KrishnaVandanu

Ilmu Mendatangkan Bala Tentara Gaib

Ilmu Mendatangkan Bala Tentara Gaib

Amalan mendatangkan Bala Tentara Gaib ini : “YA MALIKAYAUMIDDIN IYYAKA NA’BUDU WA IYYAKA NASTA’IIN” Jika Anda sedang dalam terancam ba...

Hakekat Hidup adalah Mencari Ketentraman

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ternyata hakekat kita hidup ini adalah mencari ketentraman. Kita 
makan agar kita merasa tenteram. Kita tidur, agar merasa tenteram. Semua
 yang kita lakukan intinya adalah agar kita merasa tenteram. Oleh karena
 itu, bagi masyarakat Jawa yang berpaham Kejawen, katentreman itu 
merupakan piwulang kautaman. 
<br />
<b>Piwulang Kautaman</b><br />Iyo iku pituduh saka para leluhur <br />supaya Wong Jowo tansah marsudi kautamaning budi<br />pinuju ing katentremaning urip<br />bebrayan bebarengan titah GUSTI sing liya-liyane. <br />

<br />
<b>(Ajaran Keutamaan)</b><i>Iya itu petunjuk dari para leluhur<br />supaya orang Jawa senantiasa mengusahakan keutamaan budi<br />menuju ketentraman hidup<br />Hidup bersama manusia lainnnya yang diciptakan GUSTI ALLAH. </i><br />
<br />Dalam
 Agama Islam, manusia juga diajarkan untuk mencari ketenteraman. 
Bagaimana caranya? Caranya dengan sering mengingat GUSTI ALLAH.<br />
<br />

<i>“….[yaitu] Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi 
tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan dzikir hati 
menjadi tentram.”</i></div>

Hakekat Hidup adalah Mencari Ketentraman

Ternyata hakekat kita hidup ini adalah mencari ketentraman. Kita makan agar kita merasa tenteram. Kita tidur, agar merasa tenteram. Semua ...

Kejawen Hakekat Hidup A-I-U

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Dalam kitab suci manapun telah disebutkan bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mengalami mati. Demikian pula dalam kitab suci Al Qur’an. Kematian merupakan suatu hal yang wajib bagi makhluk yang ada di dunia ini. Setiap insan pun akan mengalami kematian. Kematian yang disini adalah kematian jasad (secara raga).<br /><br />Namun hakekatnya, setiap makhluk hidup tidak akan pernah mengalami kematian. Bahkan Syekh Siti Jenar telah mengajarkan hakekat dari zikir A-I-U. Apa arti dari A-I-U? A-I-U memiliki arti “AKU IKI URIP” (Aku Ini Hidup).<br /><br />Meskipun hanya tiga huruf A-I-U, namun memiliki arti yang cukup dalam. Pasalnya, pada hakekatnya setiap makhluk yang telah mati, maka hanya kehilangan jasadnya saja. Namun rohnya tetap hidup untuk selamanya. Ia akan mengalami pengembaraan hingga akhirnya menghadap GUSTI ALLAH.<br /><br />Tetapi proses untuk kembali pada GUSTI ALLAH itu tidak semudah yang dibayangkan. Seseorang yang telah meninggal dunia, maka ia hanya kehilangan raganya. Setelah itu orang tersebut akan melakukan perjalanan untuk menuju ke GUSTI ALLAH. Rintangan dan halangan untuk menghadap GUSTI ALLAH sangatlah banyak sebelum mencapai haribaan GUSTI ALLAH atau yang di dalam Islam disebut ‘Inna lillahi Wa Innailaihi<br /><br />Rojiun’ (dari ALLAH kita berasal dan akan kembali ke ALLAH).  Dalam perjalanan tersebut tidak ada lagi materi, jadi tidak mungkin kita mendapatkan kemudahan dengan menyogok seperti yang kita lakukan di<br /><br />dunia. Semuanya serba murni dari hasil perbuatan kita selama kita di dunia. Nah, A-I-U adalah simbol bahwa manusia meskipun mati karena sakit atau dibunuh, maka hanyalah kehilangan jasad semata.<br /><br />Orang Jawa pasti sering mendengar kalimat “Urip Iku Ibarat Wong Mampir Ngombe”. Nah, dalam kalimat itu kita disuruh untuk memahami dan belajar bahwa sebelumnya kita pernah hidup, dan ketika kita hidup di dunia maka kita hakekatnya adalah beristirahat sebentar.<br /><br />Oleh karena itu, Syekh Siti Jenar mengajarkan bahwa hakekatnya orang hidup di dunia itu sebenarnya adalah mati. Setelah mati, maka hakekatnya kita melanjutkan perjalanan dan disebut oleh Syekh Siti Jenar bahwa manusia akan mengalami hidup yang sejati setelah proses kematiannya.<br />
<i>Kivandanu.</i></div>

Kejawen Hakekat Hidup A-I-U

Dalam kitab suci manapun telah disebutkan bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mengalami mati. Demikian pula dalam kitab suci Al Qur’an. K...

