Jumat

Isi Lengkap dan Detail dari Primbon Jawa Betal Jemur

 

Isi Lengkap dan Detail dari Primbon Jawa Betal Jemur

I. Pendahuluan

Primbon Jawa merupakan khazanah pengetahuan tradisional yang diwariskan secara turun-temurun dalam masyarakat Jawa, berfungsi sebagai pedoman hidup yang komprehensif.1 Kumpulan catatan dan pedoman ini mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari perhitungan waktu, ramalan watak, hingga petunjuk ritual dan pengobatan tradisional, menjadikannya semacam ensiklopedia tradisional yang memuat kearifan lokal.2

Di antara berbagai jenis primbon yang ada, Kitab Primbon Betaljemur Adammakna (KPBA) menempati posisi yang sangat signifikan. Kitab ini dikenal luas dan paling sering digunakan oleh masyarakat Jawa, bahkan hingga ke wilayah pedesaan.3 KPBA dianggap sebagai "induk dari kitab-kitab primbon lainnya" 4, sebuah penamaan yang menegaskan kedudukannya yang sentral dan cakupan pengetahuannya yang luas serta mendalam. Kitab ini berorientasi pada hubungan harmonis antara kehidupan manusia dan alam semesta, mencerminkan kristalisasi pandangan hidup dan nilai-nilai yang dipegang teguh oleh masyarakat Jawa.4

Laporan ini bertujuan untuk menyajikan analisis yang komprehensif dan terperinci mengenai Kitab Primbon Betaljemur Adammakna. Pembahasan akan mencakup sejarah penulisan, struktur dan isi tematik yang mendalam, filosofi dan pandangan dunia yang terkandung di dalamnya, serta relevansi dan adaptasinya di era modern, termasuk tantangan dan kontroversi yang menyertainya.

II. Sejarah dan Konteks Penulisan Kitab Primbon Betaljemur Adammakna

Asal-Usul Nama dan Etimologi

Nama asli kitab ini adalah Kitab Adamakna, yang merujuk pada sebuah kitab mitologis yang terdapat dalam kisah Menak Sarehas.11 Kemudian, nama "Betal Jemur" ditambahkan di bagian awal, yang berasal dari frasa Arab "Bait Al Jumhur". Frasa ini memiliki arti "rumah para cerdik pandai" atau "house of the wise".11 Penambahan nama ini tidak hanya memberikan identitas yang lebih spesifik, tetapi juga mencerminkan kedalaman dan otoritas pengetahuan yang terkandung di dalamnya, sekaligus mengindikasikan adanya pengaruh keilmuan Islam dalam penyusunannya.

Profil Penulis: Kanjeng Pangeran Harya Tjakraningrat

Kitab Primbon Betaljemur Adammakna adalah karya monumental dari Kanjeng Pangeran Harya Tjakraningrat.3 Beliau juga dikenal dengan nama KPH Cokroningrat atau Kanjeng Raden Hadipati Danurejo VI.3 KPH Tjakraningrat memegang jabatan penting sebagai Pepatih Dalem (Patih) di Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat selama masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII.4 Setelah mengundurkan diri dari jabatannya, beliau dianugerahi gelar Pangeran Sentana, sebuah bentuk penghormatan atas jasa-jasanya.4

Latar belakang keluarga KPH Tjakraningrat sangatlah terpandang; beliau adalah cucu dari Sri Sultan Hamengku Buwono IV 4 dan merupakan keponakan sekaligus mertua dari Sri Sultan Hamengkubuwana VI.9 Kedekatan dengan lingkungan keraton dan garis keturunan bangsawan ini memberikan legitimasi dan otoritas yang kuat terhadap karya-karyanya. Kitab ini sendiri awalnya merupakan wejangan atau ajaran luhur dari Sri Sultan Hamengkubuwana VI yang kemudian dihimpun, dicatat, dan dibukukan oleh KPH Tjakraningrat atas perintah langsung dari Sultan Hamengku Buwono V.7 Adanya dukungan dan perintah dari pihak keraton ini menegaskan status KPBA sebagai warisan leluhur yang tidak hanya dilestarikan tetapi juga diotorisasi oleh penguasa, menjadikannya sumber pengetahuan yang sangat dihormati.

Masa Kompilasi dan Kedudukan sebagai "Induk Primbon"

Kanjeng Pangeran Harya Tjakraningrat hidup pada periode yang signifikan dalam sejarah Jawa, lahir pada tahun 1829 dan wafat pada tahun 1916.16 Masa kompilasi dan penyalinan naskah-naskah primbon mencapai puncaknya antara tahun 1846 hingga 1855, di mana ratusan naskah tercatat.16 Ini menunjukkan bahwa KPBA kemungkinan besar disusun atau difinalisasi pada periode pertengahan hingga akhir abad ke-19, sebuah era di mana tradisi Jawa berinteraksi intens dengan berbagai pengaruh.

Kitab Primbon Betaljemur Adammakna tidak berdiri sendiri; ia merupakan jilid pertama dari sebuah serial Primbon Adammakna yang lebih besar, yang secara keseluruhan terdiri dari delapan jilid.3 Serial ini mencakup judul-judul lain seperti

Lukmanakim Adammakna dan Atassadhur Adammakna.3 Kedudukannya sebagai "induk dari kitab-kitab primbon lainnya" 4 menunjukkan bahwa KPBA merupakan fondasi dan rujukan utama bagi primbon-primbon lain, mencerminkan cakupan pengetahuan yang sangat luas dan mendalam.

Penyusunan kitab ini oleh seorang patih keraton di bawah perintah sultan menunjukkan adanya upaya yang disengaja oleh Kesultanan Yogyakarta untuk memformalkan, mengkonsolidasikan, dan melestarikan pengetahuan tradisional Jawa. Proses ini mengangkat primbon dari sekadar tradisi lisan atau kepercayaan rakyat yang terfragmentasi menjadi sebuah teks yang terstruktur dan berotoritas. Dukungan institusional ini secara signifikan berkontribusi pada umur panjang dan penerimaan luas KPBA, menjadikannya semacam "ilmu terpercaya" dalam konteks budayanya. Hal ini menjelaskan mengapa kitab ini mendapatkan status sebagai "induk primbon" yang diakui secara luas.

