Kalimat
“berguru kepada Allah” terasa asing ditelinga kebanyakan orang. Namun
saya terdorong untuk menggunakannya sebagai topik bahasan yang ingin
saya paparkan. Saya melihat dari sisi yang lain dari setiap pengajaran
suatu ilmu yang disampaikan oleh para guru maupun para pakar. Mereka
adalah orang-orang yang mendapatkan ilmu dari membaca buku yang
tersusun dari huruf-huruf maupun membaca dari setiap kejadian-kejadian
unik dari fenomena alam semesta ini. Apabila kita perhatikan surat Al
Alaq ayat 1-5, Allah menjelaskan apa yang dimaksud dengan kata “membaca”
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah , Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha
Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Ayat diatas jelas sekali bagaimana Allah mengajarkan membaca dengan
melihat suatu kejadian penciptaan “manusia” mulai dari bentuk mudhgah
(segumpal darah) hingga menjadi bentuk manusia yang sempurna. Kalau kita
runtun serangkaian kejadian tersebut dengan teliti dan kita bisa
ceritakan kembali kepada orang lain maka secara tidak sadar kita telah
mengajarkan sebuah “ilmu”. Dan kalau kita khususkan lebih dalam
penelitian kita atas peristiwa kelahiran manusia mungkin kita akan lebih
banyak mengetahui seperti halnya kejadian yang akan kita perhatikan.
Ovum atau sel reproduksi wanita yang telah dewasa itu ditempatkan dalam
jaringan yang berbentuk bisul dipermukaan indung telur. Pada saatnya
yang tepat ,terbukalah pintu, dan ovum itu bergerak maju kebagian ruang
peranakan. Sangat mengherankan, sel tersebut tidak musnah disini,
tetapi diarahkan keujung saluran indung telur, yaitu satu pipa saluran
menuju kandungan.
Ovum atau sel reproduksi wanita didorong kedalam kandungan melalui
saluran indung telur dengan sejumlah besar jari-jari halus yang menyapu
sel itu dan menggerakkannya. Sementara sel tersebut melewati saluran
indung telur, maka sekarang ia dapat bertemu dengan sperma apabila
hubungan kelamin diadakan pada saat itu. Apabila tidak ada sperma
laki-laki yang menyerang, ovum itu kemudian bergerak dedalam kandungan,
pada akhirnya musnah disana. Namun jikalau kedua sel itu bersatu, maka
“hidup baru pun mulailah”, sel baru ini akan bergerak secara perlahan
untuk meneruskan perjalanannya dalam saluran indung telur, hingga sampai
dikandungan. Disanalah ia bermukim selama sembilan bulan. Kemudian sel
itu berkembang menjadi bayi yang sempurna. Subhanallah .. ternyata
kita bukan apa-apa, dan kita hanya menyaksikan sebuah peristiwa
berlangsung. Kita hanya sebagai saksi atas ‘pekerjaan’ Allah yang logis
dan mudah dicerna oleh siapa saja yang mau berpikir. Dengan cara
demikian Allah berkomunikasi memberikan ajarannya melalui perantara
“kalam” sehingga manusia menjadi tahu dan berilmu. Dari setiap system
yang berlaku dalam penciptaan tersebut Allah sekaligus mengilhamkan
sebuah “pengertian ” atau kefahaman bagi si pembaca.
Mari kita pertegas lagi dengan surat al Mu’minun ayat 12-14:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah, kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim) Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah ,lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging . dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang- belulang. Lalu
tulang-belulang itu Kami bugkus dengan daging.Kemudian kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha suci Allah, Pencipta yang
paling baik”.
Banyak orang mengajarkan ilmu kepada muridnya namun ia tidak mampu
memberikan kefahaman, … banyak guru mengajarkan ilmu agama namun ia
tidak bisa memberikan secuil iman, dan banyak guru mengajarkan shalat
dan rukunnya namun ia tidak bisa memberikan kekhusyu’an. Dan banyak
majelis pembersihan jiwa namun ia tidak bisa membersihkan jiwanya (An
Nur 21)
Ada peristiwa menarik yang perlu kita simak dari sekitar lingkungan kita
sehari-sehari … Saya mengajak pembaca untuk memperhatikan perilaku
binatang dan tumbuh-tumbuhan yang terkadang terlupakan bagi kita untuk
mengambil pelajaran.