KEJAWEN : Ajaran Luhur Yang Dicurigai & Dikambinghitamkan

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="post-title" style="text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 0px; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b>KEJAWEN </b></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 0px; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b>“Permata” Asli Bumi <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Nusantara" rel="wikipedia" title="Nusantara">Nusantara</a> yang Selalu Dicurigai</b></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 0px; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b>Dan Dikambinghitamkan</b></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0px; text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b>Kearifan Lokal yang Selalu Dicurigai</b></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">Ajaran
 kejawen, dalam perkembangan sejarahnya mengalami pasang surut. Hal itu 
tidak lepas dari adanya benturan-benturan dengan teologi dan <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Budaya" rel="wikipedia" title="Budaya">budaya</a> 
asing (Belanda, <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Arab_people" rel="wikipedia" title="Arab people">Arab</a>, Cina, India, Jepang, AS). Yang paling keras adalah
 benturan dengan teologi asing, karena kehadiran kepercayaan baru 
disertai dengan upaya-upaya membangun kesan bahwa budaya Jawa itu hina, 
memalukan, rendah martabatnya, bahkan kepercayaan lokal disebut sebagai 
kekafiran, sehingga harus ditinggalkan sekalipun oleh tuannya sendiri, 
dan harus diganti dengan “kepercayaan baru” yang dianggap paling mulia 
segalanya. Dengan naifnya kepercayaan baru merekrut pengikut dengan 
jaminan kepastian masuk syurga. Gerakan tersebut sangat efektif karena 
dilakukan secara sistematis mendapat dukungan dari kekuatan politik 
asing yang tengah bertarung di negeri ini. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">Selain itu “pendatang baru” selalu berusaha membangun <i>image</i>
 buruk terhadap kearifan-kearifan lokal (baca: budaya Jawa) dengan cara 
memberikan contoh-contoh patologi sosial (penyakit masyarakat), 
penyimpangan sosial,  pelanggaran kaidah <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Javanese_beliefs" rel="wikipedia" title="Javanese beliefs">Kejawen</a>, yang terjadi saat itu,
 diklaim oleh “pendatang baru” sebagai bukti nyata kesesatan ajaran 
Jawa. Hal itu sama saja dengan menganggap <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Islam" rel="wikipedia" title="Islam">Islam</a> itu buruk dengan cara 
menampilkan contoh perbuatan sadis terorisme, menteri agama yang 
korupsi, pejabat berjilbab yang selingkuh, kyai yang menghamili 
santrinya, dst. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">Tidak
 berhenti disitu saja, kekuatan asing terus mendiskreditkan manusia Jawa
 dengan cara memanipulasi atau memutar balik sejarah masa lampau. 
Bukti-bukti kearifan lokal dimusnahkan, sehingga banyak sekali 
naskah-naskah kuno yang berisi ajaran-ajaran tentang tatakrama, kaidah, 
budi pekerti yang luhur bangsa (Jawa) <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Indonesia" rel="wikipedia" title="Indonesia">Indonesia</a> kuno sebelum era 
kewalian datang, kemudian dibumi hanguskan oleh para “pendatang baru” 
tersebut. Kosa kata Jawa juga mengalami penjajahan, istilah-istilah Jawa
 yang dahulu mempunyai makna yang arif, luhur, bijaksana, kemudian 
dibelokkan maknanya menurut kepentingan dan perspektif subyektif 
disesuaikan dengan kepentingan “pendatang baru” yang tidak suka dengan 
“local wisdom”. Akibatnya; istilah-istilah seperti; <i>kejawen, klenik, mistis, tahyul</i>
 mengalami degradasi makna, dan berkonotasi negatif. Istilah-istilah 
tersebut “di-sama-makna-kan” dengan dosa dan larangan-larangan dogma 
agama; misalnya; kemusyrikan, <i>gugon tuhon</i>, <i>budak setan</i>,
 menyembah setan, dst. Padahal tidak demikian makna aslinya, sebaliknya 
istilah tersebut justru mempunyai arti yang sangat religius sbb; </span></span></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0px; text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0px 0px 0px 54pt; text-align: justify; text-indent: -54pt;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><i>Klenik :</i>    merupakan pemahaman terhadap suatu kejadian yang dihubungkan dengan <i>hukum sebab akibat</i>
 yang berkaitan dengan kekuatan gaib (metafisik) yang tidak lain 
bersumber dari Dzat tertinggi yakni Tuhan Yang Maha Suci. Di dalam agama
 manapun unsur “klenik” ini selalu ada.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0px 0px 0px 54pt; text-align: justify; text-indent: -54pt;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><i>Mistis :</i>    adalah ruang atau wilayah gaib yang dapat dirambah dan dipahami 
manusia, sebagai upayanya untuk memahami Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam 
agama Islam ruang mistik untuk memahami sejatinya Tuhan dikenal dengan 
istilah tasawuf.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0px 0px 0px 54pt; text-align: justify; text-indent: -54pt;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><i>Takhayul :</i> adalah kepercayaan akan hal-hal yang gaib yang berhubungan dengan 
makhluk gaib ciptan Tuhan. Manusia Jawa sangat  mempercayai adanya 
kekuatan gaib yang dipahaminya sebagai wujud dari kebesaran Tuhan Sang 
Maha Pencipta.  Kepercayaan kepada yang gaib ini juga terdapat di dalam 
rukun Islam. </span></span></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0px 0px 0px 54pt; text-align: justify; text-indent: -54pt;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><i>Tradisi : </i>dalam<i> </i>tradisi Jawa, seseorang dapat mewujudkan doa dalam <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Colotomy" rel="wikipedia" title="Colotomy">bentuk</a> lambang atau simbol. Lambang dan simbol dilengkapi dengan sarana <i>ubo rampe</i>
 sebagai pelengkap kesempurnaan dalam berdoa. Lambang dan simbol juga 
mengartikan secara kias bahasa alam yang dipercaya manusia Jawa sebagai 
bentuk isyarat akan kehendak Tuhan. Manusia Jawa akan merasa lebih dekat
 dengan Tuhan jika doanya tidak sekedar diucapkan di mulut saja (NATO: 
not action talk only), melainkan dengan diwujudkan dalam bentuk tumpeng,
 sesaji dsb sebagi simbol <i>kemanunggalan tekad bulat. </i>Maka manusia Jawa dalam berdoa melibatkan <b>empat unsur tekad bulat </b>yakni <b>hati, fikiran, ucapan, dan tindakan</b>. Upacara-upacara tradisional sebagai bentuk kepedulian pada lingkungannya, baik kepada lingkungan masyarakat manusia maupun <i>masyarakat gaib</i> yang hidup berdampingan, agar selaras dan harmonis dalam <i>manembah</i>
 kapada Tuhan. Bagi manusia Jawa, setiap rasa syukur dan doa harus 
diwujudkan dalam bentuk tindakan riil (ihtiyar) sebagai bentuk ketabahan
 dan kebulatan tekad yang diyakini dapat membuat doa terkabul. <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Akan_people" rel="wikipedia" title="Akan people">Akan</a> 
tetapi niat dan makna dibalik tradisi ritual tersebut sering dianggap 
sebagai kegiatan <i>gugon tuhon</i>/ela-elu, asal ngikut saja,  sikap menghamburkan, dan bentuk kemubadiran, dst.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0px 0px 0px 54pt; text-align: justify; text-indent: -54pt;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><i>Kejawen :</i>
 berisi kaidah moral dan budi pekerti luhur, serta memuat tata cara 
manusia dalam melakukan penyembahan tertinggi kepada Tuhan Yang Maha 
Tunggal. Akan tetapi, setelah abad 15 <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Majapahit" rel="wikipedia" title="Majapahit">Majapahit</a> runtuh oleh serbuan 
anaknya sendiri, dengan cara serampangan dan subyektif, jauh dari 
kearifan dan budi pekerti yg luhur, “pendatang baru” menganggap ajaran 
kejawen sebagai biangnya kemusyrikan, kesesatan, kebobrokan moral, dan 
kekafiran. Maka harus dimusnahkan. Ironisnya, manusia Jawa yang sudah 
“kejawan” <i>ilang jawane</i>, justru mempuyai andil besar dalam upaya <i>cultural assasination</i>
 ini. Mereka lupa bahwa nilai budaya asli nenek moyang mereka itulah 
yang pernah membawa bumi nusantara ini menggapai masa kejayaannya di era
 Majapahit hingga berlangsung selama lima generasi penerus tahta 
kerajaan.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0px; text-align: left;">
<br />
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0px; text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b>Ajaran Tentang Budi Pekerti, Menggapai Manusia Sejati</b></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">Dalam
 khasanah referensi kebudayaan Jawa dikenal berbagai literatur sastra 
yang mempunyai gaya penulisan beragam dan unik. Sebut saja misalnya; <i>kitab, suluk, serat, babad</i>, yang biasanya tidak hanya sekedar kumpulan baris-baris kalimat, tetapi ditulis dengan seni kesusastraan yang tinggi, berupa <i>tembang</i> yang disusun dalam bait-bait atau <i>padha</i> yang merupakan bagian dari tembang misalnya; <i>pupuh, sinom, pangkur, pucung, asmaradhana</i>
