Panduan Komprehensif Tanaman Buah Unggul dan Cepat Berbuah untuk Iklim Tropis di Indonesia
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang: Mengapa Memilih Tanaman Buah Unggul dan Cepat Berbuah?
Peningkatan kesadaran global akan ketahanan pangan dan gaya hidup berkelanjutan telah memicu minat yang signifikan dalam berkebun di rumah dan pertanian skala kecil. Di Indonesia, tren ini semakin nyata, terutama selama periode ketidakpastian ekonomi seperti masa pandemi baru-baru ini. Budidaya tanaman buah yang tidak hanya "unggul" (memiliki kualitas dan hasil tinggi) tetapi juga "cepat berbuah" (menghasilkan panen dalam waktu singkat) menawarkan keuntungan ganda. Pendekatan ini menyediakan sumber pasokan produk segar dan bergizi untuk konsumsi pribadi, sekaligus membuka peluang untuk pendapatan tambahan atau utama. Hal ini sejalan dengan upaya nasional untuk meningkatkan ketahanan pangan dan mendiversifikasi ekonomi lokal.
Minat masyarakat untuk menanam, baik sebagai hobi maupun sebagai sumber penghasilan tambahan, telah meningkat tajam, terutama ketika sektor ekonomi terdampak oleh kondisi global. Situasi ini menuntut kreativitas dan inovasi dalam mempertahankan eksistensi ekonomi.1 Pilihan untuk menanam varietas buah yang cepat berbuah dan unggul bukan sekadar keinginan untuk kepuasan instan bagi penghobi, melainkan sebuah strategi praktis untuk meningkatkan ketahanan ekonomi. Hasil panen yang lebih cepat berarti pengembalian modal yang lebih singkat, dan kualitas buah yang superior dapat menarik harga pasar yang lebih baik, yang pada gilirannya secara langsung berkontribusi pada kesejahteraan ekonomi individu dan komunitas. Dengan demikian, hortikultura bertransformasi dari sekadar aktivitas rekreasi menjadi usaha ekonomi yang menjanjikan.
B. Tujuan Laporan: Memberikan Panduan Praktis dan Komprehensif
Laporan ini bertujuan untuk menyajikan panduan yang praktis dan komprehensif bagi individu serta pelaku usaha skala kecil yang tertarik untuk membudidayakan tanaman buah di iklim tropis Indonesia. Laporan ini akan mengulas secara mendalam varietas buah unggul dan cepat berbuah yang populer, merinci persyaratan tumbuh yang ideal, praktik perawatan optimal, strategi efektif untuk pengelolaan hama dan penyakit, serta gambaran umum potensi ekonomi dan dinamika pasar dari setiap jenis buah. Tujuannya adalah untuk memberikan informasi yang dapat ditindaklanjuti guna memaksimalkan hasil panen dan kualitas produk.
II. Kriteria Tanaman Buah Unggul dan Cepat Berbuah
A. Memahami Konsep "Unggul": Kualitas, Produktivitas, dan Adaptasi
Dalam hortikultura, istilah "unggul" memiliki makna yang lebih luas daripada sekadar penampilan menarik atau dapat dimakan. Konsep ini mencakup serangkaian karakteristik multifaset yang secara kolektif menentukan nilai dan kinerja keseluruhan suatu tanaman. Kriteria ini meliputi produktivitas tinggi (sering diukur dalam hasil per tanaman atau per hektar), kualitas buah yang superior (rasa, tekstur, ukuran, penampilan), ketahanan yang kuat terhadap hama dan penyakit umum, serta kemampuan adaptasi yang sangat baik terhadap berbagai kondisi lingkungan. Sebagai contoh, suatu varietas dianggap unggul jika secara konsisten menghasilkan buah yang melimpah dan lezat, sambil memerlukan intervensi minimal untuk pengendalian hama.
Varietas Aren Genjah Kutim, misalnya, dikenal unggul karena "kandungan gula yang tinggi, buah yang lebat, dan ketinggian pohon yang relatif lebih rendah".2 Ketinggian pohon yang lebih rendah merupakan keuntungan praktis yang memudahkan panen dan pengelolaan. Demikian pula, Pepaya California digambarkan sebagai "varietas unggul" karena "rasa yang manis plus daging buah yang tebal dan kenyal" serta kemampuan "tahan hama".3 Ini menunjukkan bahwa keunggulan tidak hanya pada daya tarik konsumen tetapi juga pada ketahanan budidaya. Pisang Cavendish juga dipuji karena "tahan terhadap penyakit layu fusarium," memiliki "kulit yang kuat, daging buah yang tebal, dan rasanya manis".4 Di sini, ketahanan terhadap penyakit, kualitas buah, dan atribut fisik menjadi penentu keunggulan. Lengkeng Merah, dengan "tingkat kemanisan buah mencapai level 21 brix" dan kemampuannya "tumbuh subur di segala jenis dataran," menunjukkan kombinasi rasa superior dan adaptasi lingkungan yang luas.5
Pemaparan ini memperlihatkan bahwa definisi "unggul" dalam tanaman buah jauh lebih kompleks dan berorientasi praktis daripada sekadar rasa yang enak. Keunggulan secara konsisten mencakup tidak hanya rasa dan ukuran, tetapi juga hasil panen yang tinggi, ketahanan terhadap penyakit, dan kemampuan beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang beragam. Selain itu, arsitektur tanaman yang diinginkan, seperti "ketinggian pohon yang relatif lebih rendah" 2, juga dianggap sebagai keuntungan karena memudahkan panen dan pengelolaan. Oleh karena itu, bagi para petani, memilih varietas yang unggul memerlukan penilaian holistik yang mempertimbangkan tidak hanya daya tarik pasar (rasa, penampilan) tetapi juga aspek praktis budidaya seperti ketahanan terhadap masalah umum dan kemudahan perawatan. Pendekatan komprehensif ini memastikan pengalaman budidaya yang lebih sukses dan minim masalah.
B. Memahami Konsep "Cepat Berbuah": Rentang Waktu Panen Perdana
Konsep "cepat berbuah" adalah kriteria penting bagi banyak petani, terutama mereka yang mencari pengembalian investasi yang cepat atau ingin segera menikmati hasil panen segar. Ini mengacu pada periode yang relatif singkat dari penanaman (atau pemindahan bibit) hingga panen signifikan pertama. Jangka waktu ini dapat sangat bervariasi tergantung pada jenis buah, varietas spesifik, dan yang terpenting, metode perbanyakan yang digunakan. Beberapa buah mungkin menghasilkan dalam hitungan minggu, sementara yang lain membutuhkan beberapa tahun, namun tetap dianggap "cepat" dibandingkan dengan pohon tradisional yang lambat matang.
Beberapa pilihan buah yang dikenal cepat panen meliputi Stroberi (4-6 minggu), Tomat (50-70 hari), Mentimun (50-70 hari), Delima (2 bulan), Semangka varietas mini (60-80 hari), dan Pisang (9-12 bulan).6 Buah Ara dapat dipanen dalam 1 tahun, Leci dan Loquat atau Biwa dalam 1-2 tahun, serta Tanaman Goji Berry dan Markisa dalam 1-3 tahun.7 Untuk pilihan yang membutuhkan waktu lebih lama tetapi masih tergolong genjah, terdapat Kelapa Genjah Salak dan Kelapa Genjah Pandan Wangi (3 tahun), sementara varietas Kelapa Genjah lainnya memerlukan 4 tahun.8 Aren Genjah Kutim menonjol karena berbuah dalam 5 tahun, yang jauh lebih cepat dibandingkan jenis aren lain yang membutuhkan hingga 10 tahun.2
Penting untuk dicatat bahwa waktu panen perdana Jambu Biji menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Apabila menggunakan "metode cangkok" (pencangkokan atau okulasi), Jambu Biji dapat dipanen hanya dalam "bulan keenam".6 Ini sangat kontras dengan informasi yang menunjukkan waktu panen umum "2 sampai 4 tahun" 7 atau "6 – 12 bulan" untuk Jambu Kristal yang ditanam dalam pot.9 Perbedaan ini bukan sebuah kontradiksi, melainkan sebuah penekanan penting pada dampak metode perbanyakan. Waktu yang jauh lebih singkat (6 bulan) dapat dicapai melalui perbanyakan vegetatif, yang memungkinkan tanaman melewati fase juvenil yang panjang pada tanaman yang ditanam dari biji. Jangka waktu 6-12 bulan untuk Jambu Kristal dalam pot kemungkinan besar juga mengasumsikan penggunaan bibit hasil okulasi atau cangkok.9
Oleh karena itu, bagi petani yang memprioritaskan kecepatan panen, pemilihan metode perbanyakan (misalnya, membeli bibit hasil perbanyakan vegetatif seperti cangkokan atau okulasi) sama pentingnya, jika tidak lebih penting, daripada kecepatan genetik alami varietas itu sendiri. Pertimbangan ini adalah kunci utama bagi siapa pun yang ingin mencapai hasil panen yang "cepat berbuah."
C. Faktor-faktor Penentu Keunggulan dan Kecepatan Berbuah
Mencapai keunggulan dan kecepatan berbuah pada tanaman buah bukanlah kebetulan, melainkan hasil dari interaksi sinergis beberapa faktor penting. Faktor-faktor ini meliputi potensi genetik intrinsik tanaman, kondisi lingkungan eksternal, dan penerapan praktik hortikultura yang cermat. Memahami penentu-penentu ini memungkinkan petani membuat keputusan yang tepat untuk mengoptimalkan peluang keberhasilan mereka.