Selain itu, penyertaan unsur-unsur Islam dalam kitab ini, seperti etimologi "Bait Al Jumhur" dan inspirasi dari tokoh-tokoh Islam seperti Lukman al-Hakim serta asimilasi cerita Amir Hamzah 11, menunjukkan adanya adaptasi budaya yang strategis. Integrasi ini, yang juga terlihat dalam volume lain oleh penulis yang sama, seperti

Atassadhur Adammakna yang membahas tasawuf dan konsep Manunggaling Kawula Gusti 9, memungkinkan tradisi Jawa untuk tetap relevan dan diterima dalam lanskap religius yang didominasi Islam. Pendekatan sinkretis ini bukan sekadar pengaruh pasif, melainkan proses aktif yang memastikan kelangsungan budaya dan memupuk identitas "Islam Jawa" yang unik.

III. Struktur dan Isi Komprehensif Kitab Primbon Betaljemur Adammakna

Jumlah Bab dan Sistematika Penulisan

Kitab Primbon Betaljemur Adammakna merupakan karya yang sangat ekstensif, terdiri dari 337 bab pengetahuan Kejawen.3 Meskipun tidak secara eksplisit dibagi ke dalam "bab" besar layaknya buku modern, kitab ini disusun secara sistematis dalam bentuk

pasal-pasal yang masing-masing membahas topik berbeda, namun dapat dikelompokkan ke dalam tema-tema tertentu.13 Bahasa yang digunakan dalam penulisan kitab ini adalah bahasa Kawi (Jawa Kuno) dengan penggunaan tanda baca yang terkadang tidak beraturan, sehingga memerlukan interpretasi mendalam untuk memahami makna yang terkandung di dalamnya.14

Kompleksitas bahasa dan struktur ini memerlukan pemahaman yang mendalam tentang sistem penanggalan Jawa, nilai numerik (neptu), dan simbolisme yang digunakan.2 Hal ini juga menyoroti pentingnya konsultasi dengan para sesepuh atau ahli primbon yang berpengalaman untuk penafsiran yang lebih akurat.2 Keberadaan berbagai metode perhitungan dan interpretasi yang berbeda, misalnya dalam penentuan weton jodoh 22, menunjukkan bahwa primbon bukanlah sistem yang kaku, melainkan sebuah kerangka yang fleksibel dan terbuka terhadap nuansa interpretasi, menjaga peran penting para pemegang pengetahuan tradisional.

Cakupan Topik Utama Berdasarkan Daur Hidup Manusia

Isi utama KPBA secara komprehensif mendeskripsikan daur hidup sehari-hari manusia, mulai dari pedoman memilih calon pasangan hingga upacara kematian.14 Secara lebih spesifik, kitab ini berfokus pada empat aspek penting dalam kehidupan: mendirikan rumah, pindah rumah, berumah tangga, dan selamatan orang meninggal.27

Secara garis besar, topik-topik luas yang dibahas dalam KPBA mencakup perhitungan hari baik dan buruk (petung), ramalan watak dan nasib berdasarkan weton (hari kelahiran) dan wuku, penafsiran mimpi, pengobatan tradisional, mantra dan doa-doa, tanda-tanda alam dan maknanya, serta pedoman dalam membangun rumah atau melakukan ritual tertentu.2 Keluasan cakupan ini menunjukkan bahwa KPBA bukan sekadar buku ramalan, melainkan sebuah panduan menyeluruh untuk menjalani seluruh siklus kehidupan manusia, menekankan pentingnya harmoni dengan diri sendiri, sesama, alam, dan kekuatan ilahi.

Tabel 1: Kategori Utama Isi Kitab Primbon Betaljemur Adammakna

Kategori Utama

Contoh Isi Spesifik

Sumber Relevan

Perhitungan Waktu dan Penanggalan

Kedudukan Hari dan Pasaran, Neptu Hari, Pekan, Bulan & Tahun, Hari yang Tidak Baik (Dilarang Bepergian: Hari Taliwangke, Hari Samparwangke, Kunarpawarsa), Penentuan Bulan Baik dan Buruk untuk Hajat Penting

2

Watak dan Karakter Manusia

Watak Manusia Menurut Nama, Neptu dan Jemnya Huruf, Watak Bayi (berdasarkan weton dan wuku), Fisiognomi (Panyandra Firasating Manungsa): analisis ciri wajah (kepala, rambut, kening, alis, mata, hidung, mulut, bibir, pipi, gigi, dagu)

2

Pedoman Pernikahan dan Rumah Tangga

Perhitungan Pernikahan (Weton Jodoh), Mitos dan Pantangan (misalnya terkait kehamilan), Godaan Bayi yang Puput Puser, Perawatan Pasca-Kelahiran Bayi

2

Pedoman Membangun dan Pindah Rumah

Perhitungan Kerangka Rumah (balok, usuk, blandar), Penentuan Hari Baik untuk Memindah Rumah

2

Ritual dan Upacara Adat

Selamatan (misalnya sapasaraning pangantèn), Pedoman Melakukan Ritual Tertentu

2

Kesehatan dan Pengobatan

Obat-obatan untuk Sakit pada Bayi, Pengobatan Tradisional

2

Ilmu Gaib dan Spiritual

Tafsir Mimpi, Mantra dan Doa-doa (misalnya tulak bala), Tanda-tanda Alam dan Maknanya

2

Pedoman Ekonomi dan Keberuntungan

Arah Bepergian Mencari Sandang Pangan, Ramalan Keberuntungan

2

Tabel di atas memberikan gambaran terstruktur mengenai cakupan isi KPBA yang sangat luas. Ini menunjukkan bahwa kitab ini tidak hanya berfokus pada satu aspek kehidupan, tetapi memberikan panduan yang terintegrasi untuk berbagai domain, mulai dari perhitungan waktu yang presisi hingga analisis karakter dan ritual penting. Keberadaan tabel ini membantu pembaca memahami kekayaan dan kedalaman pengetahuan tradisional yang terkandung dalam primbon, yang merupakan ciri khas dari warisan budaya Jawa.