 dst. Teks yang disusun ialah yang memiliki kandungan unsur pesan moral,
 yang diajarkan tokoh-tokoh utama atau penulisnya, mewarnai seluruh isi 
teks.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">Pendidikan
 moral budi pekerti menjadi pokok pelajaran yang diutamakan. Moral atau 
budi pekerti di sini dalam arti kaidah-kaidah yang membedakan baik atau 
buruk segala sesuatu, <i>tata krama</i>, atau aturan-aturan yang 
melarang atau menganjurkan seseorang dalam menghadapi lingkungan alam 
dan sosialnya. Sumber dari kaidah-kaidah tersebut didasari oleh 
keyakinan, gagasan, dan nilai-nilai yang berkembang di dalam masyarakat 
yang bersangktan. Kaidah tersebut akan tampak dalam manifestasi tingkah 
laku dan perbuatan anggota masyarakat. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">Demikian
 lah makna dari ajaran Kejawen yang sesungguhnya, dengan demikian dapat 
menambah jelas  pemahaman terhadap konsepsi pendidikan budi pekerti yang
 mewarnai kebudayaan Jawa. Hal ini dapat diteruskan kepada generasi muda
 guna membentuk watak yang berbudi luhur dan bersedia menempa jiwa yang 
berkepribadian teguh. Uraian yang memaparkan nilai-nilai luhur dalam 
kebudayaan masyarakat Jawa yang diungkapkan diatas dapat membuka wawasan
 pikir dan hati nurani bangsa bahwa dalam masyarakat kuno asli pribumi 
telah terdapat seperangkat nilai-nilai moralitas yang dapat diterapkan 
untuk mengangkat harkat dan martabat hidup manusia. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0px; text-align: justify;">
<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b>Dua Ancaman Besar dalam Ajaran Kejawen</b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">Dalam ajaran <i>kejawen</i>, terdapat dua bentuk ancaman besar yang mendasari sikap kewaspadaan (<i>eling lan waspada</i>), karena dapat menghancurkan kaidah-kaidah kemanusiaan, yakni; <i>hawanepsu dan pamrih</i>. Manusia harus mampu meredam hawa nafsu atau <i>nutupi</i> <i>babahan hawa sanga.</i> Yakni mengontrol nafsu-nafsunya yang muncul dari sembilan unsur yang terdapat dalam diri manusia, dan melepas pamrihnya. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">Dalam
 perspektif kaidah Jawa, nafsu-nafsu merupakan perasaan kasar karena 
menggagalkan kontrol diri manusia, membelenggu, serta buta pada dunia 
lahir maupun batin. Nafsu akan memperlemah manusia karena menjadi sumber
 yang memboroskan kekuatan-kekuatan batin tanpa ada gunanya. Lebih 
lanjut, menurut kaidah Jawa nafsu akan lebih berbahaya karena mampu 
menutup akal budi. Sehingga manusia yang menuruti hawa nafsu tidak lagi 
menuruti akal budinya (budi pekerti). Manusia demikian tidak dapat 
mengembangkan segi-segi halusnya, manusia semakin mengancam 
lingkungannya, menimbulkan konflik, ketegangan, dan merusak ketrentaman 
yang mengganggu stabilitas kebangsaan</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0px; text-align: left;">
<br />
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0px; text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b>NAFSU</b></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">Hawa nafsu (lauwamah, amarah, supiyah) secara kejawen diungkapkan dalam bentuk akronim, yakni apa yang disebut M5 atau <i>malima</i>; <i>madat, madon, maling, mangan, main</i>; mabuk-mabukan, main perempuan, mencuri, makan, berjudi. Untuk meredam nafsu <i>malima</i>, manusia Jawa melakukan <i>laku tapa</i> atau “puasa”. Misalnya; <i>tapa brata, tapa ngrame, tapa mendhem, tapa ngeli</i>. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><i><b>Tapa brata</b> </i>;
 sikap perbuatan seseorang yang selalu menahan/puasa hawa nafsu yang 
berasal dari lima indra. Nafsu angkara yang buruk yakni lauwamah, 
amarah, supiyah.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b><i>Tapa ngrame</i></b>; adalah watak untuk giat membantu, menolong sesama tetapi “sepi” dalam nafsu pamrih yakni <i>golek butuhe dewe</i>. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b><i>Tapa mendhem</i></b>;
 adalah mengubur nafsu riak, takabur, sombong, suka pamer, pamrih. Semua
 sifat buruk dikubur dalam-dalam, termasuk “mengubur” amal kebaikan yang
 pernah kita lakukan kepada orang lain, dari benak ingatan kita sendiri.
 Manusia suci adalah mereka yang tidak ingat lagi apa saja amal kebaikan
 yang pernah dilakukan pada orang lain, sebaliknya selalu ingat semua 
kejahatan yg pernah dilakukannya. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b><i>Tapa ngeli</i></b>,
 yakni menghanyutkan diri ke dalam arus “aliran air sungai Dzat”, yakni 
mengikuti kehendak Gusti Maha Wisesa. “Aliran air” milik Tuhan, seumpama
 air sungai yang mengalir menyusuri sungai, mengikuti irama alam, lekuk 
dan kelok sungai, yang merupakan wujud bahasa “kebijaksanaan” alam. Maka
 manusia tersebut akan sampai pada muara samudra <i>kabegjan </i>atau 
keberuntungan. Berbeda dengan “aliran air” bah, yang menuruti kehendak 
nafsu akan berakhir celaka, karena air bah menerjang <i>wewaler </i>kaidah tata krama, menghempas “perahu nelayan”, menerjang “pepohonan”, dan menghancurkan “daratan”.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0px; text-align: justify;">
<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b>PAMRIH</b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">Pamrih merupakan ancaman ke dua bagi manusia. Bertindak karena pamrih 
berarti hanya mengutamakan kepentingan diri pribadi secara egois. 
Pamrih, mengabaikan kepentingan orang lain dan masyarakat. Secara 
sosiologis, pamrih itu mengacaukan (chaos) karena tindakannya tidak 
menghiraukan keselarasan sosial lingkungannya.  Pamrih juga akan 
menghancurkan diri pribadi dari dalam, kerana pamrih mengunggulkan 
secara mutlak keakuannya sendiri (istilahnya Freud; ego). Karena itu, 
pamrih akan membatasi diri atau mengisolasi diri dari sumber kekuatan 
batin. Dalam kaca mata Jawa, pamrih yang berasal dari nafsu ragawi akan 
mengalahkan nafsu sukmani (mutmainah) yang suci. Pamrih mengutamakan 
kepentingan-kepentingan duniawi, dengan demikian manusia mengikat 
dirinya sendiri dengan dunia luar sehingga manusia tidak sanggup lagi 
untuk memusatkan batin dalam dirinya sendiri. Oleh sebab itu pula, <b>pamrih</b> menjadi faktor penghalang bagi seseorang untuk mencapai “kemanunggalan” <i>kawula gusti</i>.</span></span><br />
<br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">Pamrih itu seperti apa, tidak setiap orang mampu mengindentifikasi. 
Kadang orang dengan mudah mengartikan pamrih itu, tetapi secara tidak 
sadar terjebak oleh perspektif subyektif yang berangkat dari kepentingan
 dirinya sendiri untuk melakukan pembenaran atas segala tindakannya. 
Untuk itu penting <i>Sabdalangit</i> kemukakan bentuk-bentuk pamrih yang dibagi dalam tiga bentuk nafsu dalam perspektif KEJAWEN :</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol style="margin-top: 0px; text-align: justify;" type="1">
<li class="MsoNormal"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">Nafsu selalu ingin menjadi orang pertama, yakni; nafsu <i>golek menange dhewe</i>; selalu ingin menangnya sendiri. </span></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">Nafsu selalu menganggap dirinya selalu benar; nafsu <i>golek benere dhewe</i>.</span></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">Nafsu selalu mementingkan kebutuhannya sendiri; nafsu <i>golek butuhe dhewe</i>. Kelakuan buruk seperti ini disebut juga sebagai <i>aji mumpung</i>. Misalnya mumpung berkuasa, lantas melakukan korupsi, tanpa peduli dengan nasib orang lain yang tertindas.</span></span></li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">Untuk
 menjaga kaidah-kaidah manusia supaya tetap teguh dalam menjaga kesucian
 raga dan jiwanya, dikenal di dalam falsafah dan ajaran Jawa sebagai <i>lakutama</i>, perilaku hidup yang utama. Sembah merupakan salah satu bentuk <i>lakutama</i>,
 sebagaimana di tulis oleh pujangga masyhur (tahun 1811-1880-an) dan 
pengusaha sukses, yang sekaligus Ratu Gung Binatara terkenal karena 
sakti mandraguna, yakni Gusti Mangkunegoro IV dalam kitab Wedhatama 
(weda=perilaku, tama=utama) mengemukakan sistematika yang runtut dan 
teratur dari yang rendah ke tingkatan tertinggi, yakni <b><i>catur sembah</i></b>; <i>sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa, sembah rasa</i>. <i>Catur sembah</i> ini senada dengan nafsul mutmainah (ajaran Islam) yang digunakan untuk meraih ma’rifatullah, <i>nggayuh jumbuhing kawula Gusti</i>. Apabila seseorang dapat menjalani secara runtut <i>catur sembah</i> hingga mencapai sembah yang paling tinggi, niscaya siapapun akan mendapatkan anugerah agung menjadi manusia <i>linuwih</i>, atas berkat kemurahan Tuhan Yang Maha Kasih, tidak tergantung apa agamanya.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
</div>

