa, Arab, Belanda dan China. Mengapa pula agamanya berbeda. Mengapa tidak diberikan satu ajaran saja?

Kyai Kalamwadi lantas menjelaskan. Semua adalah kehendak Yang Maha Kuasa. Oleh karena ajaran dibuat berbeda-beda, dimaksudkan agar seluruh manusia bisa dipicu menemukan buah pohon Kesadaran dan buah pohon Pengetahuan. Dengan sarana kecerdasan yang diberikan, sampai dimana mampu memetik buah Pengentahuan dan buah Kesadaran. Ketahuilah, Gusti Allah telah menciptakan sastra yang gaib, disebut sastra Hidup. Manusia jarang yang bisa memahaminya, walaupun para Auliya maupun para Nabi tetap saja memahami sebatas yang mereka bisa. Segala buah pohon Pengetahuan dan buah pohon Kesadaran diwujudkan dalam tulisan, diguratkan diatas DALWANG (kertas) dengan MANGSI (tinta) agar bisa terlihat wujudnya. Oleh karen disebut DALWANG sebagai sarana me-DAL WANG-ngune (Keluar wewujudannya), MANGSIT (Memicu) manusia agar memakan buah pohon Pengetahuan (mendapat Pemahaman/Pengertian sebelum mendapatkan buah pohon Budi atau Kesadaran : Damar Shashangka). Alat tulisnya dinamakan KALAM, sebab buah pengetahuan yang tergurat disana bagaikan ucapan alam.

Segala macam sastra/ajaran pemberian Yang Maha Kuasa, wajib dimakan, agar kaya pengertian dan kaya pemahaman, hanya manusia yang tidak memahami sastra/ajaran pemberian Gusti Allah tidak akan memahami WANGSIT (Pengetahuan Rahasia).

(Aulia) yang terhormat Gong Cu (Kong Hu Cu) terlalu terburu-buru meniru sastra/ajaran gaib pemberian Gusti Alah, sehingga mewujudkan dalam aksara tidak sempurna dan banyak pengucapan yang cedal karenanya. Para Auliya yang lain diseluruh dunia sabar mencoba meniru dan mampu menciptakan aksara dengan batasan pasti untuk mewujudkan sastra/ajaran Hidup tersebut. Hanya aksara China yang terlampau banyak jumlahnya, pengucapanya juga cedal, sebab Auliya disana yang membuat aksara tersebut terlalu terburu-buru memakan buah Pengetahuan dan lupa memakan buah Kesadaran, lupa jikalau dirinya dititahkan sebagai manusia. Akan tetapi memaksakan diri memakai kuasa Yang Maha Kuasa, meraih sesuatu yang belum saatnya, terburu-buru membuat aksara hingga jumlahnya tak bisa dihitung. Aku menyebutnya sastra Godhong (Daun). Yaitu Daun dari pohon Kesadaran dan daun pohon Pengetahuan, diambil sedikit-sedikit, ditata dan dikumpulkan, diwujudkan dalam aksara dan ternyata jumlahnya ribuan. Auliya China hendak meniru semua sastra Hidup buatan Gusti Allah. Auliya Jawa sebelum mencipta aksara sudah mencapai tahap Kesadaran, oleh karenanya saat hendak mewujudkan ajaran/sastra Hidup milik Gusti Allah dengan kesabaran, sehingga mampu menciptakan aksara yang jumlahnya bisa dibatasi. Auliya Arab memakan buah pohon Kuldi, membuat aksara demi untuk mewujudkan sastra/ajaran Hidup Gusti Allah juga bisa dibatasi. Tapi sesungguhnya sastra/ajaran Hidup buatan Gusti Allah, berasal dari Sabda (AUM ~ Logos : Damar Shashangka), berwujud sendiri, berbunyi jelas dan bentuknya berbeda-beda serta tak terhitung.

Darmagandhul lantas disuruh menimbang, dari semua ajaran buatan para Auliya tadi yang bisa menunjukkan tingkatan tinggi rendahnya Kesadaran aksara yang mana?