Elaborasi Isi Spesifik

Perhitungan Hari Baik dan Buruk (Petung)

Primbon Betaljemur Adammakna sangat menekankan pentingnya petung atau perhitungan hari baik dan buruk untuk berbagai aktivitas penting dalam hidup. Sistem perhitungan ini didasarkan pada penanggalan Jawa yang unik, yang berbeda dari kalender Masehi, dengan konsep inti seperti weton (gabungan hari dan pasaran), pasaran (siklus lima hari), dan pranata mangsa (kalender musim).2 Setiap hari dan pasaran memiliki nilai numerik yang disebut

neptu, yang menjadi dasar dari semua perhitungan dalam primbon.2

Tabel 2: Nilai Neptu Hari dan Pasaran Jawa

Hari (Saptawara)

Nilai Neptu

Pasaran (Pancawara)

Nilai Neptu

Minggu (Ahad)

5

Legi

5

Senin

4

Pahing

9

Selasa

3

Pon

7

Rabu

7

Wage

4

Kamis

8

Kliwon

8

Jumat

6



Sabtu

9



Tabel nilai neptu ini merupakan fondasi matematis bagi hampir semua perhitungan dalam primbon. Dengan menjumlahkan nilai neptu hari dan pasaran, berbagai ramalan dan penentuan hari baik dapat dilakukan.

KPBA secara spesifik mengidentifikasi hari-hari yang dianggap tidak baik (dina ala) atau dina sengkala (hari naas) yang sebaiknya dihindari untuk memulai kegiatan penting guna menghindari nasib buruk.12 Contohnya termasuk

Dina Ala Banget (hari yang sangat buruk) seperti Rebo Legi, Ahad Paing, Kamis Pon, Selasa Wage, dan Sabtu Kliwon.29 Selain itu, terdapat

Hari Taliwangke, yang merupakan hari sengkala dan berjumlah enam dalam siklus 30 wuku, dengan contoh spesifik Senin Kliwon pada Wuku Wuye.12 Ada pula

Hari Samparwangke, yang berjumlah lima dalam siklus 30 wuku dan jatuh pada ringkel Aryang.12 Untuk skala tahunan, terdapat

Kunarpawarsa atau "tahun bencana", yang sangat dilarang untuk mengadakan hajatan pernikahan, dan biasanya jatuh pada tanggal 29 atau 30 di bulan Besar dalam tahun Alip.12

Kitab ini juga memberikan pedoman mengenai bulan-bulan baik dan buruk dalam penanggalan Jawa untuk keperluan hajatan penting seperti pernikahan.12 Misalnya, bulan Suro tidak direkomendasikan karena dipercaya dapat menyebabkan pertengkaran dan kerusakan, sementara bulan Mulud dapat menyebabkan salah satu pasangan meninggal.24 Bulan Apit juga dihindari karena sering dikaitkan dengan sakit dan pertengkaran.24

Tabel 3: Daftar Hari dan Bulan yang Dihindari untuk Hajat Penting (Contoh dari KPBA)

Kategori Hari/Bulan

Contoh Spesifik

Sumber Relevan

Hari Ala Banget

Rebo Legi, Ahad Paing, Kemis Pon, Selasa Wage, Setu Kliwon

29

Hari Taliwangke

Senin Kliwon (pada Wuku Wuye)

12

Hari Samparwangke

5 hari dalam 30 wuku, jatuh pada ringkel Aryang

12

Kunarpawarsa

Setiap tanggal 29 atau 30 di bulan Besar, dalam tahun Alip

12

Bulan Tidak Direkomendasikan

Suro (tukar padu, kerusakan), Mulud (mati salah satu), Apit (sering sakit, bertengkar)

24

Penyajian detail mengenai hari dan bulan yang dianggap buruk ini menunjukkan sifat preskriptif primbon, yang bertujuan untuk memandu individu agar dapat mengambil keputusan yang paling menguntungkan dan menghindari kemalangan. Ini mencerminkan kerangka terstruktur untuk pengambilan keputusan yang bertujuan mencapai keselamatan dan kesejahteraan lahir batin.

Perhitungan Kecocokan Jodoh (Weton Pernikahan)

Salah satu aplikasi paling populer dan sering dirujuk dari Kitab Primbon Betaljemur Adammakna adalah perhitungan kecocokan jodoh atau weton pernikahan.22 Perhitungan ini dilakukan dengan menjumlahkan nilai

neptu dari hari dan pasaran kelahiran kedua calon pasangan.22 Hasil penjumlahan ini kemudian diinterpretasikan untuk memprediksi dinamika rumah tangga mereka.

Menariknya, terdapat beberapa metode perhitungan dan interpretasi yang berbeda dalam primbon, yang mungkin mencerminkan variasi tradisi atau penafsiran regional. Variasi ini menggarisbawahi sifat dinamis dari pengetahuan tradisional yang dapat diadaptasi dan diinterpretasikan secara berbeda oleh para ahli.

  • Metode Pembagian dengan 5: Jumlah weton kedua calon pasangan dibagi dengan angka 5. Sisa dari pembagian ini memiliki interpretasi tertentu:

    • Sisa 1 (Sri): Dianggap sangat bagus, melambangkan kemakmuran dan keberuntungan.

    • Sisa 2 (Dana): Juga dianggap bagus, menandakan rezeki yang melimpah.

    • Sisa 5 (Lungguh): Dianggap bagus, melambangkan kedudukan atau kemapanan.

    • Sisa 3 (Sakit-sakitan): Dianggap tidak bagus, mengindikasikan potensi masalah kesehatan.

    • Sisa 4 (Ada yang meninggal): Dianggap tidak bagus, meramalkan adanya kemalangan atau kematian.22

  • Metode Pembagian dengan 7: Jumlah neptu kedua pasangan ditambah neptu tanggal pernikahan yang direncanakan, kemudian dibagi 7. Sisa pembagian ini juga memiliki makna:

    • Sisa 1 (Wasesa Segara): Pasangan akan memiliki budi pekerti yang luhur, berwibawa, dan rezeki yang lancar.

    • Sisa 2 (Tunggak Semi): Pasangan diramalkan mudah mencari rezeki, namun rentan terhadap sakit, meski akan memiliki banyak anak.

    • Sisa 3 (Satriya Wibawa): Pasangan akan mendapatkan anugerah, dimuliakan, dan hidup berlimpah.