1. Potensi Genetik (Varietas Unggul)
Pemilihan varietas yang tepat adalah fondasi utama. Varietas unggul secara genetik dirancang untuk menghasilkan buah berkualitas tinggi dalam waktu yang lebih singkat dan dengan produktivitas yang lebih baik. Contohnya termasuk Jambu Kristal, Pisang Cavendish, Pepaya California, Alpukat Miki, dan Kelengkeng New Kristal, yang secara konsisten disebut dalam berbagai sumber sebagai varietas pilihan karena karakteristik unggulnya.2
2. Metode Perbanyakan
Metode perbanyakan sangat memengaruhi kecepatan berbuah. Perbanyakan vegetatif seperti cangkok (grafting) dan okulasi (budding) memungkinkan tanaman untuk melewati fase juvenil yang panjang yang biasanya dialami oleh tanaman yang ditanam dari biji. Misalnya, Jambu Biji dapat berbuah dalam enam bulan jika menggunakan teknik cangkok 6, dan alpukat dapat berbuah dalam tiga tahun melalui cangkok atau sambung pucuk, dibandingkan 5-8 tahun dari sistem vegetatif lainnya.16 Untuk pisang, kultur jaringan juga disarankan untuk menghasilkan bibit bebas penyakit dan seragam.17 Kelengkeng juga sangat dianjurkan menggunakan bibit dari perbanyakan vegetatif untuk pertumbuhan yang lebih cepat dan karakteristik yang sama dengan induknya.18
3. Praktik Budidaya yang Tepat
Praktik budidaya yang konsisten dan sesuai adalah kunci untuk mendukung potensi genetik tanaman dan mempercepat pembuahan:
Pemupukan: Pemberian nutrisi yang seimbang dan teratur sangat penting. Jambu Biji memerlukan pupuk NPK setiap 3-4 bulan, dengan penambahan pupuk kandang atau kompos di awal penanaman.20 Pepaya membutuhkan pupuk kandang/kompos setelah pemindahan bibit dan pupuk kimia setiap 2-3 bulan.3 Alpukat memerlukan pupuk kompos/kandang di awal, dan pupuk NPK/KCL untuk merangsang buah, diaplikasikan 2-3 kali setahun.22 Kelengkeng juga membutuhkan pupuk kandang setiap tiga bulan, dengan rencana pemupukan organik dan anorganik yang terperinci.19
Penyiraman: Ketersediaan air yang memadai sangat krusial, terutama selama musim kemarau. Jambu Biji memerlukan penyiraman teratur, tetapi tidak berlebihan.20 Pisang perlu disiram jika musim kering berlangsung lebih dari tiga bulan.17 Pepaya membutuhkan penyiraman setidaknya sehari sekali.21 Alpukat memerlukan penyiraman teratur dan irigasi tetes dapat menjadi metode yang efektif.22 Kelengkeng membutuhkan penyiraman setiap 1-2 hari pada awal usia tanaman dan setiap 4 hari setelah 6 bulan, terutama setelah induksi pembungaan dan saat pembesaran buah.30
Pemangkasan: Pemangkasan rutin membantu mengarahkan energi tanaman untuk pembentukan buah daripada pertumbuhan vegetatif yang tidak perlu. Lemon memerlukan pemangkasan rutin agar mudah dipanen.6 Pisang dipangkas untuk mencegah penyebaran penyakit dan menjaga kualitas buah.17 Jambu Biji memerlukan pemangkasan untuk menjaga kesehatan, distribusi nutrisi, dan penetrasi cahaya.20 Alpukat dipangkas untuk mengkonsentrasikan makanan pada pembentukan buah.22 Kelengkeng juga memerlukan pemangkasan untuk bentuk, produktivitas, dan kesehatan tanaman.19
Penyiangan: Membersihkan gulma di sekitar tanaman penting untuk mencegah kompetisi nutrisi dan menjadi inang hama.17
4. Kondisi Lingkungan
Lingkungan tumbuh yang sesuai adalah prasyarat dasar:
Iklim: Sebagian besar tanaman buah unggul dan cepat berbuah yang dibahas sangat cocok untuk iklim tropis Indonesia.4
Tanah: Tanah yang gembur, subur, dan memiliki drainase yang baik dengan rentang pH yang sesuai sangat penting untuk penyerapan nutrisi optimal.4
Sinar Matahari: Sebagian besar tanaman ini membutuhkan paparan sinar matahari langsung yang cukup untuk fotosintesis dan pembentukan buah yang optimal.7
Berbagai sumber menunjukkan bahwa tidak ada satu faktor pun yang secara tunggal menjamin pembuahan optimal dan cepat. Sebagai contoh, meskipun Pisang Cavendish dikenal "tahan terhadap penyakit layu fusarium" 4, tanaman ini tetap membutuhkan "tanah yang subur dan kaya akan nutrisi" serta "waktu panen yang tepat" untuk mencapai potensi maksimalnya. Demikian pula, Alpukat Miki dikenal "cepat berbuah" 39, namun keberhasilannya tetap bergantung pada "perawatan yang baik".12 Petunjuk perawatan terperinci untuk setiap buah, yang mencakup aspek tanah, air, cahaya, dan nutrisi, menggarisbawahi bahwa potensi genetik tanaman hanya dapat terwujud dan terjaga melalui kondisi lingkungan yang mendukung dan intervensi manusia yang konsisten (melalui perbanyakan dan perawatan berkelanjutan).
Oleh karena itu, laporan ini menekankan pentingnya pendekatan budidaya yang holistik dan terintegrasi. Petani perlu memahami bahwa keberhasilan adalah hasil sinergis dari berbagai variabel yang saling terkait. Mengabaikan satu faktor, misalnya kualitas tanah yang buruk meskipun telah memilih varietas unggul, dapat merusak manfaat dari faktor-faktor lain, yang pada akhirnya menyebabkan hasil panen yang tidak optimal atau keterlambatan pembuahan. Ini berarti budidaya yang sukses adalah proses berkelanjutan dalam mengelola berbagai variabel yang saling berhubungan.
III. Analisis Mendalam Varietas Tanaman Buah Unggul dan Cepat Berbuah di Indonesia
A. Jambu Biji (Psidium guajava)
Jambu biji adalah buah yang sangat populer di Indonesia, banyak dibudidayakan di pekarangan rumah maupun secara komersial karena rasanya yang menyegarkan dan nilai gizinya. Kemampuannya beradaptasi dengan berbagai iklim dan waktu pembuahan yang relatif cepat menjadikannya kandidat utama dalam kategori buah "unggul" dan "cepat berbuah".
1. Varietas Unggul dan Waktu Berbuah
Jambu biji merupakan pilihan populer untuk ditanam di halaman rumah.6 Dengan menggunakan
metode cangkok, jambu biji dapat dipanen secepat enam bulan setelah penanaman.6 Sumber lain menyebutkan waktu panen umum 2-4 tahun 7 atau 6-12 bulan jika ditanam dalam pot.9
Varietas Unggul:
Jambu Biji Kristal: Varietas ini sangat digemari karena bentuknya yang bulat, daging buah putih, biji yang sangat sedikit, dan tekstur renyah menyerupai apel, sehingga sering disebut "jambu apel".9 Rasanya manis, dan secara eksplisit disebut sebagai varietas unggul yang cepat berbuah.40 Jambu Kristal dapat berbuah dalam 6-12 bulan jika ditanam dalam pot.9
Jambu Biji Bangkok: Dikenal dengan ukurannya yang jumbo, mencapai 500-1200 gram per buah, dan rasanya yang sangat manis, meskipun daging buahnya cenderung agak keras karena kandungan air yang sedikit.9
Jambu Biji Getas Merah: Merupakan hasil persilangan Jambu Biji Bangkok dan Pasar Minggu (varietas merah). Populer untuk pembuatan jus karena daging buahnya yang berwarna merah muda yang menyegarkan, rasa manis, dan aroma khas.9
Jambu Biji Sukun: Hampir tidak memiliki biji sama sekali, dengan bentuk buah mirip Jambu Kristal, dan berat rata-rata 300 gram per buah. Varietas Sukun berdaging merah dikenal memiliki rasa manis, enak, dan segar dengan tekstur daging buah yang lebih empuk.9
Jambu Biji Australia: Ciri khasnya adalah kulit buah berwarna merah keunguan. Rasanya tawar saat belum matang, namun menjadi sangat manis dan legit setelah matang sepenuhnya.9
Perbedaan waktu pembuahan Jambu Biji, yaitu 6 bulan dengan metode cangkok 6 dibandingkan 2-4 tahun secara umum 7 atau 6-12 bulan untuk Jambu Kristal dalam pot 9, menunjukkan dampak krusial dari metode perbanyakan. Waktu yang jauh lebih singkat (6 bulan) dicapai melalui perbanyakan vegetatif seperti pencangkokan, yang memungkinkan tanaman melewati fase juvenil yang panjang yang biasanya dialami oleh tanaman yang ditanam dari biji. Ini berarti untuk mencapai pembuahan yang cepat pada Jambu Biji, petani harus memprioritaskan penggunaan bibit hasil perbanyakan vegetatif (misalnya, cangkokan atau okulasi) daripada mengandalkan penanaman dari biji, yang akan menunda panen perdana secara signifikan. Ini merupakan perbedaan penting untuk aplikasi praktis di lapangan.
2. Syarat Tumbuh dan Perawatan Optimal
Pertumbuhan optimal dan pembuahan yang melimpah pada jambu biji sangat bergantung pada kondisi lingkungan spesifik dan perawatan yang konsisten. Memahami persyaratan ini merupakan dasar keberhasilan budidaya, baik di pekarangan rumah maupun di lahan pertanian yang lebih luas.
Iklim dan Lokasi: Jambu biji tumbuh subur di daerah tropis dan subtropis.20 Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, hingga ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut.41
Sinar Matahari: Tanaman ini membutuhkan sinar matahari penuh atau sedikit teduh.20 Paparan sinar matahari yang cukup sangat penting untuk perkembangan buah.