Ada yang ingin saya ungkapkan sebuah rahasia Allah, saat kita bertutur
mengenai perilaku binatang dan tumbuh-tumbuhan, bagaimana lebah
menciptakan sarangnya dengan arsitektur yang indah, para semut yang
bekerja dengan tekun dan kompak serta mengelompokkan dalam pekerjaan
dengan menajemen yang sangat rapih. Dan kita perhatikan seperti apakah
sarang semut itu? Mereka membuat sarang terdiri dari ruangan-ruangan
yang berfungsi sebagai gudang tempat menyimpan makanan, ruang untuk
menyimpan larva, ruang makan ratu semut yang dilayani semut pekerja dan
tempat bertelur, kemudian telur semut tersebut dibawa oleh pekerja ke
ruangan khusus penyimpanan telur. Ruang semut jantan dan ruang semut
betina terpisah. kepompong yang sudah menjadi semut sempurna diletakkan
pada ruangan tersendiri dan para semut ada yang bertugas merobek
kepompong untuk mengeluarkan semut-semut yang masih bayi. Kita lihat
diruangan yang lain, semut- semut ini memelihara kepompong kupu-kupu
hairstreak. Mereka merawatnya dan memberinya makanan layaknya bayinya
sendiri. Mereka mengharapkan kelak anak angkatnya ini mampu membalas
jasa baiknya dengan memberi madu yang manis.
Mari kita tinggalkan rumah semut yang damai dan sejahtera, menuju istana
rayap yang penuh keajaiban. Sebuah gundukan tanah sarang rayap, yang
kelihatannya sepele ternyata ada sebuah kecerdasan yang mengalir pada
diri para penghuninya … bagaimana tidak, saat suhu udara diluar bergerak
antara 35 derajad (pada malam hari) hingga 104 derajad fahrenheit
(pada siang hari), suhu didalam sarang tetap stabil. Kira-kira hanya 87
derajad fahrenheit, kehebatan ini yang membuat arsitek di Zimbabwe
berguru pada rayap. Mereka ingin membuat rumah yang dingin seperti rumah
rayap. Ternyata ada sebuah lobang angin dibawah gundukan … udara yang
hangat disiang hari mengalir keseluruh ruang. Sementara ruang-ruang itu
telah basah oleh lumpur yang dibawa rayap dari genangan di bawah
tanah, makanya, didalam sarang udara tetap lembab. Jadi tak heran jika
jamur yang dibutuhkan rayap sebagai makanan tumbuh subur disini.
Belajar dari melihat dan memperhatikan apa yang dilakukan rayap, para
arsitek pearce partnership di Harare, Zimbabwe, menerapkan ide yang sama
untuk mebangun sebuah komplek perkantoran dan real estate. Maka
berdirilah bangunan Eastgate. Banguan tersebut sebenarnya terdiri dari
dua bangunan. Dibagian atapnya dihubungkan oleh semacam jembatan miring
berbahan kaca, sehingga angin menjadi bebas masuk pada malam hari.
Kipas-kipas yang dipasang disetiap ruangan mengalirkan udara dingin dari
luar atrium. Udara masuk rongga dilantai dasar. Persis seperti lubang
rayap, dibagian dasar ini, udara segar mengalir kesetiap ruang
perkantoran melalui ventilasi lantai. Udara panas disiang hari akan
keluar gedung melalui cerobong diatas atap.
Kita perhatikan makhluk yang tidak memliki akal dan tiada mampu
berfikir, makhluk yang tiada daya namun siapa yang membekali ia
kemampuan bersiasat, berpengertian? Memiliki tingkat kecerdasan yang
luar biasa. Bagaimana mereka mendapatkan kecerdasan dan berpengertian
tersebut. Apakah mereka bisa dengan sendirinya.
Allah lah yang bertutur kata kepada semua makhluknya. Allah yang
memberikan wahyu kepada para Nabi, kepada ibu Musa, kepada lebah, kepada
semut, kepada langit dan bumi, kepada manusia, kepada pencuri
sekalipun !
Semua makhluk telah mengikuti kehendak Ilahi dan perintah Ilahi dengan
terpaksa ataupun suka cita. Allah membuat hukum yang harus diikuti semua
makhluk, hal ini bisa kita rasakan dalam renungan yang hening … kita
perhatikan keluar masuknya nafas … kedipan mata dan degup jantung yang
bergerak mengalirkan darah sambil mengirimkan nutrisi menggantikan
sel-sel yang hilang … indahnya penglihatan memandang alam … suara debur
ombak menggema menembus telinga ….dan lidah merasakan lezatnya
buah-buahan dan biji-bijian. Oh .. alangkah indahnya semuanya ini,
manusia hanya bisa merasakan dan menyaksikan. Tidak sedikitpun kita ikut
andil dalam membuat rasa semua ini !!!!
Rasakan dengan penuh hikmah bahwa kita sebenarnya hanya diam terpaku
dalam kesibukan Allah (Af’alullah), Allah yang menggerakkan bumi dan
bintang-bintang … Allah yang mengatur senyawa-senyawa bereaksi ….dan
butiran-butiran atom bergerak pada porosnya.
“dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu tidak mengetahui
apa-apa, kemudian Allah memberi kepada kamu pendengaran dan penglihatan
serta pikiran (perasaan), supaya kamu bersyukur (An Nahl : 78)
Firman Allah:
“Kemudian Dia mengarah kepada langit yang masih berupa kabut lalu Dia
berkata kepadanya dan pada bumi; silahkan kalian mengikuti perintah- Ku
dengan suka hati atau terpaksa .jawab mereka: kami mengikuti dengan
suka hati ” (Fushilat ayat 11)
Mari kita perhatikan alquran dalam surat Fushilat ayat 12
“Maka Allah menjadikannya tujuh langit dalam dua hari dan “mewahyukan”
perintah-Nya pada tiap-tiap langit itu, dan Kami hiasi langit dunia dan
pelita-pelita dan Kami memeliharanya, Demikianlah ketentuan yang Maha
Perkasa lagi Maha mengetahui”
Allah mengajarkan manusia apa-apa yang belum diketahuinya. Allah lah
yang menuntun manusia, memberikan inspirasi, ilham dan wahyu. Tubuhnya
patuh mengikuti perintah Tuhannya tidak terkecuali orang kafir.
Sunnah-sunnah Allah berlaku kepada alam semesata baik yang mikro maupun
yang makro.
Syaikh imam An Nafiri berkata ” Tuhanku bertutur kata kepadaku”… Demi
keimanan bahwa sumber segala hakikat dan sumber segala pengilhaman ialah
Allah Swt semata …
Baiklah kita nukilkan apa yang tertera dalam kitab suci Alquran setiap
yang disebut wahyu itu adalah wahyu tasyri’ atau wahyu syariat, tetapi
ada wahyu ilham. dimana Allah memberikan perintah- perintah atau
instruksi-instruksi kepada makhluknya, Firman Allah Swt:
Dan Tuhanmu “mewahyukan” kepada lebah (An nahl 16:18)
Dan kami “wahyukan ” kepada ibu Musa (Al Qashas 28:7)
Dan Ia “mewahyukan” kepada tiap-tiap langit itu urusan masing-masing (Fushilat 41:12)
Kata “wahyu” yang tertera dalam ayat-ayat diatas , secara tegas bahwa
Allah tidak menutup-nutupi kepada pembaca, bukan siapa-siapa yang
membisikkan dan menggerakkan tubuh manusia yang oleh pakar biasa disebut
alam kecil atau gambaran mini tentang alam semesta. Dialah Allah yang
bersembunyi dibalik kasat mata manusia yang buta hatinya. Ia yang
menggerakkan bumi , langit , bintang-bintang, matahari … dan mengajarkan
lebah berdemokrasi dalam memilih pimpinan dan perundang-undangan
pemilihan. Ia menuntun lebah-lebah ini untuk membuat konstruksi bangunan
rumahnya yang indah. Masing-masing dibekali wahyu dari tuhan-Nya untuk
melaksankan tugasnya dengan sempurna. Mereka seperti rasul-rasul sang
utusan, mereka begitu mematuhi perintah-Nya tanpa membantah, sehingga
jalan mereka tidak berbenturan dengan fitrah Allah Yang Maha Suci.
Berpegang pada hasil kontemplasi pada alam semesta yang berada di
sekeliling kita, baik yang jauh seperti galaksi atau bimasakti, bintang,
matahari, bulan, maupun yang dekat seperti bumi, gunung, lautan,
angin, hujan dan sungai, semua makhluk yang dikatakan tak bernyawa, dan
makhluk&endash;makhluk hidup seperti tumbuh-tumbuhan, binatang,
dan manusia, kita telah berhasil memberikan penafsiran dan pengertian
yang menunjukkan adanya kecocokan antara ayat-ayat Allah didalam kitab
suci Al Quran dengan ayat-ayat Allah di alam semesta. Dengan
perkembangannya dan sempurnanya sains kita akan mempunyai informasi
yang lebih banyak ayat-ayat Al Quran, yang sekarang belum kita fahami,
dan lebih mendalam lagi ayat-ayat Al Quran yang kini telah dapat kita
fahami sedalam apa yang dapat disajikan sains pada saat ini.
Keadaan ini dapat kita capai karena kita mengikuti perintah Allah untuk
berintizhar pada alam semesta itu agar kita dapat melihat ayat- ayat
Allah ,tanda kebesaran Allah, tanda-tanda kekuasaan-Nya serta wahyu-Nya.
Ayat-ayat Allah ini boleh dibaca oleh siapa saja dan mereka akan
medapatkan hikmahnya dan manfaat dari hasil membaca ayat- ayat tersebut.
Maka jangan salahkan orang kafir kalau mereka bersungguh-sungguh
meneliti dan mendata apa yang mereka baca dari kejadian alam lalu
mendapatkan ganjaran atas manfaat membaca ayat kauniah. Dan sebaliknya
Allah akan membiarkan ummat Islam terkapar, jika memang ia tidak mau
menjalankan syari’at secara kauniah yang merupakan ketetapan dan
sunnah-sunnah-Nya.