    • Sisa 4 (Sumur Sinaba): Pasangan akan menjadi sumber ilmu atau pengetahuan bagi orang lain.23

  • Interpretasi 8 Kategori (Berdasarkan Total Neptu, dapat dibagi 9 atau 7): Metode ini mengelompokkan total neptu kedua pasangan ke dalam delapan kategori dengan makna yang sangat spesifik mengenai kehidupan rumah tangga:

    • Pegat (cerai): Diramalkan akan menghadapi masalah serius seperti masalah ekonomi, kekuasaan, jabatan, atau perselingkuhan yang dapat berujung pada perceraian.25 Untuk mengatasi ini, disarankan untuk memperbanyak sedekah kepada anak yatim piatu dan janda jompo, serta memperbanyak ikhtiar dan doa.26

    • Ratu (harmonis, disegani): Ini adalah kategori yang sangat bagus, pasangan akan disegani oleh lingkungan sekitar dan hidup harmonis.25 Meskipun demikian, seringkali banyak yang iri terhadap keharmonisan keluarga mereka.34

    • Jodoh (sangat cocok): Pasangan ini dianggap sangat cocok karena saling menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga rumah tangga mereka diramalkan akan langgeng hingga tua.25

    • Topo (kesulitan/tirakat): Pasangan akan menjalani proses tirakat atau diuji kesabaran dan ketulusannya. Awalnya hidup mungkin susah, namun pada akhirnya akan bahagia dan sukses jika mampu menghadapi masalah dengan bijak.25

    • Tinari (bahagia): Pasangan akan menemukan kehidupan yang bahagia, mudah mencari rezeki, tidak kekurangan, dan segala niatnya terlaksana dalam berumah tangga.25

    • Padu (pertengkaran): Diramalkan akan sering mengalami pertengkaran sehari-hari, namun tetap bertahan dan tidak sampai bercerai.25 Solusinya dapat berupa melakukan

      ruwatan atau memilih hari pernikahan khusus.26

    • Sujanan (perselingkuhan): Kehidupan rumah tangga akan selalu diwarnai pertengkaran dan masalah, termasuk potensi perselingkuhan dari salah satu pihak.25

    • Pesti (rukun): Pasangan ini diramalkan akan memiliki rumah tangga yang aman, damai, tentram, dan rukun hingga tua. Meskipun ada masalah, hal itu tidak akan merusak keharmonisan rumah tangga.25

Tabel 4: Interpretasi Hasil Perhitungan Weton Jodoh dalam Primbon Betaljemur Adammakna

Metode Perhitungan

Sisa/Kategori

Interpretasi Makna

Sumber Relevan

Pembagian 5

Sisa 1 (Sri)

Bagus, kemakmuran

22


Sisa 2 (Dana)

Bagus, rezeki melimpah

22


Sisa 3 (Sakit-sakitan)

Tidak bagus, rentan sakit

22


Sisa 4 (Ada yang meninggal)

Tidak bagus, kemalangan

22


Sisa 5 (Lungguh)

Bagus, kemapanan

22

Pembagian 7

Sisa 1 (Wasesa Segara)

Budi luhur, berwibawa, rezeki lancar

23


Sisa 2 (Tunggak Semi)

Mudah rezeki, gampang sakit, banyak anak

23


Sisa 3 (Satriya Wibawa)

Anugerah, dimuliakan, hidup berlimpah

23


Sisa 4 (Sumur Sinaba)

Sumber ilmu/pengetahuan

23

8 Kategori

Pegat

Masalah, perceraian (solusi: sedekah, doa)

25


Ratu

Harmonis, disegani, banyak yang iri

25


Jodoh

Sangat cocok, langgeng

25


Topo

Kesulitan awal, sukses jika bijak

25


Tinari

Hidup bahagia, mudah rezeki

25


Padu

Sering bertengkar, tetap bertahan (solusi: ruwatan)

25


Sujanan

Pertengkaran, perselingkuhan

25


Pesti

Aman, damai, rukun hingga tua

25

Keberadaan berbagai metode perhitungan dan interpretasi ini menunjukkan bahwa primbon adalah sistem yang kompleks dan tidak monolitik. Perbedaan dalam pembagian dan makna sisa perhitungan weton 22 mencerminkan nuansa dan kemungkinan variasi dalam tradisi atau penafsiran. Hal ini juga memperkuat pandangan bahwa primbon membutuhkan penafsiran yang kontekstual dan seringkali melibatkan konsultasi dengan ahli, alih-alih dianggap sebagai kebenaran mutlak yang kaku.2 Lebih dari sekadar ramalan, primbon memberikan kerangka kerja untuk memahami potensi tantangan dan menawarkan solusi proaktif, seperti ritual

ruwatan, untuk mengatasi prediksi yang kurang menguntungkan.26 Ini menunjukkan bahwa primbon berfungsi sebagai alat manajemen risiko tradisional yang bertujuan untuk mengoptimalkan hasil dan memitigasi potensi masalah dalam kehidupan, terutama dalam konteks pernikahan.

Watak dan Karakter Manusia

Kitab Primbon Betaljemur Adammakna menyediakan informasi mendalam mengenai watak dan karakter manusia, yang dapat dianalisis berdasarkan berbagai faktor, termasuk weton kelahiran, wuku kelahiran, dan fisiognomi.2

  • Watak Berdasarkan Weton Kelahiran: Setiap kombinasi hari dan pasaran kelahiran diyakini memiliki makna atau menunjukkan karakter seseorang.32 Misalnya, orang yang lahir pada hari Minggu (Ahad) cenderung memiliki watak terang hati, mudah merelakan sesuatu untuk sanak saudara, keras dalam prinsip, welas asih kepada bawahan, menyukai kebersihan, dan pintar berbicara.32 Sementara itu, mereka yang lahir pada hari Sabtu sering dimusuhi, memiliki banyak kawan yang dengki, ditakuti banyak orang, pintar mencari rezeki, cepat dalam jual beli, dan sangat rajin bekerja.32

    Selain itu, karakter juga dapat dilihat dari pasaran kelahiran. Contohnya, pasaran Pon dikaitkan dengan sifat Somahita, yaitu mudah marah namun pemberani, berbudi halus, dan bijak.32 Pasaran Wage, di sisi lain, diasosiasikan dengan sifat

    Prabuanom, yang menunjukkan karakter belum stabil, pemarah, sombong, namun memiliki pendirian yang teguh.32 Penjumlahan

    neptu hari dan pasaran juga memberikan interpretasi karakter yang lebih spesifik; misalnya, total neptu 15 menunjukkan kewibawaan dan ketegasan, total 16 menunjukkan kreativitas dan keramahan, dan total 18 menunjukkan keberanian namun sedikit ceroboh.32