KEJAWEN : Ajaran Luhur Yang Dicurigai & Dikambinghitamkan

KEJAWEN “Permata” Asli Bumi Nusantara yang Selalu Dicurigai Dan Dikambinghitamkan Kearifan Lokal yang Selalu Dicu...

Kejawen Belajar Lelaku Puasa dan Ngelmu dari Serat Wedharaga

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Kejawen (bahasa Jawa Kejawèn) adalah sebuah kepercayaan atau 
mungkin boleh dikatakan agama yang terutama dianut di pulau Jawa oleh 
suku Jawa dan sukubangsa lainnya yang menetap di Jawa. 
Kata “Kejawen” berasal dari kata Jawa, sebagai kata benda yang 
memiliki arti dalam bahasa Indonesia yaitu segala yg berhubungan dengan 
adat dan kepercayaan Jawa (Kejawaan). Penamaan “kejawen” bersifat umum, 
biasanya karena bahasa pengantar ibadahnya menggunakan bahasa Jawa. 
Dalam konteks umum, kejawen merupakan bagian dari agama lokal Indonesia.
 Seorang ahli antropologi Amerika Serikat, Clifford Geertz pernah 
menulis tentang agama ini dalam bukunya yang ternama The Religion of 
Java atau dalam bahasa lain, Kejawen disebut “Agami Jawi”.<br />

Kejawen dalam opini umum berisikan tentang seni, budaya, tradisi, 
ritual, sikap serta filosofi orang-orang Jawa. Kejawen juga memiliki 
arti spiritualistis atau spiritualistis suku Jawa.<br />

Penganut ajaran kejawen biasanya tidak menganggap ajarannya sebagai 
agama dalam pengertian seperti agama monoteistik, seperti Islam atau 
Kristen, tetapi lebih melihatnya sebagai seperangkat cara pandang dan 
nilai-nilai yang dibarengi dengan sejumlah laku (mirip dengan “ibadah”).
 Ajaran kejawen biasanya tidak terpaku pada aturan yang ketat, dan 
menekankan pada konsep “keseimbangan”. Dalam pandangan demikian, kejawen
 memiliki kemiripan dengan Konfusianisme atau Taoisme, namun tidak sama 
pada ajaran-ajarannya. Hampir tidak ada kegiatan perluasan ajaran (misi)
 namun pembinaan dilakukan secara rutin.<br />

Simbol-simbol “laku” biasanya melibatkan benda-benda yang diambil 
dari tradisi yang dianggap asli Jawa, seperti keris, wayang, pembacaan 
mantera, penggunaan bunga-bunga tertentu yang memiliki arti simbolik, 
dan sebagainya. Akibatnya banyak orang (termasuk penghayat kejawen 
sendiri) yang dengan mudah mengasosiasikan kejawen dengan praktik klenik
 dan perdukunan.<br />

Ajaran-ajaran kejawen bervariasi, dan sejumlah aliran dapat 
mengadopsi ajaran agama pendatang, baik Hindu, Buddha, Islam, maupun 
Kristen. Gejala sinkretisme ini sendiri dipandang bukan sesuatu yang 
aneh karena dianggap memperkaya cara pandang terhadap tantangan 
perubahan zaman.<br />
Terdapat ratusan aliran kejawen dengan penekanan ajaran yang 
berbeda-beda. Beberapa jelas-jelas sinkretik, yang lainnya bersifat 
reaktif terhadap ajaran agama tertentu. Namun biasanya ajaran yang 
banyak anggotanya lebih menekankan pada cara mencapai keseimbangan hidup
 dan tidak melarang anggotanya mempraktikkan ajaran agama (lain) 
tertentu.<br />

Beberapa aliran dengan anggota besar:<br />

Padepokan Cakrakembang<br />
    Sumarah<br />
    Budi Dharma<br />
    Maneges<br />

Aliran yang bersifat reaktif misalnya aliran yang mengikuti ajaran 
Sabdopalon, atau penghayat ajaran Syekh Siti Jenar : Wikipedia<br />
<br />

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<b>BULAN</b> Ramadan adalah bulan penuh hikmah bagi siapa yang bisa 
mengambil pelajaran. Yang dimaksud dengan pelajaran adalah dalam laku 
puasa yang biasa dilaksanakan pada bulan Ramadan. Di dalam laku puasa, 
terdapat beraneka hikmah dan ilmu yang bisa dipetik. Lelaku puasa itu 
pun juga diajarkan dalam ilmu Kejawen. <br />

Salah satu serat yang menyatakan pentingnya puasa dan hikmah yang 
terkandung di dalamnya adalah lewat serat Wedharaga. Disebut serat 
Wedharaga karena serat ini lebih menitik-beratkan pada latihan ragawi, 
salah satunya adalah dengan lelaku puasa. Apa saja isi dari serat 
Wedharaga yang berkaitan dengan puasa dan kewajiban kaum muda untuk 
mencari ilmu tersebut? <br />

<b>Serat Wedharaga</b><br /><i>R. Ng. Ronggowarsito</i><br />

<b>Pupuh Gambuh</b><br />
<b>
</b><b>Mangkene patrapipun<br />Wiwit anem amandenga laku<br />Ngengurangi pangan turu sawatawis<br />Amekak hawa nepsu<br />Dhasarana andhap asor.</b><br />

Makanya yang tepat<br />Sejak muda saatnya untuk lelaku<br />Mengurangi makan tidur sementara<br />Menahan hawa nafsu<br />Dengan didasari sifat sopan santun<br />

<b>Akanthi awas emut<br />Aja tingal weweka ing kalbu<br />Mituhua wewaruh kang makolehi<br />Den taberi anggeguru, aja isin tetakon.</b>Oleh karena itu harus diingat<br />Jangan meninggalkan kalbu<br />Carilah ilmu yang bermanfaat<br />Kalau perlu bergurulah, jangan malu bertanya<br />

<b>Wong amarsudi kaweruh<br />Tetirona ing reh kang rahayu<br />Aja kesed sungkanan sabarang kardi<br />Sakadare anggenipun<br />Nimpeni kagunganing wong.</b><br />Orang mencari ilmu<br />Carilah ilmu keselamatan<br />Janganlah malas dan malu untuk mengupayakan<br />Sekedarnya untuk <br />Mendapatkan (ilmu) milik orang <br />

<b>Tinimbang lan angenganggur<br />Boya becik ipil-ipil kaweruh<br />Angger datan ewan panasaten sayekti<br />Kawignyane wuwuh-wuwuh<br />Wekasan kasub kinaot.</b><br />Daripada menganggur<br />Lebih baik mencari ilmu<br />Asalkan tidak malu nasehat sejati<br />Hingga penuh ilmu<br />Akhirnya nanti berguna<br />

<b>Lamun wus sarwa putus<br />Kapinteran sinimpen ing pungkur<br />Bodhonira katakokna ing ngarsa yekti,<br />Gampang traping tindak tanduk<br />Amawas pambekaning wong.</b><br />Jika sudah memiliki kepandaian<br />Simpanlah kepandaian itu <br />Perlihatkanlah kebodohan, <br />Itu akan mempermudah dalam bertindak tanduk<br />Memahami sikap orang lain.<br />
KAWRUH KEJAWEN</div>

Kejawen Belajar Lelaku Puasa dan Ngelmu dari Serat Wedharaga

Kejawen (bahasa Jawa Kejawèn) adalah sebuah kepercayaan atau mungkin boleh dikatakan agama yang terutama dianut di pulau Jawa oleh suku J...

BBC News add-ons for firefox and chrome

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /><div class="post" id="post-348"><br /><div class="entry"><br /> BBC News add-ons for firefox and chrome<br /><br />Following on from my recent add-ons, here’s a handy plug-in to display latest bbc news headlines.<br /><br />Instead of opening a tab, this opens a faster mini window on a single click:<br /><br /><img alt="" height="400" src="https://lh3.googleusercontent.com/jfI9QmDT5_3zZn5S-AhSomt3F6414wKezFGIl72pm9917uyPmwKugtKVcihyap90ekYNsQik=s640-h400-e365" width="640" /><br /><br />So go get the add-on “Latest BBC News” for both firefox and chrome:<br /><br />V 1.0<br /><br /><b>Features</b><br /><br /><ul><br /><li>Get all the Latest BBC News headlines with a single click.<br /></li><br /><li>Opens a popup widget with the latest news headlines.<br /></li><br /><li>Links at the bottom to show all sections:<br /><br />Technology, Health, Entertainment etc<br /></li><br /></ul><br /><br /><br />Get it yourself direct from:<br /><br /><a href="https://addons.mozilla.org/en-US/firefox/addon/latest-bbc-news"><img alt="" class=" size-full wp-image-334" height="71" src="http://www.redrobe.com/mike/wp-content/uploads/2012/04/firefox-logo-small.png" title="firefox-logo-small" width="185" /></a><br /><br /><a href="https://addons.mozilla.org/en-US/firefox/addon/latest-bbc-news">BBC News for Firefox</a><br /><br />and for chrome:<br /><br /><a href="https://chrome.google.com/webstore/detail/egfecfbhbaljhcacmclhcddckfofckid"><img alt="" src="https://www.google.com/intl/en-GB/images/logos/chrome_logo.gif" /></a><br /><br /><a href="https://chrome.google.com/webstore/detail/egfecfbhbaljhcacmclhcddckfofckid">BBC News for Chrome</a><br /><br /><a href="https://www.youtube.com/watch?v=C332PquxULM&feature=player_embedded">Youtube video</a></div><br /></div><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />browser add-ons, Software, bbc, browser add-ons, chrome, firefox, news<br /><br /><br /></div><br />

BBC News add-ons for firefox and chrome

BBC News add-ons for firefox and chrome Following on from my recent add-ons, here’s a handy plug-in to display latest bbc news headlines. I...