Menurut pertimbangan Darmagandhul, semua ajaran bisa dianggap benar, jikalau semua keluar dari Kesadaran. Sedangkan aksara yang berjumlah lebih sedikit sebagai sarana mewujudkan ajaran tersebut dalam bahasa manusia, menurut Darmagandhul itu hanya karena kepintaran/kemahiran sang pencipta aksara tersebut (tidak ada hubungannya dengan Kesadaran sama sekali. : Damar Shashangka).

Kyai Kalamwadi berkata : “Jika manusia hendak melihat sastra/ajaran Gusti Allah, aksaranya tidak bisa dilihat dengan mata lahir, hanya bisa dilihat dengan mata Kesadaran. (Ajaran Hidup atau ajaran Tuhan itu adalah Rta/Dharma/Kebenaran/Hukum Alam ini. Itulah sastra/ajaran Tuhan yang sesungguhnya : Damar Shashangka). Gusti Allah Tunggal ada-Nya, akan tetapi Dzat-Nya meliputi seluruh perwujudan. Untuk bisa melihat harus dengan Kesadaran yang jernih, tidak boleh tercampuri kehendak yang aneh-aneh. Harus teliti dan sabar, supaya menyadari kenyataan Dia yang sebenarnya.
Kyai Kalamwadi duduk dihadap istrinya yang bernama Endhang Prejiwati. Darmagandhul serta para cantrik (murid) yang lain menghadap. Saat itu Kyai Kalamwadi tengah memberikan wejangan kepada istrinya. Itulah kewajiban seorang suami harus memberikan pengajaran yang baik bagi istrinya. Yang tengah diwejangkan adalah pengetahuan Kesejatian dan pengetauan yang diperlukan jika sudah datang saatnya kematian. Seorang istri diibaratkan seperti halnya rumah. Walau kondisinya sudah baik, akan tetapi setiap hari harus tetap dibersihkan, dipelihara dan diperbagus. Kyai Kalamwadi lantas menuturkan, bahwasanya didalam raga manusia ini banyak firman Tuhan yang memberikan pengetahuan. Hanya sebatas berupa tanda-tanda yang tertulis disekujur badan.

Kyai Kalamwadi berkata : “Dikarenakan diriku ini orang bodoh, oleh karenanya aku tidak bisa memberikan wejangan yang terangkai dengan kata-kata indah. Aku hendak bertanya kepada jasadmu, dan dari jasadmu akan banyak ditemukan jawaban.”

Lantas beginilah ucapan Kyai Kalamwadi. Tangan kirimu itu memiliki arti sendiri, bisa dibuat contoh nyata kebaikan, menunjukkan ragamu itu dipenuhi wujud hawa (Keinginan) belaka. Kata ‘KI’ maksudnya ‘i-KI’ (Ini) ‘WA’ maksudnya ‘we-WA-dhah’ (Tempat). Jasadmu itu ibarat perahu dan perahu ibarat dari seorang wanita. WONG maksudnya ‘ngelo-WONG’ (Memiliki ruang), WADON (Wanita) maksudnya hanya sebagai WADHAH (Tempat). Isinya hanya tiga perkara, yaitu KAR-RI-CIS. Maksud dari KAR-RI-CIS adalah sebagai berikut : 
1.      KAR artinya dza-KAR (Penis). Maksudnya jikalau lelaki bisa memenuhi kelelakiannya (memenuhi kebutuhan biologis istrinya), sang wanita pasti merasa puas, sehingga akan langgeng dalam perjodohan suami istri. 
2.      RI maksudnya pa-RI (Padi). Maksudnya makanan. Jikalau sang suami bisa mencukupi kebutuhan makanan sang istri, pastilah sang istri tenteram hatinya. 
3.      CIS maksudnya pi-CIS atau uang, maksudnya jikalau sang suami mampu memberikan uang yang cukup kepada sang istri, pastilah sang istri akan tenteram.
Jika sebaliknya, jikalau sang suami tidak mampu memenuhi ketiga-tiganya, sang istri bisa resah hatinya. Sedangkan tangan TENGEN (Kanan) maksudnya ‘etung-NGEN’ (Telitilah) tingkah lakumu. Setiap hari harus bersedia melayani bahkan sang wanita wajib pula membantu sang suami mencari sandang dan pangan.