  • Watak Berdasarkan Wuku Kelahiran: Dalam penanggalan Jawa, terdapat siklus 30 wuku yang berlangsung selama 210 hari.31 Setiap

    wuku diyakini memiliki pengaruh signifikan terhadap watak dan karakter seseorang.31 KPBA secara khusus memuat bagian yang membahas "Wataking bayi miturut lahire ing wuku" (watak bayi menurut kelahirannya dalam

    wuku).30

    Tabel 5: Contoh Watak Berdasarkan Wuku (30 Wuku)

Wuku (Siklus 210 Hari)

Ciri-ciri Umum/Watak (Contoh)

Sumber Relevan

Sinta

Cerdas, beruntung dalam hal harta, wruhing wangsit (tahu wangsit) 30

30

Landep

Baik untuk perjalanan, cerdas, mudah memperhatikan bicara 31

31

Wukir

Pandai memimpin, pemurah, ingin memerintah, tidak setia 31

31

Kurantil

Kurang baik untuk perdagangan, rajin bekerja, tidak suka bermalas-malasan 31

31

Tolu

Cocok untuk pengobatan 31

31

Gumbreg

Suka berbagi harta 31

31

Warigalit

Cakap berbicara 31

31

Warigagung

Pekerja keras 31

31

Julungwangi

Suka berpetualang 31

31

Sungsang

Curiga dan boros, suka makan, semua kehendak harus diikuti 31

31

Galungan

Ramah dan pekerja keras 31

31

Kuningan

Kurang memperhatikan harta 31

31

Langkir

Cerdas dan pandai mengatur keuangan, pemarah, mudah tersinggung 31

31

Mandhasiya

Keras kepala dan sering marah 31

31

Julungpujud

Mudah dipengaruhi 31

31

Pahang

Bijaksana dan dermawan 31

31

Kuruwelut

Setia dan bertanggung jawab 31

31

Marakeh

Pemberani dan tegas, penurut, tidak senang banyak makan 31

31

Tambir

Kreatif dan inovatif 31

31

Madangkungan

Pandai bergaul 31

31

Maktal

Ambisius dan pekerja keras, tahan menerima kata-kata 31

31

Wuye

Tidak baik untuk perdagangan 31

31

Manahil

Pandai dalam strategi 31

31

Prangbakat

Pemberani dan suka tantangan, tidak suka dikenai kata-kata yang tak baik 31

31

Bala

Kuat dan tahan banting 31

31

Wugu

Sederhana dan rendah hati, angkuh, mudah menyerang kata-kata 31

31

Wayang

Cerdas dan berwibawa 31

31

Kulawu

Bijaksana dan adil 31

31

Dukut

Tekun dan ulet, congkak, membanggakan diri 31

31

Watugunung

Lembut dan sabar 31

31

  • Fisiognomi (Panyandra Firasating Manungsa): Analisis Ciri Wajah: KPBA juga menawarkan pedoman untuk memahami karakter seseorang melalui panyandra firasating manungsa atau ilmu membaca wajah.14 Ini adalah bentuk fisiognomi yang menganalisis berbagai fitur wajah dan mengaitkannya dengan sifat-sifat tertentu. Ilmu ini dianggap sebagai asimilasi budaya, kearifan lokal, dan nilai-nilai agama, yang menghasilkan "ilmu titen" atau ilmu pengamatan yang cermat.14

    • Kepala: Ukuran kepala (besar, sedang, kecil) dihubungkan dengan kapasitas ingatan, kepandaian, atau budi pekerti seseorang.14

    • Rambut: Kualitas rambut (kaku, lembut/lemes, ikal) dan warnanya (hitam, kuning) dikaitkan dengan keberanian, budi pekerti, ketetapan hati, dan kemampuan seseorang dalam menanggung masalah.14

    • Kening/Jidat: Bentuk kening (sempit, lebar, lengar/nunung, sedang tanpa kerutan) dan keberadaan kerutan (di antara alis, di jidat) diinterpretasikan sebagai indikator budi pekerti, sifat bengis, rasa malu, belas kasih, kesabaran, kepintaran, dan pengetahuan.14

    • Alis: Kualitas alis (lembut, berantakan, nyambung, naik ke atas, sedang) dikaitkan dengan sifat baik, banyak disukai, suka makan, banyak omong, bakhil, dan kesempurnaan budi.14

    • Telinga: Ukuran telinga (sempit, lebar, sedang) dihubungkan dengan kecenderungan berbuat kejelekan, kebodohan namun berhati baik, atau berbudi.14

    • Mata: Berbagai ciri mata seperti ukuran (lebar, sempit/sipit, sedang), gerakan (kocak, legok, bendul, kedipan jarang-jarang, lirikannya ke arah samping), bulu mata (lembut, beraturan, bersusun), dan warna mata (terlalu hitam, putihnya kebiruan, kemerahan, kekuningan, keabu-abuan) diinterpretasikan untuk mengetahui sifat seperti ketetapan keputusan, ketakutan, kelebihan, amanah, suka memfitnah, dengki, jahat, kurang budi, banyak tangis, bohong, berani, dan panjang umur.14

    • Hidung: Bentuk hidung (mancung panjang, tebal di antara dua lubang hidung, ujungnya lebar/tak beraturan, ujungnya lebih panjang ke bawah, lubang hidung lebar, sedang) dikaitkan dengan budi, banyak omong kosong, suka bohong, syahwat, dengki, dan kualitas pekerjaan.14

    • Mulut: Ukuran mulut (lebar, sempit, sedang dan banyak senyum) dihubungkan dengan sifat ladak (berani), keras hati, takut, sempit budi, baik ke sesama, dan tanggap dalam menyelesaikan pekerjaan.14

    • Bibir: Ketebalan bibir (tebal, sedang, tipis) dan warnanya (kebiruan, semu kemerahan) diinterpretasikan sebagai indikator budi, sedikit bodoh, kesempurnaan, ingatan kuat, keseriusan dalam bekerja, kepintaran, dan kebaikan hati.14