Tanah: Jambu biji menyukai tanah yang gembur, subur, dan memiliki drainase yang baik.20 Kisaran pH tanah yang ideal adalah antara
5.5-6.5.20 Drainase yang buruk dapat menyebabkan pembusukan akar.20
Penyiraman: Penyiraman teratur sangat penting, terutama selama musim kemarau.20 Penyiraman berlebihan harus dihindari karena jambu biji "tidak menyukai air yang terlalu banyak".20 Untuk bibit, penyiraman setiap hari pada pagi hari direkomendasikan agar media tetap lembab.28 Untuk tanaman dewasa,
sprinkle dapat digunakan, dengan frekuensi yang dikurangi saat musim hujan dan interval 2 hari sekali saat musim kemarau.28
Pemupukan: Berikan pupuk NPK setiap 3-4 bulan.20 Pada awal penanaman, tambahkan pupuk kandang atau kompos ke dalam lubang tanam.20 Nutrisi yang seimbang juga merupakan tindakan pencegahan utama terhadap berbagai masalah tanaman.32
Pemangkasan: Pemangkasan rutin sangat penting untuk menjaga kesehatan pohon jambu biji, memastikan distribusi nutrisi, dan meningkatkan penetrasi cahaya.32 Pangkas cabang yang terlalu rimbun atau terserang hama/penyakit.20 Pemangkasan ini meningkatkan sirkulasi udara di dalam kanopi, mengurangi risiko infeksi jamur.32
Penanaman: Untuk biji, perendaman dalam air hangat selama 24 jam dapat mempercepat perkecambahan.20 Tanam biji sekitar 1 cm dalam polybag atau bedengan.20 Jarak tanam yang ideal adalah sekitar 3-4 meter 20 atau 6x8 meter 20, atau 2.5x3 meter.28 Siapkan lubang tanam (kedalaman 50-60cm, diameter 50cm 20; atau 75x75x75cm 28) dan campurkan dengan pupuk kandang/kompos. Biarkan tanah terpapar sinar matahari selama 15 hari setelah persiapan untuk memutus rantai penyebaran hama dan penyakit dari tanaman sebelumnya.28
Pernyataan yang jelas mengenai kisaran pH tanah ideal (5.5-6.5) untuk jambu biji 20 bukan sekadar preferensi lingkungan umum; ini memiliki hubungan sebab-akibat langsung dengan penyerapan nutrisi. Penyimpangan dari pH optimal ini dapat menyebabkan penguncian nutrisi (jika pH terlalu tinggi, membuat mikronutrien tertentu tidak tersedia) atau toksisitas (jika pH terlalu rendah, meningkatkan kelarutan unsur seperti Al, Mg, dan Fe, seperti yang terlihat pada alpukat 37). Oleh karena itu, untuk pertumbuhan dan produksi buah yang optimal, petani disarankan untuk melakukan uji tanah guna menentukan pH yang ada dan melakukan perbaikan tanah jika diperlukan (misalnya, dengan kapur untuk menaikkan pH atau belerang untuk menurunkannya). Langkah fundamental ini memastikan bahwa tanaman dapat secara efisien menyerap pupuk yang diberikan, memaksimalkan efektivitasnya dan mencegah defisiensi nutrisi, bahkan jika pupuk diterapkan secara teratur.
3. Pengelolaan Hama dan Penyakit
Meskipun jambu biji relatif kuat, tanaman ini rentan terhadap berbagai hama dan penyakit yang dapat secara signifikan memengaruhi hasil panen dan kualitas buah. Pengelolaan yang efektif memerlukan kombinasi tindakan pencegahan dan intervensi yang tepat sasaran.
Hama Umum:
Ulat pemakan daun, Kutu putih, Lalat buah, Ulat penggerek buah, Kutu daun secara umum disebutkan.20
Helopeltis sp. (Kepik): Menyebabkan bercak hitam pada buah dan pucuk muda akibat tusukan alat mulutnya.42
Ulat Kantung (Lepidoptera: Psychidae): Larva memakan lapisan epidermis bawah dan mesofil daun, meninggalkan efek "jendela" yang kemudian mengering dan menyisakan tulang daun.42
Kutu Putih (Ferrisia virgata): Hama polifag yang ditemukan pada buah, daun, tangkai, dan ranting. Menghisap cairan tanaman, menyebabkan pertumbuhan terhambat dan penampilan pucat. Tubuhnya tertutup lapisan lilin. Dapat berkembang biak dengan cepat.42
Lalat Buah: Meletakkan telur di dalam buah, menyebabkan kerusakan.20
Penyakit Umum:
Antraknosa: Disebabkan oleh jamur seperti Colletotrichum gloeosporioides. Gejalanya berupa bercak coklat tidak beraturan pada buah dan daun.20
Bintil Akar/Puru Akar: Disebabkan oleh nematoda puru akar (Meloidogyne spp.). Menyebabkan pembengkakan akar (bintil), akar rambut, dan pertumbuhan sel abnormal pada akar. Gejala di atas tanah meliputi layu, daun menguning, atau keunguan.42
Busuk Akar: Disebabkan oleh nematoda seperti Radopholus similis, menyebabkan akar nekrotik, berwarna hitam, dan membusuk.42
Karat Merah: Disebabkan oleh alga Cephaleuros virescens. Terlihat sebagai talus tegak berwarna kuning hingga merah pada permukaan atas daun, bunga, buah, ranting, dan batang.42
Strategi Pengelolaan:
Pengendalian Kultural/Fisik:
Pencangkokan: Untuk panen lebih cepat dan kemungkinan meningkatkan kekuatan tanaman.6
Pemangkasan Rutin: Menghilangkan cabang yang lemah atau mati untuk meminimalkan habitat hama dan meningkatkan sirkulasi udara, mengurangi risiko jamur.32 Pangkas daun yang terinfeksi Karat Merah.42
Sanitasi: Bersihkan kebun secara teratur, singkirkan dan musnahkan sisa tanaman yang terinfeksi.20
Pembungkusan Buah: Gunakan jaring selama musim berbuah untuk menghalau lalat buah dan hewan pengerat.32
Pemantauan Terjadwal: Lakukan pemeriksaan rutin untuk deteksi dini hama atau gejala penyakit.32
Nutrisi Seimbang dan Penyiraman Tepat: Ini adalah tindakan pencegahan krusial untuk kesehatan tanaman secara keseluruhan.32
Pengendalian Hayati:
Untuk Helopeltis, gunakan musuh alami seperti Beauveria bassiana.42
Untuk Kutu Putih, dorong predator bermanfaat seperti kepik.32
Pestisida Organik/Nabati: Gunakan pestisida organik atau nabati secara umum 20, seperti minyak nimba atau sabun insektisida.32 Semprotan bawang putih atau cabai dapat bertindak sebagai penolak alami.32
Pengendalian Kimiawi (Pilihan Terakhir):
Untuk Kutu Putih, semprotan deterjen dapat efektif jika diterapkan sejak dini dan sering.42
Untuk Karat Merah, aplikasikan benomil dan karbendazim yang dicampur air panas.42
Pestisida atau nematisida dapat digunakan sesuai rekomendasi.20
Berbagai metode pengendalian yang disajikan untuk hama dan penyakit jambu biji, meliputi pendekatan kimiawi (pestisida, fungisida), biologis (Beauveria bassiana, predator alami), dan kultural/fisik (pemangkasan, sanitasi, pembungkusan buah, nutrisi seimbang, penyiraman yang tepat, pemantauan terjadwal), menunjukkan karakteristik dari Pengelolaan Hama Terpadu (PHT). Penekanan pada "pencegahan" 32 dan penggunaan bahan kimia hanya jika diperlukan (tersirat dari beragamnya pilihan) menunjukkan preferensi terhadap praktik berkelanjutan. Oleh karena itu, budidaya jambu biji yang sukses dan berkelanjutan, terutama untuk konsumsi rumah tangga atau pasar organik, sangat bergantung pada penerapan strategi PHT. Ini berarti memprioritaskan pengendalian kultural dan biologis untuk menjaga kesehatan tanaman dan keseimbangan ekologis, serta menjadikan intervensi kimiawi sebagai pilihan terakhir yang ditargetkan. Pendekatan ini meminimalkan dampak lingkungan dan memastikan produk yang lebih aman.
4. Potensi Ekonomi dan Rantai Pasok
Jambu biji, khususnya varietas Kristal, memiliki potensi ekonomi yang signifikan di Indonesia. Popularitasnya, ditambah dengan permintaan yang seringkali melebihi pasokan, menciptakan pasar yang menguntungkan bagi para petani. Memahami dinamika pasar dan rantai pasok sangat penting untuk memanfaatkan potensi ini.
Peluang Pasar Tinggi: Jambu biji varietas Kristal memiliki peluang tinggi dan potensial untuk dikembangkan di Indonesia.43
Kesenjangan Pasokan-Permintaan: Sebuah pertanian di Sumedang (Waaida Farm) hanya mampu memenuhi 5.71% dari permintaan jambu kristal setiap tahunnya, menunjukkan defisit pasar yang substansial.43
Kelayakan Finansial: Dari aspek finansial, budidaya jambu kristal layak untuk dilaksanakan. Analisis menunjukkan nilai Net Present Value (NPV) positif sebesar Rp 5.982.165, Internal Rate of Return (IRR) sebesar 28.43% (melebihi suku bunga 18.75%), rasio Net B/C lebih dari 1 yaitu 1.59, dan periode pengembalian modal (payback period) selama 5 tahun (dalam periode analisis proyek 10 tahun).43
Analisis Sensitivitas: Kelayakan finansial tetap terjaga bahkan dengan penurunan produksi sebesar 10% atau kenaikan biaya produksi sebesar 10%. Namun, penurunan produksi lebih sensitif terhadap profitabilitas dibandingkan kenaikan biaya.43
Distribusi: Pohon jambu biji banyak ditanam di halaman dan ladang, serta dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun tinggi di Indonesia.41 Data dari Bali menunjukkan jumlah pohon jambu biji produktif yang signifikan.44
Struktur Rantai Pasok (umum untuk produk pertanian): Rantai pasok umumnya melibatkan petani, pengumpul, pedagang besar, pengecer, dan konsumen.45 Risiko dapat terjadi di setiap tahap rantai pasok.45
Ketersediaan Bibit (Depok/Yogyakarta): Bibit jambu biji unggul seperti jambu bangkok, jambu kristal putih/merah tanpa biji, dan jambu getas merah tersedia dari berbagai penjual daring, termasuk beberapa yang berlokasi di Depok dan Sleman (Yogyakarta).40
B. Pisang (Musa spp.)
Pisang adalah salah satu tanaman buah tropis yang paling populer dan mudah ditemukan di Indonesia. Daya tarik utamanya terletak pada kemudahan budidaya, waktu panen yang relatif cepat, serta fleksibilitasnya sebagai buah segar maupun bahan olahan.