Nyata pula bahwa melalui jalan intizhar pada isi bumi, baik yang hidup
maupun yang mati serta atom dan molekul, Allah mengungkapkan hukum-hukum
alam-Nya, dan mengizinkan kita untuk meng-analisis kembali bagaimana
bumi tercipta dan berkembang, dan makhluk hidup diciptakan serta
dievolusikan Allah dalam rangka penyempurnaannya hingga tercipta
manusia. Sekalipun ia tersusun dari zat-zat kimiawi yang berkelakuan
sesuai ketetapan sunnatullah, manusia bukan sekedar onggokan bahan kimia
atau struktur kimiawi yang mengikuti hukum-hukum alam hingga merupakan
mekanisme yang memperlihatkan gejala hidup, bermetabolisme, tumbuh,
berkembang biak dan sebagainya.
Dalam diri manusia terdapat suatu kesadaran, sesuatu yang tak dapat
dikembalikan pada proses kimiawi atau fisis yang kita ketahui. kita
lihat dalam surat al Hijr 28-29
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering
(yang berasal) dari Lumpur hitam yang berstruktur, maka apabila Aku
telah meniupkan kepadanya roh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud.”
Jadi manusia diberi roh oleh Allah, diberi kesadaran serta kemampuan
abstraksi dan berkomunikasi secara lisan maupun simbolik, kemampuan
analisis dan sintesis, berakal dan berpikiran. Kesemuanya itu merupakan
intrumen yang disediakan dalam rangka untuk menjalankan tugas
kekhalifahan. Pada bab-bab sebelumnya sudah saya singgung mengenai Allah
mengilhamkan kepada jiwa manusia. Dia yang mengajarka jiwa manusia
melalui kalam baik tentang jalan kebajikan maupun jalan kejahatan.
Dimana kejahatan dan kebajikan hampir tidak bisa dibedakan dalam
penggunaannya. Ilmu yang yang digunakan oleh koruptor dalam mencuri uang
perusahaan misalnya, ia menggunakan ilmu yang sama dengan ilmu yang
digunakan oleh orang yang beriman yaitu “ilmu akunting”. Jadi jelas
bahwa Allah telah menurunkan ilmu kepada manusia melalui jiwanya, namun
manusialah yang akan menentukan ilmu itu akan diarahkan kemana ia mau.
Apakah jalan kebajikan ataupun jalan kejahatan. Maka beruntunglah bagi
manusia yang membersihkan jiwanya sebab ia akan diberikan kemudahan
oleh Allah untuk melakukan kebaikan-kebaikan. Dan sebaliknya sungguh
merugi orang yang mengotori jiwanya sebab ia akan mendapatkan jalan
kemudahan untuk berbuat kejahatan.
Dari semua uraian diatas mengenai bagaimana Allah mengajarkan manusia
melalui kalam-Nya, mari kita merenungkan kembali dan melihat kebenaran
dengan jujur, jangan kita membuat apologi untuk menghindar dari
kebenaran yang nyata atas perbuatan Allah. Terkadang kita banyak
terjebak oleh istilah yang membingungkan dan menjauhkan kita dari
kegiatan Allah yang langsung kita bisa rasakan. Kebingungan kita
bertambah tatkala ilmuwan-ilmuwan atheis mengatakan bahwa semua kejadian
alam ini bisa bergerak dengan sendirinya atau biasa disebut “natural”,
insting atau gharizah Namun Al Quran secara tegas membantah pendapat
kaum atheis itu, bahwa Allah-lah yang mengatur semuanya ini, Allah-lah
yang berbicara dan memerintahkan langit, bumi, atom-atom, kepada
binatang serta tumbuh-tumbuhan, kemudian Allah berbicara kepada roh
manusia melalui ilham dan wahyu. Lantas mengapa kita takut mengatakan
“saya berguru kepada Allah” dalam segala hal, karena Dialah Yang Maha
Mengetahui akan segala sesuatu yang nyata maupun yang ghaib.
Banyak orang meragukan bagaimana kalau kita “tersesat” dan ternyata
syetan yang menjadi guru kita? Saya akan kutib perkataan Syaikh Ar
Rifa’i, dalam kitab Jalan Ruhani oleh Syaikh Sa’id Hawwa hal 73:
“Sebenarnya tujuan akhir para ulama dan para sufi adalah satu”. Ini
perlu kami utarakan disini, sebab beberapa ulama yang kurang faham
selalu menghujat setiap orang dengan perkataan: “Orang yang tidak
memiliki syaikh, maka syaikh-nya adalah syetan. ungkapan ini dilontarkan
oleh seorang sufi yang berpropaganda untuk syaikh-nya yang alim atau
dilontarkan oleh sufi yang keliru, yang tidak tahu bagaimana seharusnya
ia mendudukkan tasawuf pada tempat yang sebenarnya. Sebenarnya orang
yang tidak memiliki syaikh adalah orang bodoh yang tidak pernah belajar,
menolak dan lari dari pendidikan. Manusia macam inilah yang bersyaikh
pada syetan!! Sedangkan yang berjalan atas dasar ilmu pengetahuan, itu
berarti imam dan syaikh nya adalah ilmu dan syariat.