    • Pipi: Bentuk pipi (gembil, klungsur, lesung, ramping) dikaitkan dengan sifat sungkan, urakan, kemauan baik, halus, dan berbudi utama.14

    • Gigi: Bentuk gigi (kecil renggang, panjang besar-besar, sedang dan rata) dihubungkan dengan kehendak/kemauan yang jelek, suka memfitnah, atau kehendak yang benar dan bagus.14

    • Dagu: Ukuran dagu (kecil, tebal, sedang) diinterpretasikan sebagai indikator sifat dengki, kurang berakhlak, besar ucap, takabur, berbudi sempurna, dan baik hati.14

Pedoman Kehidupan Sehari-hari Lainnya

Selain perhitungan waktu dan karakter, KPBA juga memberikan berbagai pedoman praktis untuk kehidupan sehari-hari:

  • Mitos dan Pantangan: Kitab ini memuat berbagai mitos dan pantangan yang bertujuan untuk menjaga kesejahteraan dan keselamatan. Contoh yang menonjol adalah pantangan bagi wanita hamil, seperti tidak boleh duduk di tengah pintu, tidak boleh menduduki tempat tumbukan, tidak boleh makan durian atau madu karena dapat menyebabkan perut panas, serta tidak boleh menertawakan orang cacat. Jika terkejut, disarankan untuk menyebut "jangan terkejut calon bayi".34 Pantangan-pantangan ini mencerminkan perhatian primbon terhadap perlindungan dan kesejahteraan keluarga, terutama dalam fase-fase rentan seperti kehamilan.

  • Pedoman Membangun dan Memindah Rumah: KPBA juga menyediakan perhitungan dan pedoman untuk mendirikan atau memindah rumah, yang seringkali berkaitan dengan prinsip-prinsip arsitektur Jawa.27 Ini termasuk perhitungan ukuran balok (

    bebalungan rumah) dan blandar/usuk, dengan interpretasi khusus untuk setiap sisa perhitungan yang mengindikasikan "watak" atau keberuntungan bangunan tersebut. Misalnya, sisa perhitungan 1 (Sri) dianggap baik untuk rumah belakang, 2 (Kitri) untuk pendopo, 3 (Gana) untuk dapur, 4 (Liyu) untuk regol dan bangsal pasowanan, dan 5 (Pokah) untuk lumbung atau gudang.27 Hal ini menunjukkan bahwa primbon tidak hanya mengurusi aspek spiritual tetapi juga aspek material dan fungsional kehidupan.

  • Watak Bayi dan Perawatan Pasca-Kelahiran: Selain watak berdasarkan weton dan wuku, KPBA juga memberikan petunjuk ritual saat bayi lahir. Ini termasuk mengumandangkan adzan di telinga kanan bayi dan iqamah di telinga kiri bayi sebelum disentuh oleh orang lain selain dukun, karena bayi dianggap masih suci dan hatinya masih "menga" (terbuka). Ada juga tradisi mengoleskan darah tali pusar ke bibir bayi agar bibirnya merah.30 Petunjuk ini menunjukkan perhatian mendalam terhadap kesucian dan perlindungan bayi yang baru lahir.

  • Mantra dan Doa: Meskipun beberapa volume lain dalam serial Adammakna, seperti Atassadhur Adammakna, lebih banyak membahas mantra dan doa, KPBA juga diyakini mengandung elemen-elemen ini, seperti "mantra tulak balak" (penolak bala).38 Ini menegaskan peran primbon sebagai sumber kekuatan spiritual dan perlindungan.

  • Tafsir Mimpi: Kitab ini juga mencakup penafsiran mimpi, yang merupakan bagian integral dari sistem ramalan dan petunjuk hidup dalam primbon.2

Secara keseluruhan, detail-detail ini menunjukkan bahwa Primbon Betaljemur Adammakna berfungsi sebagai "teknologi diri" dan alat pengaturan sosial. Pedoman terperinci untuk fisiognomi, analisis karakter berdasarkan weton dan wuku, serta solusi preskriptif untuk prediksi negatif, melampaui sekadar ramalan. Ini memberikan kerangka kerja bagi individu untuk memahami diri mereka, mengembangkan karakter, dan menjaga harmoni interpersonal, terutama dalam konteks pernikahan. Dengan demikian, primbon ini dapat dipandang sebagai bentuk psikologi tradisional yang memandu individu menuju kesejahteraan dan adaptasi dalam masyarakat.

IV. Filosofi dan Pandangan Dunia dalam Primbon Betaljemur Adammakna

Konsep Kosmologi Jawa dan Hubungan Manusia-Alam Semesta

Filosofi inti Kitab Primbon Betaljemur Adammakna berakar pada pandangan dunia Jawa yang holistik, yang mengorientasikan kehidupan manusia pada hubungan yang harmonis dengan alam semesta.4 Kitab ini merupakan kristalisasi dari

world view sebagai pandangan hidup dan nilai-nilai yang dipedomani oleh masyarakat Jawa, yang kaya akan simbolisme dan diwujudkan dalam serangkaian tata aturan berketuhanan.9

Dalam pandangan ini, terdapat konsep "dunia atas" (Tuhan, makhluk halus, atau jagad gedhe) dan "dunia bawah" (manusia) yang saling terkait. Dunia bawah berusaha mencari perlindungan dan keselamatan, sementara dunia atas melindungi dan memberikan keselamatan, dengan syarat terjalinnya harmonisasi antara keduanya. Jika terjadi disharmonisasi, diyakini akan timbul malapetaka yang menimpa dunia bawah.9 Konsep ini mempromosikan keselarasan hubungan antara manusia dengan alam sebagai kewajiban, karena hal itu setara dengan menjaga keharmonisan dengan Tuhan sebagai Sang Pencipta Semesta.17 Pandangan ini juga tercermin dalam kosmologi penciptaan yang menghubungkan siklus tujuh hari dengan tahapan penciptaan alam semesta oleh Tuhan.32

Sinkretisme Islam-Kejawen

Salah satu aspek paling menonjol dari KPBA, dan serial Adammakna secara umum, adalah sifat sinkretisnya, yang memadukan tradisi leluhur Jawa dengan ajaran Islam. Kitab ini sendiri merupakan hasil asimilasi dan akulturasi cerita-cerita dari khazanah Islam, seperti kisah Amir Hamzah yang dikenal dalam tradisi Jawa sebagai Wong Agung Menak, dan juga terinspirasi dari tokoh Lukman al-Hakim dalam Al-Qur'an.14