Puncak Ilmu Kejawen

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
“Sastra Jendra hayuningrat Pangruwating Diyu” adalah puncak Ilmu 
Kejawen. “Sastra Jendra hayuningrat Pangruwating Diyu” artinya; wejangan
 berupa mantra sakti untuk keselamatan dari unsur-unsur kejahatan di 
dunia. Wejangan atau mantra tersebut dapat digunakan untuk membangkitkan
 gaib “Sedulur Papat” yang kemudian diikuti bangkitnya saudara “Pancer” 
atau sukma sejati, sehingga orang yang mendapat wejangan itu akan 
mendapat kesempurnaan. Secara harfiah arti dari “Sastra Jendra 
Hayuningrat Pangruwating Diyu” adalah sebagai berikut; Serat = ajaran, 
Sastrajendra = Ilmu mengenai raja. Hayuningrat = Kedamaian. Pangruwating
 = Memuliakan atau merubah menjadi baik. Diyu = raksasa atau lambang 
keburukan. Raja disini bukan harfiah raja melainkan sifat yang harus 
dimiliki seorang manusia mampu menguasai hawa nafsu dan pancainderanya 
dari kejahatan. Seorang raja harus mampu menolak atau merubah keburukan 
menjadi kebaikan.Pengertiannya; bahwa Serat Sastrajendra Hayuningrat 
adalah ajaran kebijaksanaan dan kebajikan yang harus dimiliki manusia 
untuk merubah keburukan mencapai kemuliaan dunia akhirat. Ilmu 
Sastrajendra adalah ilmu makrifat yang menekankan sifat amar ma’ruf nahi
 munkar, sifat memimpin dengan amanah dan mau berkorban demi kepentingan
 rakyat.
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><b><span lang="IN" style="color: blue; font-family: Verdana;">Asal-usul Sastra Jendra dan Filosofinya</span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><b><span lang="IN" style="font-family: Verdana;">          </span></b><span lang="IN" style="font-family: Verdana;">Menurut para ahli sejarah, kalimat “Sastra Jendra” tidak pernah terdapat dalam kepustakaan Jawa Kuno.  Tetapi
 baru terdapat pada abad ke 19 atau tepatnya 1820. Naskah dapat 
ditemukan dalam tulisan karya Kyai Yasadipura dan Kyai Sindusastra dalam
 lakon Arjuno Sastra atau Lokapala. Kutipan diambil dari kitab Arjuna 
Wijaya pupuh Sinom pada halaman 26; </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify;">
<i><span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">        Selain
 daripada itu, sungguh heran bahwa tidak seperti permintaan anak saya 
wanita ini, yakni barang siapa dapat memenuhi permintaan menjabarkan 
“Sastra Jendra hayuningrat” sebagai ilmu rahasia dunia (esoterism) yang 
dirahasiakan oleh Sang Hyang Jagad Pratingkah. Dimana tidak boleh 
seorangpun mengucapkannya karena mendapat laknat dari Dewa Agung 
walaupun para pandita yang sudah bertapa dan menyepi di gunung 
sekalipun, kecuali kalau pandita mumpuni. Saya akan berterus terang 
kepada dinda Prabu, apa yang menjadi permintaan putri paduka. Adapun 
yang disebut Sastra Jendra Yu Ningrat adalah pangruwat segala segala 
sesuatu, yang dahulu kala disebut sebagai ilmu pengetahuan yang tiada 
duanya, sudah tercakup ke dalam kitab suci (ilmu luhung = Sastra). 
Sastra Jendra itu juga sebagai muara atau akhir dari segala pengetahuan.
 Raksasa dan Diyu, bahkan juga binatang yang berada dihutan belantara 
sekalipun kalau mengetahui arti Sastra Jendra akan diruwat oleh Batara, 
matinya nanti akan sempurna, nyawanya akan berkumpul kembali dengan 
manusia yang “linuwih” (mumpuni), sedang kalau manusia yang mengetahui 
arti dari Sastra Jendra nyawanya akan berkumpul dengan para Dewa yang 
mulia…</span></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">        Ajaran
 “Sastra Jendra hayuningrat Pangruwating Diyu” mengandung isi yang 
mistik, angker gaib, kalau salah menggunakan ajaran ini bisa mendapat 
malapetaka yang besar. Seperti pernah diungkap oleh Ki Dalang Narto 
Sabdo dalam lakon wayang Lahirnya Dasamuka. Kisah ceritanya sebagai 
berikut;</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Begawan
 Wisrawa mempunyai seorang anak bernama Prabu Donorejo, yang ingin 
mengawini seorang istri bernama Dewi Sukesi yang syaratnya sangat berat,
 yakni;</span></span></div>
<ol style="margin-top: 0;" type="1">
<li class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Bisa mengalahkan paman Dewi Sukesi, yaitu Jambu Mangli, seorang raksasa yang sangat sakti.</span></span></li>
<li class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Bisa menjabarkan ilmu “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu”</span></span></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Prabu
 Donorejo tidak dapat melaksanakan maka minta bantuan ayahandanya, 
Begawan Wisrawa yang ternyata dapat memenuhi dua syarat tersebut. Maka 
Dewi Sukesi dapat diboyong Begawan Wisrawa, untuk diserahkan kepada 
anaknya Prabu Donorejo. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">        Selama
 perjalanan membawa pulang Dewi Sukesi, Begawan Wisrawa jatuh hati 
kepada Dewi Sukesi demikian juga Dewi Sukesi hatinya terpikat kepada 
Begawan Wisrawa.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">“Jroning peteng kang ono mung lali, jroning lali gampang nindakake kridaning priyo wanito,” kisah Ki Dalang. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">        Begawan
 Wisrawa telah melanggar ngelmu “Sastra Jendra”, beliau tidak kuat 
menahan nafsu seks dengan Dewi Sukesi. Akibat dari dosa-dosanya maka 
lahirlah anak yang bukan manusia tetapi berupa raksasa yang menakutkan, 
yakni;</span></span></div>
<ol style="margin-top: 0;" type="1">
<li class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Dosomuko</span></span></li>
<li class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Kumbokarno</span></span></li>
<li class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Sarpokenoko</span></span></li>
<li class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Gunawan Wibisono</span></span></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Setelah
 anak pertama lahir, Begawan Wisrawa mengakui akan kesalahannya, sebagai
 penebus dosanya beliau bertapa atau tirakat tidak henti-hentinya siang 
malam. Berkat gentur tapanya, maka lahir anak kedua, ketiga dan keempat 
yang semakin sempurna.Laku Begawan Wisrawa yang banyak tirakat serta doa
 yang tiada hentinya, akhirnya Begawan Wisrawa punya anak-anak yang 
semakin sempurna ini menjadi simbol bahwa untuk mencapai Tuhan harus 
melalui empat tahapan yakni; Syariat, Tarikat, Hakekat, Makrifat.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Lakon ini mengingatkan kita bahwa untuk mengenal diri pribadinya, manusia harus melalui tahap atau tataran-tataran yakni; </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0 0 0 48pt; text-align: justify; text-indent: -30pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">1.</span><span style="font: 7pt ";">            </span></span><span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Syariat; dalam falsafah Jawa syariat memiliki makna sepadan dengan Sembah Rogo.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0 0 0 48pt; text-align: justify; text-indent: -30pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">2.</span><span style="font: 7pt ";">            </span></span><span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Tarikat; dalam falsafah Jawa maknanya adalah Sembah Kalbu.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0 0 0 48pt; text-align: justify; text-indent: -30pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">3.</span><span style="font: 7pt ";">            </span></span><span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Hakikat; dimaknai sebagai Sembah Jiwa atau ruh (ruhullah).</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0 0 0 48pt; text-align: justify; text-indent: -30pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">4.</span><span style="font: 7pt ";">            </span></span><span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Makrifat; merupakan tataran tertinggi yakni Sembah Rasa atau sir (sirullah).</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Pun
 diceritakan dalam kisah Dewa Ruci, di mana diceritakan perjalanan Bima 
(mahluk Tuhan) mencari “air kehidupan” yakni sejatinya hidup. Air 
kehidupan atau <i>tirta maya</i>, dalam bahasa Arab disebut <i>sajaratul makrifat</i>. Bima harus melalui berbagai rintangan baru kemudia bertemu dengan Dewa Ruci (Dzat Tuhan) untuk mendapatkan “ngelmu”. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<b><span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Bima
 yang tidak lain adalah Wrekudara/AryaBima, masuk tubuh Dewa Ruci 
