Dalam bulan Ramadhan, Allah Ta’ala menurunkan sebuah malam yang penuh keberkahan dan kemuliaan yaitu malam Lailatul Qadar. Malam ini merupakan malam dimana Al Qur’an diturunkan dan para Malaikat Allah turun ke muka bumi. Bagaimana tanda datangnya malam Lailatul Qadar? Dan kapan datangnya malam yang lebih mulia daripada seribu bulan tersebut?
Tanda Datangnya Malam Lailatul Qadar
Adapun tanda-tanda malam Lailatul Qadar terdapat beberapa hadits yang meriwayatkannya antara lain,
Riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء
“Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan nampak kemerah-merahan”. (HR. Ath Thoyalisi dan Al Baihaqi, Al Haytsami mengatakan periwayatnya terpercaya).
Dari Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بِقِيَامِهَا هِىَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِى صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لاَ شُعَاعَ لَهَا.
“Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh (dari bulan Ramadlan). Dan tanda-tandanya ialah pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa memancarkan sinar ke segala penjuru”. (HR. Muslim : 762).
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan,
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : إِنِّيْ كُنْتُ أُرِيْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ, ثُمَّ نُسِّيْتُهِا, وَهِيَ فِيْ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ لَيْلَتِهَا, وَهِيَ لَيْلَةٌ طَلْقَةٌ بَلْجَةٌ لاَ حَارَّةَ وَلاَ بَارِدَةَ.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. bersabda: Sesungguhnya aku pernah diperlihatkan (bermimpi) Lailatul Qadar. Kemudian aku dibuat lupa, dan malam itu pada sepuluh malam terakhir. Malam itu malam yang mudah, indah, tidak (berudara) panas maupun dingin”. (HR. Ibnu Khuzaimah : 2190, Ibnu Hibban : 3688, mereka mengatakan shahih).
Dari Ubadah bin Ash Shamit radhiyallahu ‘anhu beliau mengatakan,
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: لَيْلَةُ الْقَدْرِ فِيْ الْعَشْرِ الْبَوَاقِيْ, مَنْ قَامَهُنَّ ابْتِغَاءَ حِسْبَتِهِنَّ فَإِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَغْفِرُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ, وَهِيَ لَيْلَةُ وِتْرٍ, تِسْعٌ أَوْ سَبْعٌ أَوْ خَامِسَةٌ أَوْ ثَالِثَةٌ أَوْ آخِرُ لَيْلَةٍ, وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ َ: إِنَّ أَمَارَةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَنَّهَا صَافِيَةٌ بَلْجَةٌ كَأَنَّ فِيْهَا قَمَراً سَاطِعاً سَاكِنَةٌ سَاجِيَةٌ, لاَ بَرْدَ فِيْهَا وَلاَ حَرَّ, وَلاَ يَحِلُّ لِكَوْكَبٍ أَنْ يُرْمَى بِهِ فِيْهَا حَتَّى تُصْبِحَ, وَإِنَّ أَمَارَتَهَا أَنَّ الشَّمْسَ صَبِيْحَتَهَا تَخْرُجُ مُسْتَوِيَةً, لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ مِثْلَ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ, وَلاَ يَحِلُّ لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَخْرُجَ مَعَهَا يَوْمَئِذٍ.
“Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Lailatul Qadar (terjadi) pada sepuluh malam terakhir. Barangsiapa yang menghidupkan malam-malam itu karena berharap keutamaannya, maka sesungguhnya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang. Dan malam itu adalah pada malam ganjil, ke dua puluh sembilan, dua puluh tujuh, dua puluh lima, dua puluh tiga atau malam terakhir di bulan Ramadhan,” dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya tanda Lailatul Qadar adalah malam cerah, terang, seolah-olah ada bulan, malam yang tenang dan tentram, tidak dingin dan tidak pula panas. Pada malam itu tidak dihalalkan dilemparnya bintang, sampai pagi harinya. Dan sesungguhnya, tanda Lailatul Qadar adalah, matahari di pagi harinya terbit dengan indah, tidak bersinar kuat, seperti bulan purnama, dan tidak pula dihalalkan bagi setan untuk keluar bersama matahari pagi itu”. (HR. Ahmad, 5/324).
Jadi, tanda-tanda Lailatul Qadar antara lain,
1. Di malam Lailatul Qadar, suasana tenang, cerah tidak berawan, udara tidaklah dingin juga tidak panas, serta tidak ada badai.
2. Malaikat akan menurunkan ketenangan sehingga manusia bisa merasakan ketenangan tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah, yang tidak didapatkan pada hari-hari yang lain.
3. Matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, teduh, seperti tidak ada sinar.
4. Keesokan hari malam Lailatul Qadar, sinar matahari tampak cerah namun teduh.
Kapan Malam Lailatul Qadar Terjadi?
Lailatul Qadar terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan”. (HR. Bukhari : 2020, Muslim : 1169).