Bahu atau KANTHI (Damping), maksudnya seorang istri adalah pendamping suami untuk melakukan segala pekerjaan yang perlu.

SIKUT (Siku) maksudnya SINGKUREN (Belakangilah) segala perbuatan salah. UGEL-UGEL (Pergelangan) melambangkan, walau terjadi pertengkaran, seyogyanya tidak akan terpisahkan selamanya (Pergelangan adalah tempat sambungan antara dua tulang yang terpisah. Suami dan istri walau memiliki keinginan yang berbeda, tetaplah menjadi satu ibarat pergelangan tangan tersebut). EPEK-EPEK (Telapak tangan), maksudnya nge-PEK (Meminta) nama suami. Sebab wanita jika sudah bersuami, namanya lantas dipanggil dengan nama suaminya. Inilah perlambang dari Warangka (Sarung Keris) masuk kedalam Curiga (Keris). Warangka adalah sang wanita, Keris-nya adalah nama dari suaminya.

RAJAH ditelapak tangan, memberikan petunjuk agar seorang istri menganggap suaminya adalah Raja-nya.

DRIJI (Jemari) maksudnya adalah DREJEG atau pagar. Kelilingilah jiwamu dengan pagar keutamaan, seorang wanita harus memiliki watak utama. Setiap jemari memiliki arti sendiri-sendiri.
JEMPOL artinya EMPOL (Bagian renyah didalam batang pohon kelapa yang bisa dimakan), maksudnya seorang istri manakala diingini oleh seorang suami, haruslah mudah dan renyah bagaikan renyahnya empol kelapa.

DRIJI PANUDUH (Jari telunjuk) maksudnya seorang wanita harus menjalani apa saja sa-PITUDUH-e (Segala yang ditunjukkan) oleh sang suami.

DRIJI PANUNGGUL (Jari tengah), maksudnya agar seorang wanita bisa ng-UNGGUL-ake (Mengunggulkan) suaminya agar mendapat keberkahan.

DRIJI MANIS (Jari manis) maksudnya seorang wanita harus memiliki wajah dan tingkah laku yang MANIS, berbicara yang MANIS dan sewajarnya.

JENTHIK (Jari kelingking) maksudnya sebagai seorang istri, seorang wanita kuasanya daam rumah tangga hanya seperlima dari kuasa suami, oleh karenanya harus setia dan menurut kepada suaminya.

KUKU maksudnya harus KUKUH (Kuat dan rapat) menjaga bagian rahasianya, jangan sampai gampang kendor tapih (kemben)-nya.

Pegangan hidup (PIKUKUH) berumah tangga, bagi wanita harus setia dan penurut kepada suaminya serta harus menjalani empat perkara, yaitu : PAWON (DAPUR) PATURON (RANJANG), PANGREKSA (MENJAGA DIRI) serta menghindari PADUDON (PERTENGKARAN).

Hidup berumah tangga manakala bisa menetapi aturan ini, dapat dipastikan akan selamat dan tenteram.