1. Varietas Unggul dan Waktu Berbuah
Pisang umumnya dapat berbuah dalam waktu 9-12 bulan setelah penanaman.6 Ini menjadikannya pilihan yang sangat menarik bagi petani yang mencari hasil cepat.
Varietas Unggul:
Pisang Cavendish: Varietas ini adalah yang paling banyak dibudidayakan di dunia. Keunggulan utamanya adalah ketahanannya terhadap penyakit layu fusarium yang dapat menginfeksi akar pisang. Selain itu, Pisang Cavendish memiliki kulit yang kuat, daging buah tebal, dan rasa manis. Buah pisang Cavendish siap dipanen dalam waktu 9-12 bulan.4
Pisang Raja: Merupakan salah satu varietas pisang yang cukup populer di Indonesia dan sering dijumpai di pasar tradisional. Keunggulan utamanya adalah tekstur buahnya yang lembut, manis, dan aromatik, serta ukurannya yang cukup besar. Pisang Raja siap dipanen pada umur 10-12 bulan. Pisang ini juga dapat dipanen saat belum matang sepenuhnya, sehingga cocok untuk dijual ke pasar yang jauh dan tahan lama dalam penyimpanan.4
Pisang Barangan: Varietas ini dapat berbuah dalam waktu 8-10 bulan setelah ditanam. Pisang Barangan memiliki ukuran yang cukup besar dan rasa yang manis, cocok untuk konsumsi sehari-hari.10
Pisang Ambon: Termasuk jenis yang cepat berbuah, biasanya dalam waktu 9-12 bulan. Pisang Ambon memiliki rasa manis dan sering digunakan dalam berbagai olahan makanan. Buah yang sudah matang memiliki kulit hijau cerah dan aroma khas.4
Pisang Mas: Siap panen dalam waktu 8-12 bulan. Pisang Mas merupakan salah satu tanaman produktif yang cocok untuk ditanam di daerah tropis seperti Indonesia.4
Pisang Awak: Ditemukan di daerah tropis, terutama Indonesia dan Malaysia. Keunggulannya adalah rasa manis, tekstur lembut, dan mudah diolah menjadi berbagai makanan. Dapat menjadi sumber penghasilan yang baik bagi petani.4
Pisang Kepok: Sangat cocok ditanam di daerah tropis karena membutuhkan iklim hangat dan lembab serta sinar matahari yang cukup. Sering digunakan sebagai bahan baku berbagai makanan olahan dan memiliki nilai ekonomi tinggi.4
2. Syarat Tumbuh dan Perawatan Optimal
Pisang dikenal sebagai tanaman buah tropis yang mudah tumbuh dan tidak memerlukan perawatan khusus.6
Iklim: Pisang membutuhkan iklim tropis basah, lembab, dan panas.35 Tanaman ini dapat tumbuh di daerah tropis, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi yang ketinggiannya tidak lebih dari 1.600 meter di atas permukaan laut.17 Curah hujan optimal adalah 1.520-3.800 mm/tahun.35 Jika suatu daerah mengalami musim kering lebih dari tiga bulan, tanaman pisang perlu disiram agar tumbuh dan berbuah dengan baik.17 Angin dengan kecepatan tinggi seperti angin kumbang dapat merusak daun dan memengaruhi pertumbuhan tanaman.35
Tanah: Tanah yang digunakan harus subur dan kaya nutrisi.4
Penyiraman: Penting untuk memastikan tanah selalu lembab.33 Penyiraman teratur diperlukan, terutama saat lahan kering.17
Pembibitan: Bibit sangat penting dalam budidaya pisang. Gunakan bibit varietas unggul dan bebas penyakit.17 Tiga jenis bibit yang bisa digunakan adalah anakan (tunas samping), bonggol (pangkal tanaman yang dipanen), dan kultur jaringan (metode pembiakan di laboratorium). Bibit kultur jaringan umumnya bebas penyakit, tersedia banyak, dan seragam ukurannya, memudahkan pengaturan jadwal panen.17
Persiapan Lahan: Pastikan lahan bebas dari penyakit Fusarium dan Pseudomonas. Bersihkan gulma dan olah tanah dengan mencangkul atau membajak hingga kedalaman 30-40 cm. Buat bedengan yang memanjang mengikuti kontur lahan.17 Penggemburan tanah yang padat, pembuatan sengkedan, dan saluran pembuangan air juga penting.35
Penanaman: Gali lubang tanam sesuai ukuran bibit. Letakkan bibit tegak lurus, tutup dengan tanah, dan padatkan. Siram bibit setelah penanaman. Jarak tanam bervariasi: 2x2 meter untuk Pisang Mas dan Barangan; 3x3 meter untuk Pisang Ambon, Cavendish, Raja Sereh, dan Raja Nangka; serta 3x3 meter atau 3x3.5 meter untuk Pisang Kepok dan Tanduk. Berikan pupuk kandang ke dalam lubang tanam 1-2 minggu sebelum penanaman. Sebaiknya tanam bibit pada sore hari untuk menghindari sinar matahari langsung.17
Perawatan:
Pemangkasan: Pemangkasan daun yang mulai mengering penting untuk menjaga kebersihan tanaman dan sanitasi lingkungan.35 Pemangkasan juga dilakukan untuk menghindari penyebaran penyakit, menjaga pertumbuhan buah, dan melindungi dari kerusakan daun. Setidaknya ada 6-8 daun sehat saat pembungaan untuk berat buah maksimal.17
Penyiangan: Gulma harus disiangi, terutama pada usia 1-5 bulan, dengan intensitas tinggi pada 3 bulan pertama. Penyiangan dapat dilakukan secara manual atau dengan herbisida.17
Penjarangan Anakan: Dilakukan untuk menjaga jumlah dan jarak tanam agar produksi tetap optimal. Satu rumpun idealnya terdiri dari 3-4 batang dengan anakan yang berbeda umur.17
Perawatan Tandan: Melibatkan pembersihan daun, pembuangan buah yang tidak sempurna, dan pemotongan bunga jantan. Pembungkusan buah dan penandaan untuk waktu panen yang tepat juga dilakukan.17
Pemupukan: Pisang sangat memerlukan kalium dalam jumlah besar. Untuk satu hektar, pisang memerlukan 207 kg urea, 138 kg super fosfat, 608 kg KCl, dan 200 kg batu kapur sebagai sumber kalsium. Pupuk N diberikan dua kali setahun, diletakkan dalam larikan mengitari rumpun. Pupuk fosfat dan kalium diberikan 6 bulan setelah tanam (dua kali setahun).35 Pemupukan yang baik dapat mempercepat pertumbuhan dan pembuahan Pisang Cavendish.51
3. Pengelolaan Hama dan Penyakit
Meskipun pisang relatif mudah tumbuh, tanaman ini rentan terhadap berbagai hama dan penyakit yang dapat mengurangi hasil panen dan kualitas buah.
Hama Umum:
Ulat penggulung daun (Erionata thrax L.): Larva memakan daun pisang dengan membuat gulungan, mengganggu fotosintesis.50
Penggerek bonggol (Cosmopolites sordidus Germar): Larva membuat terowongan pada bonggol, melemahkan tanaman, mengganggu transportasi hara, menyebabkan daun menguning dan ukuran tandan berkurang.50
Penggerek batang (Odoiporus longicolis Oliv): Kerusakan ditandai lubang di sepanjang batang semu.50
Thrips (Chaetanaphotrips signipennis): Menyerang bunga dan buah muda, menyebabkan bintik dan goresan pada kulit buah tua, memengaruhi mutu.50
Burik pada buah (Nacolea octasema): Menghambat perkembangan buah, menimbulkan kudis, menurunkan kualitas. Hama ini menggerek pelepah bunga dan bakal buah.50
Penyakit Umum:
Layu Bakteri (Pseudomonas solanacearum) atau Penyakit Moko: Bakteri menyerang akar, bonggol, hingga batang. Gejala awal berupa perubahan warna pada daun muda, garis coklat kekuningan, lalu menguning, coklat, dan layu. Bonggol, batang, tandan, dan buah yang terserang mengeluarkan lendir beraroma.52
Layu Fusarium (Fusarium oxysporum) atau Penyakit Panama: Disebabkan oleh jamur. Menyebabkan daun menguning, pelepah layu, hingga perubahan warna bonggol. Pada serangan lanjut, tanaman mati karena bonggol dan akar busuk.50
Penyakit Darah (Xanthomonas celebensis): Disebabkan oleh bakteri, menyebabkan daging buah busuk dan berubah warna menjadi coklat kemerahan seperti darah.52
Bercak Daun (Mycosphaerella musicola): Disebabkan oleh cendawan. Gejala awal bercak kuning pucat pada daun ketiga atau keempat, membesar menjadi bercak bulat telur dengan pusat mengering berwarna abu-abu. Serangan lanjut menyebabkan seluruh daun menguning dan kering, menurunkan produksi.50
Penyakit Kerdil (Banana bunchy top virus/BBTV dan Abaca bunchy top virus): Ditularkan oleh kutu daun. Ditandai pertumbuhan lambat, daun tegak, kaku, pendek, dan sempit.52
Pengendalian:
Pencegahan: Menanam varietas yang tahan terhadap serangan jamur atau bakteri.52 Menggunakan bibit sehat.17 Pemupukan berimbang.52 Membersihkan lahan dari gulma yang bisa menjadi inang jamur.52
Kultural/Fisik: Pembuatan parit keliling dan rorak untuk mencegah penularan penyakit tular tanah dan sanitasi kebun.50 Pemangkasan daun kering untuk pencegahan penyakit dan melindungi buah.50 Pengendalian gulma secara intensif.50 Membongkar tanaman yang terserang dan memusnahkannya.50
Biologis/Kimiawi: Aplikasi agensia hayati (untuk layu fusarium).52 Mengendalikan serangga vektor (untuk layu bakteri dan penyakit kerdil).52 Membungkus buah dengan plastik saat tanaman keluar jantung.52 Fumigasi tanah bekas tanaman sakit menggunakan
Methyl bromide.52 Mengaplikasikan fungisida sistemik untuk bercak daun.52 Mengaplikasikan bakterisida untuk penyakit darah.52
4. Potensi Ekonomi dan Rantai Pasok
Pisang memiliki potensi ekonomi yang signifikan di Indonesia, menjadikannya komoditas hortikultura terbesar.