Syaikh Abdul Qadir Jaelani mengisahkan perjalanan keruhaniannya yang
ditulis dalam kitab “Rahasia Kekasih Allah”, saat dimana ia bertawajjuh
dalam tafakkur dengan khusyu’, saat ia meluruskan jiwanya melayang
menuju yang maha ghaib, saat ia melampiaskan rohnya yang penat
terkungkung oleh sibuknya dunia, ia tinggal kan seluruh ikatan syahwati
yang sering mengajak kejalan kefasikan. Ketika roh sang Syaikh mulai
ekstase dalam puncak keheningan dan kecintaan yang mendalam kepada Sang
Maha Kuasa, baru selangkah rohnya meluncur lepas untuk memasuki
kefanaan,tiba-tiba muncul cahaya yang terang benderang meliputi ruangan
alam ruhani Syaikh. Dan kepada sang Syaikh di wangsitkan sebuah amanah
yang membebaskan darinya dari ikatan “syari’at Allah” dengan memberikan
alasan bahwa sang Syekh sudah mencapai kedekatan kepada Allah.
Perjalanannya sudah sampai (wushul) dan tidak perlu lagi shalat, haji
zakat dan dihalalkan semua yang pernah Allah haramkan. Namun sang Syaikh
ini rupanya telah memiliki ilmu ma’rifat kepada Allah dengan landasan
Al Quran dan Al Hadist, dimana ia diselamatkan oleh pengetahuan tentang
Allah, bahwa Allah tidak sama dengan makhluq-Nya, tidak berupa suara,
tidak satupun yang bisa membandingkan-Nya. Dia Maha Ghaib dan Maha
Latif. Pengetahuan yang cukup, yang dimiliki sang Syaikh mengalahkan
wangsit yang keliru tadi, dengan tuntunan syari’at yang ditentukan oleh
Allah sendiri. Ia selamat dari jebakan syetan yang terkutuk . Allah-lah
sebagai penuntun menuju hadirat-Nya. Dialah sang Mursyid sejati, tidak
satupun manusia yang mampu menghantar roh manusia lain menuju
kehadirat Allah ‘azza wajalla.
Kita perhatikan para nabi seperti nabi Ibrahim, beliau mengetahui dengan
jelas siapa yang menggoda ketika beliau mendapatkan perintah untuk
mengorbankan putranya Ismail untuk disembelih. Namun nabi Ibrahim
memiliki jiwa yang bersih dan berada pada wilayah keruhanian yang
tinggi. Sehingga beliau mengetahui siapa sebenarnya yang menggodanya.
Sebab kedudukan dimensi syetan masih berada jauh dibawah kedudukan orang
mukmin yang mukhlisin (berserah diri kepada Allah). Hal ini juga
pernah dialami oleh nabi Yusuf saat gejolak syhwatnya menguasai
jiwanya. namun saat itu pula sabi berserah diri dengan ikhlas kepada
Allah, sehingga Allah menurunkan burhan dihatinya, yang pada akhirnya
nabi Yusuf selamat dari perbuatan mesum dengan wanita cantik jelita
yang menggodanya. Hal ini pernah dikeluhkan oleh syetan kepada Allah
bahwa dirinya akan selalu menggoda setiap anak cucu Adam sampai hari
kiamat. Namun ia tidak mampu menjerumuskan kedalam kesesatan bagi
orang-orang yang berserah diri kepada Allah.
Banyak informasi mengenahi Allah yang keliru, sehingga belajar ketuhanan
terkesan sulit dan sangat membingungkan. Kita lihat banyak buku-buku
mengenai theologi, ia berbicara eksistensi “Tuhan” namun kita tidak
pernah diajak melihat secara sederhana. Atau kita banyak berbicara
mengenai Allah, tentang kekuasaan-Nya, kehebatan-Nya, dan kemaha
pengasihan-Nya, akan tetapi kita merasakan sedang membicarakan sosok
yang jauh disana. Padahal kita sedang berada didekat-Nya, dan sangat
dekat É Keseder-hanaan firman-firman Allah dalam mengungkapkan
keberadaan diri-Nya sering disalah tafsirkan. Sehingga bertambah jauhlah
dia dari pengertian yang seharusnya.
Kita banyak terhijab oleh pengetahuan yang menutup eksistensi Tuhan
dalam hubungannya mengenai pengajaran dan bimbingan melalui “ilham”.
Kita sudah terlanjur terbelenggu oleh pengertian bahwa Allah tidak
berkata-kata lagi kecuali hanya kepada nabi-nabi, para rasul dan para
wali. Namun disisi lain mereka mengharapkan Allah memberikan
jawaban-jawaban atas doa-doanya, bimbingan-nya, ismatnya dan taufiqnya.