Integrasi nilai-nilai pendidikan Islam, seperti akidah/keimanan (iman kepada Allah, Nabi, qadha dan qadar), ibadah (shalat hajat, doa-doa, selamatan sebagai rasa syukur), dan akhlak (akhlak kepada diri sendiri, lingkungan, dan hewan), secara eksplisit ditemukan dalam KPBA.42 Hal ini menunjukkan bahwa primbon ini tidak hanya berfungsi sebagai pedoman adat, tetapi juga sebagai sarana pembelajaran nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan tradisi lokal. Misalnya, pembahasan tentang

bab Meteng (kehamilan) berkaitan dengan akhlak kepada diri sendiri, bab saat bertemulayon (saat bertemu jenazah) berkaitan dengan akhlak kepada lingkungan, dan bab Parumating jaran (perawatan kuda) berkaitan dengan akhlak terhadap hewan.43

Volume lain dalam serial Adammakna, seperti Kitab Primbon Atassadhur Adammakna, secara khusus menguraikan ajaran filsafat Jawa yang mengadopsi tasawuf Islam, termasuk konsep Manunggaling Kawula Gusti (penyatuan hamba dengan Tuhan).9 Mantra-mantra dalam primbon ini juga menunjukkan akulturasi yang kuat antara tradisi Jawa dan ajaran Islam, yang berkembang melalui dakwah Wali Sanga.9 Sinkretisme ini memungkinkan tradisi Jawa untuk tetap relevan dan diterima dalam masyarakat yang mayoritas Muslim, menciptakan identitas "Islam Jawa" yang khas. Ini bukan sekadar penerimaan pasif, melainkan proses aktif dari integrasi yang memastikan kelangsungan budaya di tengah perubahan lanskap religius.

"Ilmu Titen" dan Epistemologi Mistis

KPBA tidak hanya berisi ramalan, tetapi juga mencerminkan sebuah epistemologi unik yang disebut "ilmu titen".14

Ilmu titen dapat diartikan sebagai ilmu pengamatan yang cermat, di mana pola-pola dalam alam dan kehidupan manusia diamati dan dicatat secara turun-temurun untuk menarik kesimpulan atau prediksi. Misalnya, panyandra firasating manungsa (membaca wajah) yang dijelaskan secara rinci dalam kitab ini, dianggap sebagai hasil dari asimilasi budaya, kearifan lokal, dan nilai-nilai agama yang menghasilkan pengetahuan observasional ini.14

Meskipun sering dianggap tidak memiliki dasar rasional dalam pandangan ilmiah modern, pengetahuan dalam KPBA diyakini valid oleh masyarakat Jawa dan masih digunakan sebagai rujukan dalam kehidupan mereka.44 Kepercayaan ini berakar pada epistemologi mistis Jawa, di mana pemahaman diperoleh melalui pengalaman batin, pengamatan mendalam, dan transmisi pengetahuan dari leluhur, bukan semata-mata melalui logika empiris. Fungsi "ilmu titen" dalam konteks primbon melampaui sekadar prediksi; ia berperan sebagai alat preventif untuk memahami karakter calon pasangan sebelum menikah dan sebagai acuan kuratif untuk membantu pasangan mengembangkan

self-acceptance, self-knowledge, dan self-understanding.14 Ini menunjukkan bahwa primbon berfungsi sebagai bentuk psikologi tradisional yang memberikan kerangka kerja untuk memahami perilaku manusia dan mendorong keadaan psikologis yang positif.

Nilai-nilai Kearifan Lokal dan Pendidikan Karakter

Kitab Primbon Betaljemur Adammakna mengandung nilai-nilai kearifan lokal yang mendalam dan berfungsi sebagai panduan untuk pendidikan karakter. Berbagai perhitungan dan pedoman dalam kitab ini, seperti penentuan hari baik untuk membangun rumah atau memilih pasangan, seringkali dikaitkan dengan aspek psikologis manusia, termasuk kebutuhan kognitif, afektif, konatif, fisiologis, rasa aman, rasa sosial, kebutuhan akan penghargaan, dan aktualisasi diri.27

Nilai-nilai ini, seperti yang terlihat dalam tata cara slametan, golek dina (mencari hari), dan sesaji, telah terbentuk secara turun-temurun dan mengalami berbagai tahap perubahan, namun tetap menunjukkan benang merah kearifan lokal.9 Primbon mendorong introspeksi diri dan harmoni dengan alam, serta pengambilan nilai-nilai positif secara kontekstual.45 Dengan demikian, KPBA tidak hanya menawarkan ramalan, tetapi juga menyediakan kerangka etis dan moral yang membimbing individu untuk menjalani kehidupan yang selaras dengan nilai-nilai budaya dan spiritual Jawa.

V. Relevansi dan Adaptasi di Era Modern

Penggunaan Kontemporer dalam Masyarakat Jawa

Meskipun dihadapkan pada modernisasi dan globalisasi yang membawa masuknya makanan cepat saji dan perubahan gaya hidup 1, Primbon Betaljemur Adammakna tetap mempertahankan nilai dan relevansinya dalam konteks budaya Jawa kontemporer.2 Kitab ini masih banyak dijadikan rujukan oleh masyarakat Jawa untuk berbagai aspek kehidupan, terutama dalam pengambilan keputusan penting seperti menentukan hari baik untuk pernikahan, membangun rumah, atau memulai usaha.2

Bahkan, pengaruhnya meluas hingga ke ranah politik, di mana primbon ini digunakan untuk menentukan sifat para politikus terkemuka seperti Joko Widodo, Setya Novanto, dan Agus Harimurti Yudhoyono.3 Kisah-kisah viral di media sosial, seperti putusnya pertunangan karena hasil perhitungan weton yang tidak cocok, menunjukkan betapa kuatnya kepercayaan masyarakat terhadap primbon ini dalam kehidupan nyata.40 Ini menegaskan bahwa primbon, khususnya KPBA, bukan sekadar relik masa lalu, melainkan bagian integral dari identitas budaya Jawa yang terus hidup dan beradaptasi.