Komoditas Hortikultura Terbesar: Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, buah pisang merupakan komoditas hortikultura terbesar di Indonesia.53
Pusat Produksi: Provinsi Jawa Timur tercatat sebagai penghasil pisang terbesar (2.048.948 ton/tahun), diikuti Jawa Barat (1.649.228 ton/tahun), dan Lampung (1.123.240 ton/tahun).53 Bali juga memiliki jumlah pohon pisang produktif yang signifikan.44
Peluang Ekonomi:
Penjualan Langsung: Pisang dapat dijual sebagai buah segar di pasar tradisional maupun supermarket.54
Produk Olahan: Pisang dapat diolah menjadi berbagai produk bernilai tambah tinggi seperti keripik pisang, pisang goreng, sale pisang, dan tepung pisang.54 Pisang goreng bahkan berhasil menduduki peringkat pertama sebagai camilan terbaik di kancah global menurut TasteAtlas.53
Bahan Baku Kuliner: Pisang sering digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai hidangan dan makanan penutup.54
Produk Kesehatan dan Kecantikan: Pisang kaya nutrisi seperti vitamin C, B6, dan kalium, sehingga diminati sebagai bagian dari diet sehat. Dapat juga diolah menjadi bahan alami untuk produk kecantikan seperti masker wajah.54
Diversifikasi Usaha: Limbah produksi pisang, seperti kulit pisang, dapat diolah menjadi pupuk organik atau pakan ternak, menambah nilai ekonomi dari seluruh bagian tanaman.54
Potensi Ekspor: Jepang menjadi tujuan ekspor pisang Indonesia terbesar dengan nilai US$1.348 juta pada tahun 2020. Potensi tujuan ekspor lainnya meliputi Timur Tengah, Malaysia, Korea, Belanda, Tiongkok, dan Australia.53
Ketersediaan Bibit (Depok/Yogyakarta): Kebun Plasma Nutfah Pisang (KPNP) di Kota Yogyakarta adalah satu-satunya kebun pisang terlengkap di Asia Tenggara, dengan koleksi 292 kultivar pisang, menjadikannya pusat wisata hobi dan edukatif.55 Bibit Pisang Cavendish juga tersedia di Depok.51 Bibit Pisang Merah Unggul tersedia dari Kediri.47
C. Pepaya (Carica papaya)
Pepaya adalah pilihan tanaman buah tropis yang mudah dirawat dan cocok untuk berbagai tujuan, baik konsumsi pribadi maupun sebagai tanaman hias.
1. Varietas Unggul dan Waktu Berbuah
Pepaya California adalah jenis pepaya varietas unggul yang sangat digandrungi masyarakat.3 Varietas ini dapat dipanen dalam waktu
7-9 bulan setelah tanam.3
Varietas Unggul:
Pepaya California (Callina): Dikenal karena rasanya yang manis, daging buah tebal dan kenyal. Buahnya berbentuk lonjong dan tidak terlalu besar, berwarna hijau mulus saat mentah dan kuning oranye saat matang, dengan berat 0.8-1.5 kg per buah. Tanaman ini mudah beradaptasi dan tahan hama, memiliki pohon yang pendek (1.5-2 meter), dan dapat berbuah hingga mencapai umur 4 tahun. Bahkan, satu pohon bisa panen 4 kali dalam sebulan, menghasilkan 2-5 buah sekali panen.3 Pepaya California menjadi pilihan unggul dalam budidaya pepaya di Indonesia, menawarkan manfaat ekonomi yang signifikan bagi para petani.56
2. Syarat Tumbuh dan Perawatan Optimal
Pepaya dikenal sebagai tanaman yang mudah dirawat dan toleran terhadap berbagai jenis penyakit tanaman.33
Iklim: Pepaya tumbuh optimal di dataran rendah pada ketinggian 50-700 meter di atas permukaan laut (mdpl).21 Tanaman ini membutuhkan curah hujan sekitar 1000-2000 mm/tahun, namun masih dapat tumbuh di daerah kering dengan penyiraman teratur.21
Sinar Matahari: Pepaya cocok ditanam di area terbuka yang terkena sinar matahari langsung.21
Tanah: Tanaman ini menghendaki tanah gembur dengan porositas yang baik dan pH tanah sekitar 6-7.36 Pastikan tanah subur dan memiliki drainase yang baik. Lakukan penggemburan tanah setidaknya 2 minggu sebelum menanam bibit.21
Penyiraman: Siram secara rutin setidaknya sehari sekali.3
Pemupukan: Lakukan pemupukan susulan yang dimulai pada minggu kedua setelah bibit dipindah tanam, menggunakan pupuk kandang atau pupuk kompos.21 Setiap 2-3 bulan sekali, berikan pupuk kimia.3
Pemilihan Benih: Benih yang baik berasal dari buah pepaya terseleksi (bentuk memanjang, tidak cacat, bebas penyakit, matang di pohon). Ambil biji berwarna hitam kelam dari bagian ujung hingga tengah buah.21
Perkecambahan Biji: Biji dapat direndam semalam dengan air hangat, lalu dicuci bersih dan ditiriskan. Biji yang tenggelam adalah yang baik. Biji kemudian dibungkus dengan tisu atau kain lembab, dimasukkan dalam plastik klip, dan diletakkan di tempat yang terkena sinar matahari tidak langsung dengan suhu sekitar 30°C. Jaga kelembaban media. Biji akan berkecambah setelah 7-12 hari.21
Penyemaian: Setelah berkecambah, pindahkan kecambah ke polybag semai (ukuran 9x10 cm) yang diisi media tanam (tanah, kompos, arang sekam dengan perbandingan 1:1:1).36 Bibit siap dipindahkan ke lahan terbuka setelah berumur 2-2.5 bulan sejak disemaikan.36
Pengolahan Media Tanam: Campurkan tanah pekarangan dan pupuk kandang (perbandingan 2:1). Pastikan pupuk kandang sudah tua. Dapat ditambahkan sekam bakar atau sekam mentah untuk drainase. Untuk budidaya dalam pot, siapkan pot besar (minimal diameter 40 cm) dengan lubang drainase.21
Penanaman Bibit: Setelah bibit siap, masukkan media tanam ke pot atau polybag. Tanam bibit tegak dan pastikan akar tertutup rata dengan tanah. Untuk budidaya tanpa pot, bibit dapat dipindahkan ke lahan luas setelah 1.5 bulan. Buat lubang tanam 30x30x30 cm dengan jarak 3-4 meter antar bibit.21
Perawatan Bunga: Bunga pepaya yang akan menjadi bakal buah biasanya mulai tumbuh saat usia tanam 4 bulan. Bunga tunggal berarti betina, sedangkan bergerombol berarti jantan.21 Buah pepaya yang diinginkan (bentuk memanjang) dihasilkan dari pohon pepaya sempurna (hermafrodit).36
3. Pengelolaan Hama dan Penyakit
Pepaya dikenal tahan terhadap berbagai jenis penyakit tanaman.33 Namun, beberapa hama dan penyakit tetap dapat menyerang dan memengaruhi produksi.