Dan mereka menolaknya kalau kita katakan bahwa kita akan belajar atau
berguru kepada Allah masalah hidup, masalah khusyu’ masalah penyelesaian
rumah tangga, atau menanyakan informasi hal-hal yang akan kita lakukan
nanti.
Kita telah melupakan bahwa ayat-ayat Al Qur’an banyak menyiratkan makna
yang belum bisa kita lakukan. Ayat-ayat perintah atau amar seperti
shalat, zakat, haji, sedkah, berjilbab, dan lain-lain, kita bisa lakukan
dengan segera. Namun banyak ayat-ayat berupa penjelasan atau
menceritakan keadaan (hal) orang-orang yang beriman. Dimana kita tidak
akan mampu melakukannya kalau bukan karena hidayah atau tuntunan, yaitu
berupa kekusyu’an, menangis dalam shalat atau bergetar ketika dibacakan
ayat-ayat Allah, merasa tenang dan tidak ada rasa khawatir. Sikap
ruhiyah inilah yang kita tidak miliki !
Dan tidak mungkin kita bisa lakukan semudah mengangkat takbir atau
membaca ayat Al Qur’an. Hidayah, bukan hak kita untuk memberikan kepada
murid atau anak kita. Hidayah adalah hak Allah kepada hamba- hambaNya
yang terpilih. Hidayah adalah pengalaman pribadi dan merupakan tuntunan
dan tarikan ruhani. Kepada jiwa itulah cahaya Allah memberikan karunia
kekusyu’an dan keimanan yang dalam. Pengalaman-pengalaman itu ditulis
dalam Al Qur’an berupa keadaan yang mesti didapat secara rasa, bukan
ditafsirkan. Pengalaman-pengalaman tersebut akan menjadi pemicu bagi
yang merasakan sebagai penguat keimanan kepada Allah swt.
Rasulullah sendiri pernah mengalami kesulitan dalam memberikan wejangan
kepada pamannya saat menjelang kematiannya. Dan pamannya tetap dalam
keadaa kafir, sekaligus teguran kepada Rasulullah bahwa beliau
ditugaskan hanya sebagai pembawa berita baik dan ancaman dari Tuhannya,
bukan memberikan hidayah atau memberikan iman kepada manusia. Dengan
demikian seharusnyalah kita mengharapkan dan memfokuskan diri dalam
melatih jiwa kita untuk selalu hadir berguru kepada Allah, memohon
hidayah dan tuntunan. Dengan hanya berserah diri kepada Allah-lah kita
akan mendapatkan hidayah dan bimbingan, seperti para nabi, para wali,
lebah, semut bumi dan langit. Semuanya mendapatkan bimbingan dan
petunjuk karena mereka adalah orang-orang dan makhluk yang berserah diri
secara total kepada Allah swt. Mari kita hilangkan rasa takut
tersesat. Rasa takut yang tidak beralasan inilah yang justru menjebak
kita untuk berhenti mendekati Allah. Syetan telah berhasil memanfaatkan
alasan “tersesat” sehingga kita lupa bahwa kita telah dan sedang
tersesat, tidak berdzikir kepada Allah.
Untuk lebih jelasnya kita harus mengetahui bagaimana Allah menurunkan
wahyu dan ilham kepada manusia. Dan apakah sebenarnya ilham atau wahyu
itu?. Penjelasan ini penting untuk bekal bagi para pejalan keruhanian.
Karena belakangan ini banyak orang menawarkan bentuk kerohanian yang
bukan datang dari Islam. Kesan ruhiah Islam telah hilang, karena
informasi kerohanian Islam tidak mudah didapat disembarang tempat,
apalagi didepan khalayak ramai. Kondisi inilah yang menyebabkan khasanah
ilmu kerohanian didominasi oleh kerohanian yang tidak berasal dari
ketauhidan murni. Untuk itu wajar sekali kalau banyak kalangan yang
takut belajar kerohanian, sebab yang mereka dengar dari setiap pelaku
kerohanian cenderung berbicara soal ‘klenik’, perdukunan, ramalan, serta
fenomena keadaan alam-alam ghaib yang menyeramkan.
PERBUATAN MANUSIA
Tinjauan filsafat yang lebih menonjol terhadap manusia adalah menyangkut
kebebasan. Perbuatan manusia dilihat dari segi efektivitasnya.
Pandangan terhadap hal ini mempunyai akar pada konsepsi tentang hakikat
manusia dan daya-daya yang dimilikinya. Apabila manusia mempunyai
hakikat dengan daya-daya yang efektif pada dirinya, ia dengan sendirinya
adalah pelaku perbuatan-perbuatannya. Sebaliknya, apabila manusia
dipandang tidak mempunyai daya-daya yang efektif pada dirinya,
perbuatan-perbuatannya, pada dasarnya, tidak berasal dari dirinya
sendiri. Perbuatan-perbuatan itu merupakan hasil determinasi
kekuatan-kekuatan lain diluar dirinya. Manusia dalam hal ini tempat
berlakunya kekuatan-kekuatan itu.