menerima ajaran tentang Kenyataan “Segeralah kemari Wrekudara, masuklah 
ke dalam tubuhku”, kata Dewa Ruci. Sambil tertawa Bima bertanya :”Tuan 
ini bertubuh kecil, saya bertubuh besar, dari mana jalanku masuk, 
kelingking pun tidak mungkin masuk”. Dewa Ruci tersenyum dan berkata 
lirih:”besar mana dirimu dengan dunia ini, semua isi dunia, hutan dengan
 gunung, samudera dengan semua isinya, tak sarat masuk ke dalam 
tubuhku”. </span></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<b><span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Atas petunjuk Dewa Ruci, Bima masuk ke dalam tubuhnya melalui telinga kiri. </span></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify;">
<b><span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Dan
 tampaklah laut luas tanpa tepi, langit luas, tak tahu mana utara dan 
selatan, tidak tahu timur dan barat, bawah dan atas, depan dan belakang.
 Kemudian, terang, tampaklah Dewa Ruci, memancarkan sinar, dan diketahui
 lah arah, lalu matahari, nyaman rasa hati. </span></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<b><span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Ada
 empat macam benda yang tampak oleh Bima, yaitu hitam, merah kuning dan 
putih. Lalu berkatalah Dewa Ruci:”Yang pertama kau lihat cahaya, menyala
 tidak tahu namanya, Pancamaya itu, sesungguhnya ada di dalam hatimu, 
yang memimpin dirimu, maksudnya hati, disebut muka sifat, yang menuntun 
kepada sifat lebih, merupakan hakikat sifat itu sendiri. Lekas pulang 
jangan berjalan, selidikilah rupa itu jangan ragu, untuk hati tinggal, 
mata hati itulah, menandai pada hakikatmu, sedangkan yang berwarna 
merah, hitam, kuning dan putih, itu adalah penghalang hati.  </span></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<b><span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Yang
 hitam kerjanya marah terhadap segala hal, murka, yang menghalangi dan 
menutupi tindakan yang baik. Yang merah menunjukkan nafsu yang baik, 
segala keinginan keluar dari situ, panas hati, menutupi hati yang sadar 
kepada kewaspadaan. Yang kuning hanya suka merusak. Sedangkan yang putih
 berarti nyata, hati yang tenang suci tanpa berpikiran ini dan itu, 
perwira dalam kedamaian. Sehingga hitam, merah dan kuning adalah 
penghalang pikiran dan kehendak yang abadi, persatuan Suksma Mulia.</span></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<b><span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Lalu
 Bima melihat, cahaya memancar berkilat, berpelangi melengkung, bentuk 
zat yang dicari, apakah gerangan itu ?! Menurut Dewa Ruci, itu bukan 
yang dicari (air suci), yang dilihat itu yang tampak berkilat cahayanya,
 memancar bernyala-nyala, yang menguasai segala hal, tanpa bentuk dan 
tanpa warna, tidak berwujud dan tidak tampak, tanpa tempat tinggal, 
hanya terdapat pada orang-orang yang awas, hanya berupa firasat di dunia
 ini, dipegang tidak dapat, adalah Pramana, yang menyatu dengan diri 
tetapi tidak ikut merasakan gembira dan prihatin, bertempat tinggal di 
tubuh, tidak ikut makan dan minum, tidak ikut merasakan sakit dan 
menderita, jika berpisah dari tempatnya, raga yang tinggal, badan tanpa 
daya. Itulah yang mampu merasakan penderitaannya, dihidupi oleh suksma, 
ialah yang berhak menikmati hidup, mengakui rahasia zat.</span></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<b><span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Kehidupan
 Pramana dihidupi oleh suksma yang menguasai segalanya, Pramana bila 
mati ikut lesu, namun bila hilang, kehidupan suksma ada. Sirna itulah 
yang ditemui, kehidupan suksma yang sesungguhnya, Pramana Anresandani.<br />
Jika ingin mempelajari dan sudah didapatkan, jangan punya kegemaran, 
bersungguh-sungguh dan waspada dalam segala tingkah laku, jangan bicara 
gaduh, jangan bicarakan hal ini secara sembunyi-sembunyi, tapi lekaslah 
mengalah jika berselisih, jangan memanjakan diri, jangan lekat dengan 
nafsu kehidupan tapi kuasailah. </span></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<b><span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Tentang
 keinginan untuk mati agar tidak mengantuk dan tidak lapar, tidak 
mengalami hambatan dan kesulitan, tidak sakit, hanya enak dan 
bermanfaat, peganglah dalam pemusatan pikiran, disimpan dalam buana, 
keberadaannya melekat pada diri, menyatu padu dan sudah menjadi kawan 
akrab.<br />
Sedangkan Suksma Sejati, ada pada diri manusia, tak dapat dipisahkan, 
tak berbeda dengan kedatangannya waktu dahulu, menyatu dengan 
kesejahteraan dunia, mendapat anugerah yang benar, persatuan 
manusia/kawula dan pencipta/Gusti. Manusia bagaikan wayang, Dalang yang 
memainkan segala gerak gerik dan berkuasa antara perpaduan kehendak, 
dunia merupakan panggungnya, layar yang digunakan untuk memainkan 
panggungnya. </span></span></b>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Bila
 seseorang mempelajari “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” 
berarti harus pula mengenal asal usul manusia dan dunia seisinya, dan 
haruslah dapat menguraikan tentang <i>sejatining urip</i> (hidup), <i>sejatining Panembah</i> (pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa), <i>sampurnaning pati</i> (kesempurnaan dalam kematian), yang secara gamblang disebut juga <i>innalillahi wainna illaihi rojiuun</i>, kembali ke sisi Tuhan YME dengan tata cara hidup layak untuk mencapai <i>budi suci</i> dan menguasai panca indera serta hawa nafsu untuk mendapatkan tuntunan <i>Sang Guru Sejati</i>.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Uraian
 tersebut dapat menjelaskan bahwa sasaran utama mengetahui “Sastra 
Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” adalah untuk mencapai <i>Kasampurnaning Pati</i>, dalam istilah RNg Ronggowarsito disebut <i>Kasidaning Parasadya</i> atau pati prasida, bukan sekedar <i>pati patitis</i> atau <i>pati pitaka</i>. “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” seolah menjadi jalan tol menuju <i>pati prasida</i>.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Bagi
 mereka yang mengamalkan “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” 
dapat memetik manfaatnya berupa Pralampita atau ilham atau wangsit 
(wahyu) atau berupa “senjata” yang berupa rapal. Dengan rapal atau 
mantra orang akan memahami isi Endra Loka, yakni pintu gerbang rasa 
sejati, yang nilainya sama dengan sejatinya Dzat YME dan bersifat gaib. 
Manusia mempunyai tugas berat dalam mencari Tuhannya kemudian menyatukan
 diri ke dalam gelombang Dzat Yang Maha Kuasa. Ini diistilahkan sebagai 
wujud <i>jumbuhing/manunggaling kawula lan Gusti</i>, atau <i>warangka manjing curiga</i>.
 Tampak dalam kisah Dewa Ruci, pada saat bertemunya Bima dengan Dewa 
Ruci sebagai lambang Tuhan YME. Saat itu pula Bima menemukan segala 
sesuatu di dalam dirinya sendiri. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Itulah
 inti sari dari “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” sebagai 
Pungkas-pungkasaning Kawruh. Artinya, ujung dari segala ilmu pengetahuan
 atau tingkat setinggi-tingginya ilmu yang dapat dicapai oleh manusia 
atau seorang sufi. Karena ilmu yang diperoleh dari makrifat ini lebih 
tinggi mutunya dari pada ilmu pengetahuan yang dapat dicapai dengan 
akal. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Dalam
 dunia pewayangan lakon “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” 
dimaksudkan untuk lambang membabarkan wejangan sedulur papat lima 
pancer. Yang menjadi tokoh atau pelaku utama dalam lakon ini adalah sbb;</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Begawan
 Wisrawa menjadi lambang guru yang memberi wejangan ngelmu Sastrajendra 
kepada Dewi Sukesi. Ramawijaya sebagai penjelmaan Wisnu  (Kayun;
 Yang Hidup), yang memberi pengaruh kebaikan terhadap Gunawan Wibisono 
(nafsul mutmainah), Keduanya sebagai lambang dari wujud jiwa dan sukma 
yang disebut Pancer. Karena wejangan yang diberikan oleh Begawan Wisrawa
 kepada Dewi Sukesi ini bersifat sakral yang tidak semua orang boleh 
menerima, maka akhirnya mendapat kutukan Dewa kepada anak-anaknya. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify;">
<br /></div>
<ol style="margin-top: 0;" type="1">
<li class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Dasamuka (raksasa) yang mempunyai perangai jahat, bengis, angkara murka, sebagai simbol dari nafsu amarah.</span></span></li>
<li class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Kumbakarna