Hama Umum:
Lalat Buah: Merusak kulit buah untuk meletakkan telur, menyebabkan kerontokan buah. Pengendalian dapat dilakukan dengan membuat perangkap dari botol plastik yang diletakkan kapur barus di sekitar tanaman untuk mengusir lalat.57
Kutu Putih: Sering menyebabkan kerusakan hingga 58% hasil panen. Pengendalian: semprot insektisida secara teratur dan potong bagian tanaman yang terinfeksi.57 Kutu putih juga merupakan vektor penular
Papaya ringspot virus.58
Tungau Merah: Berkembang biak pesat, menyebabkan kerusakan berat seperti tangkai menguning dan bercak kuning hingga coklat pada daun. Pengendalian: memelihara predator alami seperti cendawan patogen dan tungau predator.57
Kutu Dompolan: Menghisap cairan dalam buah pepaya. Pengendalian: sanitasi lahan secara teratur.57
Kutu Perisai: Menyebabkan nekrosis pada bagian tanaman yang dihisap, daun tertutup lapisan seperti sisik, dan bercak kuning. Pengendalian: memelihara musuh alami seperti Pentilia castanae atau Azya trinitasi, insektisida hanya jika diperlukan.57
Kutu Kebul (Whitefly): Menyerang hampir seluruh bagian tanaman (daun dan buah), ditandai dengan buah pepaya tertutup lapisan putih dan hitam seperti arang. Serangan parah dapat merusak buah.59
Penyakit Umum:
Papaya Ringspot Virus (PRSV): Disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh kutu daun (Myzus persicae Sulz., Aphis gossypii Glov.). Telah menyebar luas di Indonesia (Jawa, Sumatra, Bali, Nusa Tenggara Barat). Gejala: bercak kuning pada daun, daun terpelintir, garis hijau gelap dan bercak seperti cincin pada tangkai daun dan batang. Virus ini tidak ditularkan melalui biji.58 Pengendalian: eradikasi tanaman sakit pada awal serangan, menekan perkembangan vektor kutu daun, tidak menanam tanaman inang lain di sekitar kebun.61
Antraknosa (Colletotrichum spp.): Penyakit penting yang menyebabkan busuk buah. Gejala: bercak kecil bulat kebasah-basahan berwarna coklat kemerahan pada buah yang menjelang matang. Pengendalian: hindari pelukaan pada buah, musnahkan daun dan buah bergejala, hindari tumpang sari dengan tanaman inang alternatif (cabai, mangga, ubi kayu), perendaman buah dalam air panas (43-49°C selama 20 menit) untuk mencegah pembusukan pascapanen, penggunaan fungisida Manzeb di lapangan.61
Busuk Akar dan Pangkal Batang: Disebabkan oleh jamur (Phytophthora palmivora, Pythium spp.). Gejala: daun bawah layu, menguning, dan menggantung sebelum rontok. Terlihat bercak coklat pada daun, batang, buah yang awalnya kecil kemudian membesar, dan muncul bulu halus hitam putih. Bercak menyebar ke akar hingga pucuk tanaman. Faktor pemicu adalah kelembaban tinggi dan hujan intensitas tinggi. Pengendalian: drainase dan aerasi yang baik, sterilisasi tanah pembibitan, penanaman biji/bibit tidak terlalu dalam, rotasi tanaman, membongkar dan memusnahkan tanaman sakit, pengapuran untuk menaikkan pH tanah.61
Penyakit Tepung (Powdery Mildew - Oidium caricae Noack): Menyerang permukaan bawah daun, menyebabkan bercak putih seperti beludru. Batang dan tangkai daun muda yang terserang menjadi bertepung dan agak basah. Lebih parah di musim kemarau dan daerah pegunungan. Pengendalian: hembusan tepung belerang (0.7%) atau fungisida lain, mengurangi naungan pada persemaian, pemeliharaan tanaman yang baik.61
Busuk Buah Rhizopus (Busuk Hitam - Rhizopus stolonifer Lind.): Penyakit pascapanen yang menyerang buah pepaya tua yang terluka, menyebabkan busuk, bonyok, dan berair. Pengendalian: petik dan musnahkan buah sakit, perendaman buah dalam air panas (47°C selama 20 menit), penyimpanan buah pada suhu rendah (10°C), pembungkusan buah dengan kertas saat panen.61
Erwinia Papayae: Disebabkan oleh bakteri Bacterium papayae. Gejala: tangkai daun dan batang yang masih hijau terdapat bercak kebasah-basahan. Pada tanaman muda, daun menguning dan membusuk, lalu tunas-tunas muda mati. Pengendalian: konsep budidaya tanaman sehat, pengendalian serangga pengunjung (vektor), membongkar dan membakar tanaman sakit.61
Penyakit Bintik Hitam (Papaya Black Spot): Bintik kecil pada buah yang membesar menjadi hitam (0.8-3 mm). Menyebabkan kerusakan daun dan penurunan produksi.61
Penyakit Nematoda Puru Akar: Tanaman tampak kurus, kerdil, tidak sehat, daun hijau terang sampai kuning dan lebih cepat gugur. Gejala seperti kekurangan pupuk atau kekeringan. Pengendalian: pemusnahan tanaman sakit, penggunaan nematisida, pembalikan dan pemanasan media tanam.61
Pengendalian Hama (Umum): Daun pepaya dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati. Caranya: 1 kg daun pepaya dirajang atau ditumbuk halus, tambahkan 10 liter air, 2 sendok makan minyak tanah, dan 30 gram deterjen. Aduk rata, saring, dan diamkan semalam. Larutan diencerkan (2-2.5 gelas per 10-14 liter air) dan diaplikasikan setiap seminggu sekali. Pestisida nabati ini lebih mudah terurai dan aman bagi lingkungan, tidak menyebabkan resistensi hama, dan mengurangi biaya produksi.65
4. Potensi Ekonomi dan Rantai Pasok
Pepaya, terutama varietas California, menunjukkan potensi pasar yang luas dan menguntungkan di Indonesia.
Permintaan Pasar: Pepaya memiliki jangkauan pasar yang luas dan beragam, dari pasar tradisional hingga pasar modern. Permintaan tinggi, terutama untuk pepaya ukuran medium yang dinilai memiliki ketahanan kulit buah terhadap goresan dan nilai jual lebih menjanjikan.66
Profitabilitas: Pepaya California cukup menguntungkan bagi petani.67
Potensi Ekonomi (umum): Pepaya adalah buah yang banyak dikonsumsi di Indonesia.33
Ketersediaan Bibit (Depok/Yogyakarta): Bibit Pepaya California tersedia dari Jogja Benih di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.68 Namun, tidak ada informasi spesifik mengenai ketersediaan bibit pepaya di Depok atau Yogyakarta dalam daftar bibit buah unggul lainnya.47
D. Alpukat (Persea americana)
Alpukat adalah buah tropis yang sangat digemari di Indonesia, dikenal karena kandungan nutrisinya yang kaya dan teksturnya yang lembut. Buah ini memiliki potensi ekonomi yang besar, baik untuk pasar domestik maupun ekspor.
1. Varietas Unggul dan Waktu Berbuah
Alpukat dapat berbuah dalam waktu 3 tahun dengan teknik cangkok atau sambung pucuk, jauh lebih cepat dibandingkan penanaman dari biji yang bisa memakan waktu 5-8 tahun.16
Varietas Unggul (dikenal cepat berbuah):
Hass: Bentuk buah hampir bulat dengan kulit hijau gelap hingga kehitaman saat matang, tekstur kasar dan bergerigi. Daging buah sangat lembut, berwarna hijau kekuningan, dan bijinya relatif kecil.11
Pluwang: Dikenal memiliki hasil yang tinggi, satu pohon dapat menghasilkan 500-900 kg per tahun.45
Kelud: Termasuk dalam daftar alpukat yang cepat berbuah.11
Alligator: Daging buah tebal, lembut, dan lezat, dengan rasa manis dan legit, serta biji yang relatif kecil. Bentuknya memanjang menyerupai aligator.11
Miki: Varietas unggulan Indonesia yang berasal dari Jawa Barat, dikenal cepat berbuah dan tahan terhadap serangan hama ulat. Alpukat Miki juga dapat berbuah di dalam pot.11
Kendil: Varietas lokal yang cepat berbuah dan memiliki cita rasa lezat.12
Markus: Bentuk buah agak bulat atau oval dengan kulit hijau gelap saat matang. Daging buah tebal, lembut, kaya rasa, dan bijinya relatif kecil.12
Wina: Bentuk buah agak bulat dengan kulit hijau mengkilap (bisa berubah kecoklatan saat matang). Daging buah tebal, lembut, hijau kekuningan, rasa gurih, lembut, dengan sedikit sentuhan manis. Ukurannya cukup besar, bisa mencapai 1.5-2 kg per buah.12
2. Syarat Tumbuh dan Perawatan Optimal
Agar alpukat tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah berkualitas, beberapa faktor lingkungan dan perawatan harus dipenuhi.
Iklim: Alpukat mentega memiliki daya adaptasi yang tinggi, tetapi lebih cocok ditanam di daerah dengan kondisi sedang, tidak terlalu panas atau dingin.38 Ras Hindia Barat dan persilangannya tumbuh subur di dataran rendah beriklim tropis dengan curah hujan 2500 mm/tahun. Alpukat dapat mentolerir suhu udara antara 15-30°C atau lebih.37
Sinar Matahari: Tanaman ini membutuhkan sinar matahari yang cukup.23 Kebutuhan cahaya matahari berkisar 40-80%.37
Tanah: Memerlukan tanah gembur, tidak mudah tergenang air (drainase baik), subur, dan banyak mengandung bahan organik.23 Jenis tanah yang baik adalah lempung berpasir (
sandy loam), lempung liat (clay loam), dan lempung endapan (aluvial loam).37 Keasaman tanah (pH) yang baik berkisar antara
5.6-6.4 (sedikit asam hingga netral). Jika pH di bawah 5.5, tanaman dapat mengalami keracunan; jika di atas 6.5, beberapa unsur fungsional akan berkurang.37
Ketinggian Tempat: Umumnya dapat tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi (5-1500 mdpl), namun tumbuh subur dengan hasil memuaskan pada ketinggian 200-1000 mdpl.37
Penyiraman: Penyiraman teratur sangat penting, terutama pada masa awal pertumbuhan. Hindari penyiraman berlebihan karena dapat menyebabkan akar membusuk. Siram minimal sekali sehari pada pagi atau sore hari, atau sesuaikan dengan kondisi tanah yang kering.22 Irigasi tetes adalah metode yang efektif untuk memastikan ketersediaan air yang konsisten.29 Kebutuhan air irigasi untuk bibit Alpukat varietas Kendil adalah 142 ml per polybag.69
Pemupukan:
Dasar: Pada tahap awal penanaman, campurkan media tanam dengan pupuk kompos atau pupuk kandang.22 Pupuk organik diaplikasikan dengan dosis 10 kg secara merata.25
Tahap Tanaman Belum Menghasilkan (TBM): Bertujuan untuk memenuhi nutrisi agar tanaman tumbuh optimal dan menguatkan akar, batang, serta menyuburkan daun.25 Pupuk NPK GOLD DGW 16-10-18, HX DAP, dan HX AS dapat diaplikasikan dengan dosis tertentu.25
Tahap Tanaman Menghasilkan (TM): Membutuhkan unsur hara Fosfat dan Kalium dalam jumlah banyak untuk merangsang pembungaan, mencegah kerontokan bunga, dan merangsang pembentukan buah lebat.25 Pupuk NPK COMPACTION DGW 15-15-15+TE, NPK GOLD DGW 16-10-18, HX DAP, dan HX AS direkomendasikan.25 Pupuk KNO3 CRYSTAL (13% Nitrogen, 46% Kalium) dapat disemprotkan atau dikocorkan setelah pembentukan buah.25
Frekuensi: Lakukan pemupukan sekitar 2-3 kali dalam setahun, terutama pada awal musim hujan dan awal musim kemarau.24
Jenis Pupuk: Pupuk organik sangat disarankan karena meningkatkan kesuburan tanah dan ramah lingkungan. Pupuk kimia (NPK) harus digunakan hati-hati sesuai dosis. Pupuk kandang kaya nitrogen, fosfor, kalium. Pupuk hayati (mikroorganisme) meningkatkan kualitas dan kuantitas buah. Pupuk daun disemprotkan ke daun.24
Pemangkasan: Pemangkasan ujung pohon atau ranting yang tidak berguna sebaiknya dilakukan untuk mengarahkan konsentrasi nutrisi pada pembentukan buah, bukan pertumbuhan daun atau tunas baru.22 Pemangkasan juga meningkatkan sirkulasi udara dan penetrasi cahaya.23 Setelah pemangkasan, berikan ter atau fungisida pada ujung batang yang dipangkas untuk mencegah masuknya jamur.22
Penyiangan: Gulma atau tanaman pengganggu di sekitar pohon alpukat dapat membawa bibit penyakit dan merebut nutrisi. Oleh karena itu, penyiangan atau pembersihan lahan dari gulma perlu dilakukan secara teratur.22
Pemberian Hormon: Pemberian hormon dapat dilakukan untuk merangsang munculnya bunga yang akan menghasilkan buah.22
Penyulaman: Menanam bibit baru pada tanaman yang kurang produktif atau mati. Teknik ini bertujuan untuk menggantikan tanaman yang tidak optimal dengan bibit baru yang memiliki potensi tumbuh lebih baik. Sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan.23
Pemeliharaan Lingkungan: Lingkungan yang kondusif sangat penting. Pastikan tanaman mendapatkan sinar matahari yang cukup, suhu optimal, dan kelembaban yang terjaga. Penggunaan mulsa dapat membantu mempertahankan kelembaban tanah dan mengurangi pertumbuhan gulma.23
3. Pengelolaan Hama dan Penyakit
Tanaman alpukat rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Pengelolaan yang efektif sangat penting untuk menjaga kesehatan dan produktivitas tanaman.