Menurut Al Ghazaly didalam Ma’arij al quds, perbuatan adalah bagian dari
gerak. Apabila gerak dikaitkan dengan manusia, maka gerak tersebut
dapat dibedakan atas gerak yang tidak disadari (at thabi’i) dan gerak
yang disadari (al iradiyyat). Gerak yang tidak disadari, kita sudah
maklumi bahwa tubuh manusia dikatakan miniartur alam semesta, dimana
unsur-unsur alam bergerak dan berkembang mengikuti perintah dan
peraturan- peraturan Allah semata.
Dalam tulisan ini, yang hendak dikemukakan adalah persoalan perbuatan
yang disadari, karena perbuatan inilah yang terjadi secara jelas melalui
proses tertentu di dalam jiwa dan berhubungan dengan pengungkapan
diri. Perbuatan yang disadari, disebut juga dengan perbuatan bebas
(ikhtiyaari), perbuatan semacam ini menurut Al Ghazaly terjadi setelah
melalui tiga tahap peristiwa dalam diri manusia, yaitu pengetahuan,
kemauan (al iradat) dan kemampuan (al qudrat). Yang lebih dekat diantara
ketiga tahap itu dengan wujud perbuatan adalah al qudrat. Al qudrat
adalah daya penggerak dari jiwa sensitive yaitu makna yang tersimpan
dalam otot-otot. Ia adalah momen terakhir yang secara langsung
berhubungann dengan wujud perbuatan. Fungsi al qudrat pada dasarnya
ialah menggerakkan tubuh. Bentuk gerakan tubuh ditentukan oleh kemauan
atau iradat. Berdasarkan salah satu kecenderungan yang inheren
didalamnya: positif atau negatif. Positif sebagai reaksi terhadap yang
menguntungkan dan negatif sebagai reaksi terhadap hal yang merugikan.
Dengan pengertian ini, semestinya pada al iradat terdapat kegiatan
memilih. Al iradat (kemauan) mempunyai intensitas kepada proses
sesudahnya al qudrat. Artinya ia bersifat aktif terhadap al qudrat,
sehingga yang disebut terakhir ini menjadi aktual, tidak sekedar
potensi. Al iradat tidak mempunyai intesitas kepada proses sebelumnya,
yaitu pengetahuan, sebagaimana al qudrat tidak mempunyai intensitas
kepada iradat. Al qudrat hanya mempunyai intensitas kepada wujud
perbuatan. Berbeda dengan al qudrat, al iradat mempunyai “kekuasaan”
yang lebih besar karena ia tidak menerima perintah dari daya sebelumnya,
ia mempunyai inisiatif memilih, al iradat menentukan pilihannya
berdasarkan pengetahuan.
Daya “mengetahui” mempunyai kekuasaan yang lebih besar daripada al
iradat , tetapi ia mempunyai hubungan yang jauh dan terlibat secara
langsung dengan perbuatan adalah al iradat dan al qudrat. Sepintas lalu
proses terwujudnya perbuatan ini memperlihatkan efektivitas manusia,
melalui iradat manusia mempunyai kebebasan dan memlalui al qudrat
manusia mempunyai kemampuan pada dirinya untuk mewujudkan
perbuatan-perbuatannya. Disamping itu, Al Ghazaly menyatakan juga
didalam buku-buku filsafatnya, bahwa perbuatan-perbuatan manusia
terwujud dengan sebab “perbuatan Allah”
Namun demikian Al Ghazaly mendapat sorotan tajam dan dituduh sebagai
biang kerok kejumudan pemikiran ummat. Hal ini disebabkan banyak
kalangan yang kurang teliti melihat alur pemikiran Al Ghazali. Yang
dimaksud adalah andil Allah dalam setiap perilaku manusia maupun makhluk
dalam memberikan pengertian baik maupun buruk. Akan tetapi Allah sudah
membekali dan memberikan kebebasan untuk memilih dua hal tersebut.
Yang akan saya utarakan adalah persoalan awal sebelum kehendak dan
kemampuan berbuat itu muncul. Misalnya seorang penulis, maupun pelukis,
saat dimana ia melakukan perbuatan tersebut. Ia sebenarnya hanya diam
menunggu inspirasi datang kemudian muncul kehendak lalu memerintahkan
kemampuan atau iradat untuk melakukan gerakan.
Pengetahuan ini sering disebut dengan pengertian awwali atau ide besar
yang belum berupa rangkaian huruf-huruf, bukan rumus-rumus suara, Dia
ada meliputi segenap jiwa dan alam. Ialah perintah- perintah atau
amar-amar Tuhan yang mengarahkan dan menggerakkan segala-sesuatu. Ialah
ruh yang suci, yang tidak bisa digambarkan oleh fikiran, namun Ia hadir
dengan perintahnya, tidak berupa suara dan suasana. Dia berkata-kata
kepada para penulis novel, dia melukis bersama seniman, dia menuntun
lebah merangkai sarangnya, dan semut- semut pun mengerti apa yang mesti
dilakukan dalam hidupnya.