 (raksasa) yang mempunyai karakter raksasa yakni bodoh, tetapi setia, 
namun memiliki sifat pemarah. Karakter kesetiannya membawanya pada watak
 kesatria yang tidak setuju dengan sifat kakaknya Dasamuka. Kumbakarno 
menjadi lambang dari nafsu lauwamah.</span></span></li>
<li class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Sarpokenoko
 (raksasa setengah manusia) memiliki karakter suka pada segala sesuatu 
yang enak-enak, rasa benar yang sangat besar, tetapi ia sakti dan suka 
bertapa. Ia menjadi simbol nafsu supiyah.</span></span></li>
<li class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Gunawan
 Wibisono (manusia seutuhnya); sebagai anak bungsu yang mempunyai sifat 
yang sangat berbeda dengan semua kakaknya. Dia meninggalkan 
saudara-saudaranya yang dia anggap salah dan mengabdi kepada Romo untuk 
membela kebenaran. Ia menjadi perlambang dari nafsul mutmainah.</span></span></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0 0 0 18pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-indent: 18pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Gambaran
 ilmu ini adalah mampu merubah raksasa menjadi manusia. Dalam 
pewayangan, raksasa digambarkan sebagai mahluk yang tidak sesempurna 
manusia. Misal kisah prabu Salya yang malu karena memiliki ayah mertua 
seorang raksasa. Raden Sumantri atau dikenal dengan nama Patih Suwanda 
memiliki adik raksasa bajang bernama Sukrasana. Dewi Arimbi, istri 
Werkudara harus dirias sedemikian rupa oleh Dewi Kunti agar Werkudara 
mau menerima menjadi isterinya. Betari Uma disumpah menjadi raksesi oleh
 Betara Guru saat menolak melakukan perbuatan kurang sopan dengan Dewi 
Uma pada waktu yang tidak tepat. Anak hasil hubungan Betari Uma dengan 
Betara Guru lahir sebagai raksasa sakti mandra guna dengan nama “ Betara
 Kala “ (kala berarti keburukan atau kejahatan). Sedangkan Betari Uma 
kemudian bergelar Betari Durga menjadi pengayom kejahatan dan kenistaan 
di muka bumi memiliki tempat tersendiri yang disebut “ Kayangan 
Setragandamayit “. Wujud Betari Durga adalah raseksi yang memiliki 
taring dan gemar membantu terwujudnya kejahatan.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-indent: 18pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Melalui
 ilmu Sastrajendra maka simbol sifat sifat keburukan raksasa yang masih 
dimiliki manusia akan menjadi dirubah menjadi sifat sifat manusia yang 
berbudi luhur. Karena melalui sifat manusia ini kesempurnaan akal budi 
dan daya keruhanian mahluk ciptaan Tuhan diwujudkan. Dalam kitab suci 
disebutkan bahwa manusia adalah ciptaan paling sempurna. Bahkan ada 
disebutkan, Tuhan menciptakan manusia berdasar gambaran dzat-Nya. 
Filosof Timur Tengah Al Ghazali menyebutkan bahwa manusia seperti Tuhan 
kecil sehingga Tuhan sendiri memerintahkan para malaikat untuk bersujud.
 Sekalipun manusia terbuat dari dzat hara berbeda dengan jin atau 
malaikat yang diciptakan dari unsur api dan cahaya. Namun manusia 
memiliki sifat sifat yang mampu menjadi “ khalifah “ (wakil Tuhan di 
dunia).</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-indent: 18pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Namun
 ilmu ini oleh para dewata hanya dipercayakan kepada Wisrawa seorang 
satria berwatak wiku yang tergolong kaum cerdik pandai dan <i>sakti mandraguna</i> untuk mendapat anugerah rahasia Serat Sastrajendrahayuningrat  Diyu.<br />
Ketekunan, ketulusan dan kesabaran Begawan Wisrawa menarik perhatian 
dewata sehingga memberikan amanah untuk menyebarkan manfaat ajaran 
tersebut. Sifat ketekunan Wisrawa, keihlasan, kemampuan membaca makna di
 balik sesuatu yang lahir dan kegemaran berbagi ilmu. Sebelum “ madeg 
pandita “ ( menjadi wiku ) Wisrawa telah lengser keprabon menyerahkan 
tahta kerajaaan kepada sang putra Prabu Danaraja. Sejak itu sang wiku 
gemar bertapa mengurai kebijaksanaan dan memperbanyak ibadah menahan 
nafsu duniawi untuk memperoleh kelezatan ukhrawi nantinya. Kebiasaan ini
 membuat sang wiku tidak saja dicintai sesama namun juga para dewata.</span></span><br />
<span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;"> </span></span>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-indent: 18pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Verdana;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0;">
<span style="font-size: x-small;"><b><span lang="IN" style="color: blue; font-family: Verdana;">Sifat Manusia Terpilih</span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Sebelum
 memutuskan siapa manusia yang berhak menerima anugerah Sastra Jendra, 
para dewata bertanya pada sang Betara Guru. “ Duh, sang Betara agung, 
siapa yang akan menerima Sastra Jendra, kalau boleh kami mengetahuinya. 
“Bethara guru menjawab “ Pilihanku adalah anak kita Wisrawa “. Serentak 
para dewata bertanya “ Apakah paduka tidak mengetahui akan terjadi 
bencana bila diserahkan pada manusia yang tidak mampu mengendalikannya. 
Bukankah sudah banyak kejadian yang bisa menjadi pelajaran bagi kita 
semua”<br />
Kemudian sebagian dewata berkata “ Kenapa tidak diturunkan kepada kita saja yang lebih mulia dibanding manusia “.</span></span>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Seolah
 menegur para dewata sang Betara Guru menjawab “Hee para dewata, akupun 
mengetahui hal itu, namun sudah menjadi takdir Tuhan Yang Maha Kuasa 
bahwa ilmu rahasia hidup justru diserahkan pada manusia. Bukankah 
tertulis dalam kitab suci, bahwa malaikat mempertanyakan pada Tuhan 
mengapa manusia yang dijadikan khalifah padahal mereka ini suka 
menumpahkan darah“. Serentak para dewata menunduk malu “ Paduka lebih 
mengetahui apa yang tidak kami ketahui”. Kemudian, Betara Guru turun ke 
mayapada didampingi Betara Narada memberikan Serat Sastra Jendra kepada 
Begawan Wisrawa. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">“
 Duh anak Begawan Wisrawa, ketahuilah bahwa para dewata memutuskan 
memberi amanah Serat Sastra Jendra kepadamu untuk diajarkan kepada umat 
manusia”<br />
Mendengar hal itu, menangislah Sang Begawan “ Ampun, sang Betara agung, 
bagaimana mungkin saya yang hina dan lemah ini mampu menerima anugerah 
ini “.<br />
Betara Narada mengatakan “ Anak Begawan Wisrawa, sifat ilmu ada 2 (dua).
 Pertama, harus diamalkan dengan niat tulus. Kedua, ilmu memiliki sifat 
menjaga dan menjunjung martabat manusia. Ketiga, jangan melihat baik 
buruk penampilan semata karena terkadang yang baik nampak buruk dan yang
 buruk kelihatan sebagai sesuatu yang baik. “ Selesai menurunkan ilmu 
tersebut, kedua dewata kembali ke kayangan.<br />
Setelah menerima anugerah Sastrajendra maka sejak saat itu berbondong 
bondong seluruh satria, pendeta, cerdik pandai mendatangi beliau untuk 
minta diberi wejangan ajaran tersebut. Mereka berebut mendatangi 
pertapaan Begawan Wisrawa melamar menjadi cantrik untuk mendapat sedikit
 ilmu Sastra Jendra. Tidak sedikit yang pulang dengan kecewa karena 
tidak mampu memperoleh ajaran yang tidak sembarang orang mampu 
menerimanya. Para wiku, sarjana, satria harus menerima kenyataan bahwa 
hanya orang-orang yang siap dan terpilih mampu menerima ajarannya.</span></span>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0;">
<span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">        Demikian
 lah pemaparan tentang puncak ilmu kejawen yang adiluhung, tidak 
bersifat primordial, tetapi bersifat universal, berlaku bagi seluruh 
umat manusia di muka bumi, manusia sebagai mahluk ciptaan Gusti Kang 
Maha Wisesa, Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang Maha Tunggal. Janganlah 
terjebak pada simbol-simbol atau istilah yang digunakan dalam tulisan 
ini. Namun ambilah hikmah, hakikat, nilai yang bersifat metafisis dan 
universe dari ajaran-ajaran di atas. Semoga bermanfaat.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0;">
<span style="font-size: x-small;"><i><span lang="IN" style="font-family: Verdana;">Semoga para pembaca yang budiman diantara orang-orang yang terpilih dan pinilih untuk meraih ilmu sejatinya hidup.</span></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0;">
<i><span lang="IN" style="font-family: Verdana;"><span style="font-size: x-small;">Salam</span></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0;">
<span style="font-size: x-small;"><span lang="IN" style="font-family: Verdana;">Sabdalangit</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0; text-align: justify;">
<br /></div>
</div>