Pada malam-malam ganjil Lailatul Qadar itu lebih memungkinkan terjadi daripada malam-malam genap, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah Lailatul Qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan”. (HR. Bukhari : 2017).
Dan pada tujuh malam terakhir bulan Ramadhan itu lebih memungkinkan terjadi sebagaimana hadits dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ – يَعْنِى لَيْلَةَ الْقَدْرِ – فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلاَ يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِى
“Carilah Lailatul Qadar di sepuluh malam terakhir, namun jika ia ditimpa keletihan, maka janganlah ia dikalahkan pada tujuh malam yang tersisa”. (HR. Muslim).
Ibnu Hajar Al Asqalani telah menyebutkan banyak pendapat, namun pendapat yang paling kuat adalah Lailatul Qadar itu terjadi pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dan waktunya berpindah-pindah dari tahun ke tahun. (Fathul Bari, 4: 262-266).
Mungkin pada tahun tertentu terjadi pada malam kedua puluh tujuh, mungkin juga pada tahun berikutnya terjadi pada malam kedua puluh lima, itu semua tergantung kehendak dan hikmah Allah Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى تَاسِعَةٍ تَبْقَى ، فِى سَابِعَةٍ تَبْقَى ، فِى خَامِسَةٍ تَبْقَى
“Carilah Lailatul Qadar di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan pada sembilan, tujuh, dan lima malam yang tersisa”. (HR. Bukhari : 2021).
Sedangkan hikmah Lailatul Qadar yang Allah sembunyikan kepastian tanggal terjadinya menurut para ulama adalah, agar orang bersemangat untuk mencarinya. Hal ini berbeda jika Lailatul Qadar sudah ditentukan tanggal pastinya, justru nanti malah orang-orang akan bermalas-malasan. (Fathul Bari, 4: 266).
Amalan Utama Di Malam Lailatul Qadar
Pertama, Melakukan I’tikaf.
Sebagaimana hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha beliau mengatakan,
أَنَّ النَّبِيَّ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ, ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ.
“Sesungguhnya Nabi melakukan i’tikaf pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan sampai Allah mewafatkan beliau, kemudian istri-istri beliau melakukan i’tikaf setelahnya”. (HR. Al Bukhari : 1922).
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha beliau mengatakan,
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ يَجْتَهِدُ فِيْ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَالاَ يَجْتَهِدُ فِيْ غَيْرِهِ.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersungguh-sungguh pada sepuluh malam terakhir, yang kesungguhannya tidak seperti pada waktu-waktu lainnya”. (HR. Muslim : 1175).
Terdapat hadits lain dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,
كَانَ النَّبِيُّ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرَ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ.
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila memasuki sepuluh malam terakhir, (Beliau) mengikat sarungnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan istri-istrinya (untuk shalat malam)”. (HR. Al Bukhari : 1920), Muslim : 1174).
Ibnu Katsir berkata, “Makna perkataan Aisyah ” شَدَّ مِئْزَرَهُ “, adalah menjauhi istri (tidak menggaulinya), dan ada kemungkinan bermakna kedua-duanya (mengikat sarungnya dan tidak menggauli istri)”. (Tafsir Al Qur’an Al Azhim, 8/451).
Kedua, Memperbanyak Doa.
Ibnu Katsir mengatakan, “Dan sangat dianjurkan (disunnahkan) memperbanyak doa pada setiap waktu, terlebih lagi di bulan Ramadhan, dan terutama pada sepuluh malam terakhir, di malam-malam ganjilnya”. (Tafsir Al Qur’an Al Azhim 8/451).
Doa yang dianjurkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah,
اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّيْ
Doa diatas berdasarkan hadits dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,
قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَرَأَيْتَ إِنْ وَافَقْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ, مَا أَدْعُوْ؟ قَالَ: تَقُوْلِيْنَ: اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ, تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّيْ.
“Aku (Aisyah) bertanya: “Wahai Rasulullah, seandainya aku bertepatan dengan malam Lailatul Qadar, doa apa yang aku katakan?” Beliau menjawab: “Katakan, Ya Allah, Sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, dan Engkau menyukai maaf. Maka, maafkan aku”. (HR. Ibnu Majah : 3850, At Tirmidzi : 3513 dan lainnya).
Ketiga, Menghidupkan Malam Lailatul Qadar Dengan Melakukan Shalat Atau Ibadah Lainnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,
عَنِ النَّبِيِّ قَالَ: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ, وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيْمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
“Dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan pengharapan (dari Allah), niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa yang menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan pengharapan (dari Allah), niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR. Al Bukhari :1910, Muslim : 760 dan lainnya).
Demikian pembahasan tentang tanda datangnya malam Lailatul Qadar serta hikmah dan amalan utama di malam Lailatul Qadar. Mudah-mudahan kita tambah semangat dalam menjalankan ibadah di akhir-akhir Ramadhan. Dan Semoga Allah memudahkan kita untuk meraih pahala dan keutamaan malam Lailatul Qadar, Amin.
Allahu ‘alam.
0 comments:
Posting Komentar