Pengertian&endash;pengertian itu datang mengalir secara murni tanpa
ada campur tangan makhluk apapun termasuk malaikat. Kita bisa rasakan
sendiri hal ini bahwa datangnya perintah terhadap tubuh maupun alam
secara alami berlaku pasrah maupun terpaksa. Kita perhatikan orang yang
sedang tidur. Ia berbaring tanpa dikendalikan lagi oleh kemauan dan
kekuasaan diri. Instrument tubuh bekerja sesuai dengan fungsinya
masing-masing.bandingkan dengan perilaku alam yang lain seperti
binatang, tumbuh-tumbuhan, matahari, bumi dan planet-planet lainnya.
Semua bergerak teratur menurut perintah Allah. (lihat Surat Al Fushilat
11-12).
Yang membedakan antara manusia dan makhluk lain adalah adanya iradat
dalam diri manusia sehingga ia bebas memilih untuk berbuat atau tidak.
Akan tetapi manusia tidak bisa menentukan gerakan Ilahi yang mengalir
dalam tubuhnya, yaitu gerak hakiki .
Gerak hakiki adalah gerak dimana Tuhan telah menentukan arah dan kadar
fungsinya. Ia tidak akan menyimpang dari ketentuan yang ditetapkan
Tuhan. Ia patuh sebagaimana alam semesta patuh. Ia bersifat pasrah yang
dinamis, karena ia mengikuti gerak dan keinginan Ilahi
Para seniman Taichi berprinsip mengikuti irama gerak alam. Tubuhnya
dipatok kedalam kekuasaan besar yang meliputinya, ia membiarkan tubuhnya
berdiri diatas kelembutan dan kekerasan, sehingga keseimbangan dan
keharmonisan segi tiga realitas menjadi puncak prinsip, mikro kosmos,
makro kosmos dan metakosmos. Sehingga ia akan mengenal wujud Allah
melalui tahapan wilayah-wilayah sampai kepada kesimpulan bahwa semua
makhluk adalah fana kecuali wujud Allah Yang Maha Suci.
Gerak hakiki merupakan sunnatullah. Ia bergerak sesuai dengan kehendak
Ilahi. Kita tidak bisa menghentikan kehendak hakiki pada tubuh kita
untuk mati. Kita tidak pernah merencanakan lahir menjadi seorang
laki-laki ataupun perempuan. Kadang-kadang kehendak itu bertentangan
dengan kehendak kita. Kita menginginkan hidup seribu tahun lagi, namun
ada gerak hakiki yang menghentikan dengan paksa untuk mati diusia
belasan tahun.
Dengan mengetahui adanya dua kehendak yang berlangsung dalam diri kita,
menandakan adanya bentuk hakikat dan bukan hakikat. Sehingga kehendak
yang bukan hakikat semestinya mengikuti gerak hakikat yang menjadi pusat
ketentuan dan ide didalam setiap gerak manusia. Maka sesungguhnya
fitrah Allah dan fitrah manusia adalah sama (lihat surat Ar Rum: 30).
Untuk mengenal hakikat Allah dan mengikuti kehendak- Nya, kita harus
berupaya menjalani pendekatan melalui jalan ruhani. Karena Allah sendiri
hanya memberikan tanda-tanda atau rambu-rambu dalam meberikan petunjuk
menuju pengenalan akan “wujud” (eksistensi Allah).
Pengenalan ini harus kita mulai dengan membuka harus kita mulai dengan
membuka wawasan ilmu tauhid kepada Allah, yaitu ilmu yang bersangkut
paut masalah hakikat Allah, sifat-sifat Allah, dzat Allah, Af’al Allah.
Sebab kalau kita tidak mengenal ilmu ini, maka tentunya kita tidak akan
tahu sampai dimana perjalanan kita menuju jalan hakikat. Jalan ruhani
akan terhalang jika kita tidak mengetahui akan keadaan Allah secara
ilmu. Kita akan terjebak oleh keadaan alam-alam yang menakjubkan didalam
fenomena ghaib. Bisa jadi khayalan dan halusinasi seseorang yang
bergembira berlebihan akan hidup berkerohanian menyebabkan memori
didalam otaknya muncul tatkala ia berkonsentrasi apa yang diinginkan.
Keadaan ini sering muncul atau seakan-akan ada orang yang membisikkan
untuk melakukan sesuatu. Didalam berguru kepada Allah, hendaknya kita
sudah mempersiapkan bekal ilmu yang disebutkan diatas, sebab kita akan
memasuki dunia ketuhanan secara total.
salam satu jiwa
MANUNGGALING KAWULA GUSTI