Hama Umum:
Ulat Kupu-kupu Gajah/Ulat Kipat: Muncul akibat faktor cuaca ekstrem dan ekosistem tidak stabil. Pengendalian: semprotan larutan bawang putih, minyak sayur, dan misa; ekstrak daun pepaya (50 gram irisan daun pepaya direndam 24 jam dalam 100 ml air, peras, saring, tambahkan 2-3 liter air); atau insektisida berbahan monokrotofos atau sipermetrin.70
Kutu Daun: Jumlahnya meningkat pesat saat musim kemarau. Pengendalian: insektisida berbahan karbaril, formotion, monocrotophos, atau dimetoat; ekstrak jahe yang ditambahkan air dan deterjen.70
Lalat Buah: Hinggap dan menusukkan belalainya untuk makan dan bertelur. Pengendalian: insektisida atau obat organik seperti ekstrak selasih atau minyak citronella (50 gram daun selasih dirajang, rendam semalam, saring, tambahkan deterjen).70
Kumbang Penggerek Batang: Pengendalian: insektisida berbahan aktif asefat atau diazinon.70
Belalang Daun: Memakan daun muda, menyebabkan daun berlubang dari bagian tepi.71
Tungau Merah (Tetranychus cinnabarinus Boisd.): Menyebabkan daun berbintik kuning, berubah merah tua seperti karat, layu, dan rontok. Serangan hebat dapat menyebabkan defoliasi.71
Kutu Dompalan Putih (Pseudococcus citri Risso): Menghambat pertumbuhan tanaman, membuat pucat, kering, dan cepat mati.71
Codot: Mencuri buah dan meninggalkan bekas gigitan. Pengendalian: orang-orangan dari jala dan kaleng bekas untuk menakut-nakuti.71
Kumbang Bubuk Cabang (Xyleborus coffeae Wurth): Membuat lubang terowongan gelap pada cabang dan ranting, menghambat penyaluran makanan hasil fotosintesis.71
Penyakit Umum:
Busuk Buah (Botryodiplodia theobromae pat.): Ditandai bercak coklat tidak teratur pada pangkal buah yang menjalar, dan benjolan kecil pada kulit buah. Terjadi saat permukaan buah terluka. Pengendalian: bubur Bordeaux.70
Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides): Menyerang semua bagian tanaman kecuali akar, menyebabkan bercak coklat karat. Pengendalian: pangkas ranting dan cabang yang mati.70
Busuk Akar dan Kanker Batang (Phytophthora): Pertumbuhan tanaman terganggu hingga kematian. Disebabkan oleh jamur di tanah yang terlalu lembab. Pengendalian: membongkar tanaman yang terserang dan menanam yang baru, perbaikan drainase.70
Bercak Daun atau Bercak Coklat (Cercospora purpurea Cke atau Pseudocercospora purpurea): Permukaan daun berubah menjadi bercak coklat muda dengan tepi coklat tua, lalu muncul bintik-bintik kelabu. Pengendalian: penyemprotan fungisida Masalgin 50 WP.70
Penyakit Jamur (umum): Disebabkan oleh drainase yang jelek. Pengendalian: perbaikan drainase dan pindahkan tanaman ke tempat baru.70
Pengendalian Umum: Segera lakukan tindakan pemusnahan hama penyakit dengan menyemprotkan pestisida jika ditemukan tanda-tanda serangan.22 Penggunaan pestisida alami atau organik disarankan.23 Pencegahan juga krusial dengan menjaga kebersihan lahan dan memastikan kondisi lingkungan optimal.23
4. Potensi Ekonomi dan Rantai Pasok
Alpukat merupakan salah satu buah tropis favorit di Indonesia, dengan potensi ekonomi yang besar dan pasar yang terus berkembang.
Posisi Global: Indonesia tercatat sebagai produsen alpukat terbesar keempat di dunia pada tahun 2021 dengan produksi 669.260 ton.16 Estimasi menunjukkan Indonesia akan menjadi produsen alpukat terbesar keenam di dunia pada tahun 2025, dengan produksi mencapai 0.4 juta ton.72
Pusat Produksi Utama di Indonesia: Jawa Timur adalah provinsi penghasil alpukat terbesar di Indonesia (2.158.581 ton pada 2021; 9.130 kuintal di Kabupaten Lawang).45 Jawa Tengah adalah provinsi penghasil alpukat terbesar ketiga (73.933 ton pada 2019).46 Provinsi lain yang signifikan adalah Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Selatan.16 Bali juga memiliki jumlah pohon alpukat produktif yang tercatat.44
Nilai Pasar: Alpukat adalah buah tropis yang populer, bertekstur lembut, dan mudah dijumpai di pasar maupun supermarket.72 Kisaran harga eceran alpukat di Jakarta dan Surabaya adalah antara IDR 24.137,50 dan IDR 56.320,83 per kilogram.76 Berbagai varietas dan ukuran alpukat memiliki harga yang bervariasi di pasaran.77
Peluang Ekonomi: Permintaan pasar yang tinggi, harga jual yang stabil, dan pasar ekspor yang luas menjadikan budidaya alpukat menjanjikan.23 Alpukat juga berkontribusi pada peningkatan ekonomi masyarakat.80 Diversifikasi produk (jus, salad, guacamole) juga meningkatkan nilai ekonomi.23
Potensi Ekspor: Ada peluang ekspor alpukat ke Singapura.82 Alpukat varietas Pluwang juga memiliki peluang ekspor ke Abu Dhabi.80 Secara umum, pengembangan alpukat skala komersial memberikan manfaat ekonomi melalui peningkatan ekspor dan pasar dalam negeri.81
Struktur Rantai Pasok: Rantai pasok alpukat di Indonesia umumnya terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang lokal, pedagang non-lokal, pengecer, dan konsumen.16 Terdapat dua saluran utama: petani-pengecer-pasar, atau petani-pengumpul-pedagang besar-pasar.45 Risiko dalam rantai pasok mencakup produksi, harga, kualitas, lingkungan, dan transportasi.45 Kolaborasi dan komunikasi antara petani dan pedagang pengumpul terjalin dengan baik.16
Ketersediaan Bibit (Depok/Yogyakarta): Bibit Alpukat Miki tersedia dari penjual di Depok dan Yogyakarta.39 Berbagai bibit alpukat unggul lainnya juga tersedia secara luas.47
E. Kelengkeng (Dimocarpus longan)
Kelengkeng adalah buah tropis yang tumbuh subur di Asia, termasuk Indonesia. Buah ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat, baik di pasar lokal maupun internasional.
1. Varietas Unggul dan Waktu Berbuah
Kelengkeng yang diperbanyak secara vegetatif (cangkokan atau sambung pucuk) dapat berbuah dalam waktu 8-12 bulan, sedangkan dari biji memerlukan 2-3 tahun.26 Varietas genjah seperti Kelapa Genjah Salak dan Kelapa Genjah Pandan Wangi dapat berbuah dalam 3 tahun, sementara varietas Kelapa Genjah lainnya memerlukan 4 tahun.8 Aren Genjah Kutim berbuah dalam 5 tahun, yang jauh lebih cepat dibandingkan jenis aren lain yang membutuhkan hingga 10 tahun.2
Varietas Unggul (Genjah):
Kelengkeng Merah (Ruby Logan): Varietas baru ini memiliki diameter buah 1.5-3 cm, daging tebal berwarna merah, dan kulit buah merah eksotis. Tingkat kemanisannya mencapai 21 brix, lebih manis dari Kelengkeng King Long. Dapat tumbuh subur di segala jenis dataran dan berbuah pada usia 1-2 tahun.5
Kelengkeng Matalada (Hawai): Ukuran bijinya kecil seperti lada, diameter buah sekitar 2-3 cm, dan kulit buah berwarna putih. Bersifat genjah, mulai berbuah pada usia satu tahun sejak tanam, dan menunjukkan tingkat produktivitas tinggi pada usia tiga tahun.5
Kelengkeng Pingpong: Dikenal dengan ukuran buahnya yang sangat besar menyerupai bola pingpong. Dagingnya tebal dengan rasa manis dan aroma harum, meskipun bijinya juga cenderung besar. Pohonnya pendek dan rimbun, cocok ditanam dalam pot. Perawatannya relatif mudah dan dapat berbuah sepanjang tahun pada usia 1-2 tahun.5
Diamond River: Berasal dari Thailand, varietas ini menghasilkan buah berukuran sedang dengan daging tebal dan berair, serta rasa manis dan aroma khas. Dapat berbuah pada usia 1-2 tahun setelah ditanam.13
Puangray: Berasal dari Thailand, mampu beradaptasi dengan baik di berbagai lingkungan, sehingga cocok untuk petani yang memiliki waktu perawatan terbatas. Dapat berbuah sejak 1-2 tahun setelah ditanam.13
New Kristal: Merupakan pengembangan dari Kelengkeng Kristal, dengan daun lebih besar dan tipis serta tajuk pohon yang lebih menjuntai. Dapat tumbuh subur pada ketinggian sekitar 20 meter di atas permukaan laut dan bahkan 15 kilometer dari bibir pantai. Daging buahnya tebal dan manis. Pohon dapat berbuah 3-4 bulan setelah okulasi, dengan produktivitas 60-80 kilogram per pohon setelah berumur 3-4 bulan.14 Varietas ini dapat berbuah tanpa mengenal musim di dataran rendah.15
Kelengkeng Super Sleman (KSS): Varietas lokal dari Sleman, D.I. Yogyakarta, yang mampu menghasilkan buah perdana pada usia 2 tahun, 6 bulan lebih cepat daripada Kelengkeng Itoh.84
2. Syarat Tumbuh dan Perawatan Optimal
Kelengkeng tumbuh subur di daerah beriklim tropis Asia.34 Perawatan yang optimal sangat penting untuk memaksimalkan hasil.