Kyai Kalamwadi memberikan petunjuk lagi tentang ketetapan berumah tangga. Menurut Kyai Kalamwadi, hidup berumah tangga harus berketetapan pada hati yang ingat, jangan sampai berbuat yang tidak baik. Bukan harta benda dan wajah sebagai pegangannya, tapi hati yang senantiasa ingat. Jika gampang sangat-sangat gampang, jika sulit, sangat-sangat sulit menjalaninya. Jika gagal gagal sekalian, jika dapat harus dapat sekalian (tidak boleh setengah-setengah maksudnya), jikalau sampai salah jalan tidak bisa diberikan ganti rugi dengan harta dan perwajahan tampan/cantik (jika sudah melakukan kesalahan, tak pandang punya harta banyak atau wajah bagus, tetap akan mendapatkan malu). Seorang istri harus senantiasa ingat jika dirinya dimiliki oleh seorang suami. Jikalau tidak mengingat akan hal ini, akan seenaknya dalam bersikap, sebab jika sampai ingkar, bisa menghilangkan keberkahan hidup berumah tangga. Yang dimaksud dengan ingkar bukan hanya ber-zina dengan lelaki lain saja, akan tetapi segala hal perbuatan yang berakibat tidak baik, juga bisa disebut ingkar, oleh karenanya seorang istri harus apa adanya (jujur) lahir dan batin, sebab jika tidak, pasti akan mendapatkan dua maca dosa, pertama berdosa kepada suami dan kedua berdosa kepada Gusti Allah, dapat dipastikan tidak akan mendapatkan kehidupan yang nyaman dikemudian harinya. Oleh karenanya hati harus senantiasa ingat, sebab perbuatan badan menuruti keinginan hati, sebab hati adalah raja bagi badan. Hidup berumah tangga bisa diibaratkan sebuah perahu besar, jalannya perahu terletak pada layar dan kemudi, walaupun layar sudah benar manakala kemudi salah menjalankan, perahu-pun tidak akan bisa berjalan baik. Suami ibarat memegang layar sedangkan sang istri ibarat memegang kemudi. Walaupun sudah benar menjalankan kemudi, namun jika layar tidak benar, maka jalannya perahu juga tidak bisa tegak. Jikalau keduanya sudah benar, maka akan menuai ketentraman dan akan sampai apa yang diinginkan, sebab kedua-dua orang menjalankan tugasnya dengan baik. Singkatnya, hidup berumah tangga kedua pasang suami istri harus sama tujuannya, oleh karenanya harus rukun, kerukunan akan membuahkan kebahagiaan. Bukan hanya yang tengah menjalankan hidup berumah tangga saja yang akan bahagia, jika bisa belajar hidup rukun, tetangga kiri dan kanan-pun juga ikut bahagia.

Aku katakan padamu, jalan memperoleh kemuliaan hidup itu ada empat perkara : 
1.      Mulia karena nama 
2.      Mulia karena harta 
3.      Mulia karena banyak ilmu 
4.      Mulia karena banyak keahlian
Yang dimaksudkan dengan mulia karena nama, itu manusia utama, bisa mendapatkankeuntungan besar, dan keuntungan tersebut bisa dirasakan oleh orang lain pula. Sedangkan mulia karena harta, mulia karena banyak ilmu dan mulia banyak keahlian, dimanapun tempatnya akan dihargai orang.
Jalan menuju kesengsaraan juga ada empat perkara : 

1.      Rusaknya hati (moral) manusia itu jikalau moralnya rusak, raganya juga ikut menemui kerusakan. 
2.      Rusaknya raga, yaitu manusia berpenyakitan 
3.      Rusaknya nama, yaitu manusia miskin. 
4.      Rusaknya Budi (Kesadaran), itulah manusia bodoh. Manusia bodoh sempit pikirannya dan kebanyakan pemarah.
Manusia yang mendapatkan anugerah dari Gusti Allah adalah manusia yang sehat, cukup rejeki dan tentram hatinya.

Manusia hidup yang ingin menjadi manusia utama, maka milikilah nama baik agar bisa dijadikan contoh oleh mereka yang ditinggalkan kemudian.”



(Bersambung)

HAM Pancasila: Jalan Tengah antara Kebebasan dan Tanggung Jawab Sosial

HAM Pancasila: Jalan Tengah antara Kebebasan dan Tanggung Jawab Sosial   I. Pendahuluan: Mengontekstualisasikan Hak Asasi Manusia di Indones...