Adaptasi Digital dan Aksesibilitas

Di era digital, Primbon Betaljemur Adammakna menunjukkan kemampuan adaptasinya yang luar biasa. Upaya digitalisasi naskah-naskah kuno membantu menjaga keberlangsungan pengetahuan ini.45 Berbagai aplikasi dan situs web telah dikembangkan untuk menyediakan perhitungan primbon secara digital, membuatnya lebih mudah diakses oleh generasi muda dan masyarakat luas.37 Aplikasi-aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk melakukan perhitungan tanggal lahir, ramalan jodoh, karir, keberuntungan, watak, dan bahkan arti mimpi secara terkomputerisasi.37 Keberadaan kitab ini dalam format PDF yang dapat diunduh secara online juga meningkatkan aksesibilitasnya.50 Adaptasi ini merupakan bukti nyata dari upaya pelestarian warisan budaya dengan memanfaatkan teknologi modern.

Kajian Akademis dan Interpretasi Modern

Primbon Betaljemur Adammakna telah menjadi objek studi menarik dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk antropologi, sejarah, studi budaya, dan bahkan arsitektur Jawa.2 Penelitian akademis membantu mengungkap nilai-nilai filosofis dan kearifan lokal yang terkandung di dalamnya.45 Studi tentang penerjemahan KPBA dari bahasa Jawa Kuno ke bahasa Indonesia modern juga menunjukkan tantangan linguistik dan interpretatif yang kompleks, di mana penerjemah seringkali menggunakan metode bebas untuk mencapai kesepadanan semiotika, tekstual, dan gramatika.53

Pendekatan kontekstual disarankan dalam memahami primbon, yaitu melihatnya sebagai warisan budaya dan bukan dogma kaku. Pendekatan ini mendorong pengambilan nilai-nilai positif seperti introspeksi diri dan harmoni dengan alam, serta mengintegrasikan pemahaman primbon dengan pengetahuan modern secara kritis.45 Ini memungkinkan primbon untuk tetap relevan sebagai sumber inspirasi kreatif, misalnya dalam motif batik atau karya sastra modern.45

Tantangan dan Kontroversi

Meskipun memiliki relevansi yang kuat, Primbon Betaljemur Adammakna juga menghadapi tantangan dan kritik di era modern. Salah satu kontroversi utama adalah pandangan dari sudut agama, khususnya Islam. Beberapa ulama berpendapat bahwa mempercayai ramalan primbon dapat mengarah pada syirik (menyekutukan Tuhan), karena hanya Tuhan yang mengetahui hal-hal gaib dan masa depan.2 Mereka juga menganggap penggunaan mantra dan jimat bertentangan dengan ajaran tauhid.46

Namun, ada pula pandangan moderat yang berpendapat bahwa primbon dapat diterima selama tidak bertentangan dengan akidah Islam, melihatnya sebagai bagian dari budaya yang perlu dihormati.2 Para pendukung primbon berargumen bahwa primbon adalah kearifan lokal yang perlu dilestarikan, banyak isinya yang bermanfaat, dan mencerminkan filosofi hidup Jawa yang luhur.45 Perdebatan ini mencerminkan ketegangan yang lebih luas dalam masyarakat Indonesia antara kepercayaan tradisional dan interpretasi agama, di mana pendekatan kontekstual menjadi upaya untuk merekonsiliasi keduanya.

Tantangan lain termasuk anggapan bahwa primbon tidak relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, potensi misinterpretasi yang bisa menimbulkan sikap fatalistik, serta kesulitan dalam verifikasi dan standardisasi pengetahuan primbon.45 Meskipun demikian, upaya pelestarian oleh komunitas budaya Jawa dan studi akademis terus dilakukan untuk menjembatani kesenjangan antara tradisi dan modernitas.45

VI. Kesimpulan

Kitab Primbon Betaljemur Adammakna adalah sebuah warisan budaya Jawa yang luar biasa, berakar kuat dalam sejarah keraton Yogyakarta dan dikompilasi oleh Kanjeng Pangeran Harya Tjakraningrat pada abad ke-19. Kedudukannya sebagai "induk primbon" tidak hanya berasal dari cakupan 337 babnya yang luas, tetapi juga dari kemampuannya untuk mengintegrasikan berbagai aspek kehidupan manusia—mulai dari kelahiran, pernikahan, pembangunan rumah, hingga kematian—dengan pandangan dunia kosmologis Jawa yang holistik.

Kitab ini bukan sekadar kumpulan ramalan pasif, melainkan sebuah kerangka kerja yang preskriptif dan proaktif untuk pengambilan keputusan dan kesejahteraan. Melalui "ilmu titen" yang berbasis pengamatan cermat, serta pedoman terperinci mengenai petung (perhitungan hari baik-buruk), weton (karakter dan jodoh), wuku (watak bayi), dan fisiognomi (membaca wajah), KPBA memberikan alat bagi individu untuk memahami diri dan lingkungannya, serta memitigasi potensi masalah melalui tindakan yang bijaksana, termasuk ritual seperti ruwatan.

Sifat sinkretisnya, yang secara cerdas memadukan tradisi Jawa dengan nilai-nilai dan ajaran Islam, telah menjadi kunci kelangsungan dan penerimaannya di masyarakat yang mayoritas Muslim. Ini menunjukkan sebuah adaptasi budaya yang strategis, memungkinkan tradisi untuk tetap relevan dalam lanskap sosial dan religius yang terus berubah. Meskipun menghadapi tantangan modernitas dan kritik, terutama dari perspektif agama, Primbon Betaljemur Adammakna terus beradaptasi melalui digitalisasi dan menjadi objek kajian akademis.

Pada akhirnya, Kitab Primbon Betaljemur Adammakna adalah manifestasi dari kearifan lokal yang mendalam, sebuah panduan hidup yang berharga yang terus membentuk identitas budaya Jawa. Keberadaannya yang berkelanjutan di era modern, baik dalam bentuk cetak maupun digital, serta pengaruhnya dalam keputusan hidup sehari-hari, menegaskan perannya yang tak tergantikan sebagai jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan realitas kontemporer, memperkaya pemahaman tentang budaya dan identitas Jawa.

Isi Lengkap dan Detail dari Primbon Jawa Betal Jemur

  Isi Lengkap dan Detail dari Primbon Jawa Betal Jemur I. Pendahuluan Primbon Jawa merupakan khazanah pengetahuan tradisional yang diwariska...