Iklim: Curah hujan optimal untuk pertumbuhan kelengkeng adalah total 2500-4000 mm/tahun, dengan 7-10 bulan basah dan 2-4 bulan kering. Suhu rata-rata yang ideal adalah 20-35°C pada siang hari dan 15-24°C pada malam hari. Kelembaban udara yang relatif dibutuhkan adalah 65-90%.18 Tanaman kelengkeng cukup sensitif terhadap kelembaban tinggi dan tidak cocok pada tanah berkapur karena dapat mengurangi pembuahan.34
Sinar Matahari: Pohon kelengkeng akan tumbuh dengan baik jika ditanam di daerah terbuka dan mendapatkan sinar matahari penuh (setidaknya 6-8 jam setiap hari).18 Naungan yang berkepanjangan dapat menghambat pertumbuhan dan hasil buah.31
Tanah: Struktur tanah yang baik adalah lapisan top soil yang gembur, remah, berbutir, dan banyak mengandung bahan organik. Lapisan sub soil sebaiknya lempung berpasir hingga agak liat. Jenis tanah seperti Allivial, Andosol, Inseptisol, dan Podsolik Merah Kuning cocok. Keasaman tanah (pH) ideal adalah 5.5-6.5.5
Ketinggian Tempat: Kelengkeng dapat tumbuh optimal pada ketinggian 25-800 mdpl, disesuaikan dengan varietas yang ditanam.19 Kelengkeng Merah dapat tumbuh di segala jenis dataran.5 Kelengkeng New Kristal dapat tumbuh subur pada ketinggian sekitar 20 meter di atas permukaan laut atau bahkan 15 kilometer dari bibir pantai.14
Perbanyakan: Dianjurkan menggunakan bibit dari perbanyakan vegetatif (sambung pucuk atau okulasi) karena sifatnya akan diturunkan sama persis dengan induknya dan mampu tumbuh lebih cepat dibandingkan penanaman menggunakan biji.18
Persiapan Lahan: Siapkan lahan tanam yang terbuka dengan intensitas cahaya matahari penuh. Buat lubang tanam minimal 60x60x60 cm (atau 100x100x100 cm untuk tanah berat).19 Pisahkan tanah galian bagian atas. Campurkan tanah tersebut dengan pupuk kompos yang sudah kering dan difermentasikan, serta sekam (perbandingan 2:1:1 atau 1:1:1).18 Taburkan kapur dolomit pada dasar dan dinding lubang untuk menetralkan pH tanah. Biarkan lubang terbuka selama minimal satu minggu agar terkena sinar matahari.30 Untuk lahan miring, buat terasering.19
Penanaman: Lakukan penanaman pada awal musim hujan atau sore hari. Robek polybag dengan hati-hati agar tidak merusak akar. Tanam bibit pada lubang yang sudah disiapkan, lalu timbun dengan tanah galian yang sudah dicampur pupuk. Tekan hati-hati agar bibit berdiri tegak. Berikan ajir penyangga dari kayu atau bambu selama 1-2 minggu awal agar tanaman tidak mudah tumbang.18 Letakkan bibit di tempat terbuka agar mendapatkan sinar matahari.18
Penyiraman: Siram setiap 1-2 hari sekali saat musim kemarau pada awal usia tanaman (hingga 2-3 bulan), kemudian setiap 4 hari sekali setelah tanaman menginjak umur 6 bulan ke atas.30 Maksimal 10 liter/m²/minggu atau 40 liter/pohon/minggu untuk daerah panas jika tidak ada hujan.19 Penyiraman penting setelah perlakuan induksi pembungaan di luar musim, saat bunga mulai muncul, dan saat pembesaran buah. Hindari pemberian air menjelang pemasakan buah.19
Pemupukan: Berikan pupuk kotoran hewan (disarankan kotoran domba) setiap tiga bulan sekali.30 Gunakan pupuk yang sudah kering atau difermentasi. Terdapat pedoman pemupukan NPK dan pupuk organik untuk tanaman belum menghasilkan dan sudah berproduksi, dengan metode galian alur, ditabur, atau ditugal.19
Pemangkasan: Pemangkasan rutin sangat penting untuk menjaga kesehatan pohon, memastikan distribusi nutrisi, dan meningkatkan penetrasi cahaya.31 Pemangkasan bentuk dilakukan sejak tanaman muda (80-120 cm) untuk membentuk tajuk yang baik. Pemangkasan pemeliharaan dilakukan pada tanaman usia produktif (setelah 2-3 tahun), dianjurkan setelah panen, untuk membuang cabang yang tidak bermanfaat, bersudut kecil, terserang hama/penyakit, rapat, bersilangan, atau tumbuh ke arah dalam.19
Penyiangan: Lakukan penyiangan secara rutin untuk menghilangkan gulma yang menghambat penyerapan air dan unsur hara, serta mencegah gulma menjadi inang OPT.19
Penjarangan Buah: Dilakukan saat buah berumur 1-2 bulan sejak bunga mekar. Buang buah yang berukuran kecil, tidak sempurna, atau terserang OPT untuk mendapatkan keseragaman bentuk, ukuran, dan mutu buah.19
Pembungkusan Buah: Lakukan saat buah berumur sekitar 3 bulan setelah bunga mekar menggunakan jaring plastik berbahan nilon untuk melindungi dari serangan kelelawar.19
Pembungaan di Luar Musim: Dapat diinduksi secara alami (dipengaruhi suhu dan kelembaban) atau kimiawi menggunakan Kalium Klorat (KClO3). Metode aplikasi KClO3 bisa dengan disemprotkan ke batang dan ranting, ditabur dan disiram di area tajuk, dikocorkan, atau diinjeksikan (kurang direkomendasikan). Penting untuk aplikasi saat daun tua dan tidak hujan, serta penyiraman rutin setelah aplikasi.19
3. Pengelolaan Hama dan Penyakit
Pengelolaan hama dan penyakit pada kelengkeng memerlukan pendekatan terpadu untuk menjaga produktivitas dan kualitas buah.
Hama Umum:
Trusuk: Menyerang bagian batang tanaman dengan membuat lubang, menyebabkan daun menguning, rapuh, rontok, dan cabang mengering, bahkan kematian pohon. Pengendalian: kultur sehat pekebun (rajin pemupukan, pengecekan tanaman), penyemprotan pestisida pada sore hari.85
Penggerek Batang (Zeuzeta Coffeae Neitner): Mengebor kulit hingga kambium batang, mencuri kambium, menyebabkan bagian atas tanaman mengering dan mati. Terlihat cairan kemerahan dari bekas gerekan disertai larva. Mengganggu distribusi unsur hara dan air. Pengendalian: mekanis (potong dan musnahkan bagian terserang), biologis (semprot patogen serangga Beauveria bassiana ke lubang gerekan), kimiawi (tutup lubang gerekan dengan kapas berinsektisida).19
Penghisap Buah (Tessarotoma Javanica): Menghisap buah, meninggalkan bekas tusukan hitam, menyebabkan buah keriput, kopong, dan busuk, menurunkan produksi. Pengendalian: biologis (manfaatkan predator Anastatus sp., Micropanurus sp., Eupelmid sp.), tanam refugia, semprot ekstrak daun gamal/mimba konsentrasi tinggi.19
Kelelawar (Codot/Kalong): Merusak buah yang menjelang matang dan merontokkan bunga muda. Pengendalian: membungkus buah dengan jaring atau plastik (disarankan jaring mata lebar agar sinar matahari masuk).19
Uret/Gayas (Lepidiota stigma): Larva memakan akar tanaman hingga putus, menyebabkan tanaman mati. Pengendalian: agens hayati MOSA META dengan bahan aktif Metarrhizium anisopliae (dilarutkan dalam larutan gula merah cair dan disemprotkan pada larva).86
Kutu Daun: Menyebabkan daun melepuh/berbintil dan bentuk daun tidak normal. Pengendalian: pestisida nabati, agens hayati MOSA GLIO dan BIO-SPF.86
Kutu Putih/Dompolan (Planococcus citri Risso): Hidup bergerombol, menghisap cairan tanaman, menghambat pertumbuhan, dan mengeluarkan embun madu yang menumbuhkan cendawan jelaga. Sering berasosiasi dengan semut. Pengendalian: atur kerapatan tajuk, bersihkan area bawah tajuk, semprot deterjen/sabun pencuci piring, minyak cengkeh/nimba/sereh wangi, manfaatkan predator Curinus coeruleus atau patogen serangga Beauveria bassiana, tanam refugia, insektisida sebagai alternatif terakhir.19
Penyakit Umum:
Penyakit Akar Putih (Rigidoporus lignosus): Daun menguning dan layu, berguguran