Puncak Ilmu Kejawen

“Sastra Jendra hayuningrat Pangruwating Diyu” adalah puncak Ilmu Kejawen. “Sastra Jendra hayuningrat Pangruwating Diyu” artinya; wejangan ...

Butir-butir Pancasila: Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P4) (Eka Prasetya Pancakarsa)

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbtFD8cnGE-I0EnT-jAkTPnsKxqdo-v5uwp0Mt9OheT46uFHOX2EFLmA6fh_FRvWgNE9AfEVNfENyU79IkWcI3YmRayE9ItaYhix6mb3BprN0Ak-1vo5p_Uyzv1avjxXq9SuXy0lk_D3sX/s1600/Pancasila_Perisai.svg.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbtFD8cnGE-I0EnT-jAkTPnsKxqdo-v5uwp0Mt9OheT46uFHOX2EFLmA6fh_FRvWgNE9AfEVNfENyU79IkWcI3YmRayE9ItaYhix6mb3BprN0Ak-1vo5p_Uyzv1avjxXq9SuXy0lk_D3sX/s1600/Pancasila_Perisai.svg.png" width="261" /></a></div>
Butir-butir Pancasila: Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P4) (Eka Prasetya Pancakarsa)
<br />
<i>Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
</i><br />
<div id="contentSub">
<div class="flaggedrevs_short plainlinks noprint" id="mw-fr-revisiontag">
<br />
<b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bantuan:Validasi_halaman" title="Bantuan:Validasi halaman"></a></b></div>
</div>
<div class="mw-content-ltr" dir="ltr" id="mw-content-text" lang="id">
<b>Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila</b> (<b>P4</b>)/Eka Prasetya Pancakarsa adalah sebuah panduan tentang pengamalan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila" title="Pancasila">Pancasila</a> dalam kehidupan bernegara semasa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Orde_Baru" title="Orde Baru">Orde Baru</a>.
 Panduan P4 dibentuk dengan Ketetapan MPR no. II/MPR/1978. Ketetapan MPR
 no. II/MPR/1978tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan kelima asas 
dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi
 pelaksanaan Pancasila. Saat ini produk hukum ini tidak berlaku lagi 
karena Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 telah dicabut dengan Ketetapan MPR 
no XVIII/MPR/1998 dan termasuk dalam kelompok Ketetapan MPR yang sudah 
bersifat final atau selesai dilaksanakan menurut Ketetapan MPR no. 
I/MPR/2003<br />
Dalam perjalanannya 36 butir pancasila dikembangkan lagi menjadi 45 butir oleh <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=BP7&action=edit&redlink=1" title="BP7 (halaman belum tersedia)">BP7</a>. Tidak pernah dipublikasikan kajian mengenai apakah butir-butir ini benar-benar diamalkan dalam keseharian warga Indonesia.<br />
<div class="toc" id="toc">
<div id="toctitle">
<h2>
Daftar isi</h2>
</div>
<ul>
<li class="toclevel-1 tocsection-1"><a href="http://kivandanu.blogspot.com/2014/08/butir-butir-pancasila-pedoman.html#Sila_pertama"><span class="tocnumber">1</span> <span class="toctext">Sila pertama</span></a></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-2"><a href="http://kivandanu.blogspot.com/2014/08/butir-butir-pancasila-pedoman.html#Sila_kedua"><span class="tocnumber">2</span> <span class="toctext">Sila kedua</span></a></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-3"><a href="http://kivandanu.blogspot.com/2014/08/butir-butir-pancasila-pedoman.html#Sila_ketiga"><span class="tocnumber">3</span> <span class="toctext">Sila ketiga</span></a></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-4"><a href="http://kivandanu.blogspot.com/2014/08/butir-butir-pancasila-pedoman.html#Sila_keempat"><span class="tocnumber">4</span> <span class="toctext">Sila keempat</span></a></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-5"><a href="http://kivandanu.blogspot.com/2014/08/butir-butir-pancasila-pedoman.html#Sila_kelima"><span class="tocnumber">5</span> <span class="toctext">Sila kelima</span></a></li>
</ul>
</div>
<h3>
<span class="mw-headline" id="Sila_pertama">Sila pertama</span></h3>
<div class="thumb tright">
<div class="thumbinner" style="width: 82px;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Pancasila_Sila_1_Star.svg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" class="thumbimage" data-file-height="108" data-file-width="108" height="80" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/69/Pancasila_Sila_1_Star.svg/80px-Pancasila_Sila_1_Star.svg.png" width="80" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bintang</td></tr>
</tbody></table>
</div>
</div>
<ol>
<li>Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.</li>
<li>Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, 
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar 
kemanusiaan yang adil dan beradab.</li>
<li>Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara 
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap 
Tuhan Yang Maha Esa.</li>
<li>Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.</li>
<li>Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah 
yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.</li>
<li>Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.</li>
<li>Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.</li>
</ol>
<h3>
<span class="mw-headline" id="Sila_kedua">Sila kedua</span></h3>
<div class="thumb tright">
<div class="thumbinner" style="width: 82px;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Pancasila_Sila_2_Chain.svg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" class="thumbimage" data-file-height="110" data-file-width="110" height="80" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/9d/Pancasila_Sila_2_Chain.svg/80px-Pancasila_Sila_2_Chain.svg.png" width="80" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Rantai</td></tr>
</tbody></table>
<div class="thumbcaption">
.</div>
</div>
</div>
<ol>
<li>Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.</li>
<li>Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi 
setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, 
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan 
sebagainya.</li>
<li>Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.</li>
<li>Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.</li>
<li>Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.</li>
<li>Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.</li>
<li>Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.</li>
<li>Berani membela kebenaran dan keadilan.</li>
<li>Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.</li>
<li>Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.</li>
</ol>
<h3>
<span class="mw-headline" id="Sila_ketiga">Sila ketiga</span></h3>
<div class="thumb tright">
<div class="thumbinner" style="width: 82px;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Pancasila_Sila_3_Banyan_Tree.svg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" class="thumbimage" data-file-height="110" data-file-width="110" height="80" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a8/Pancasila_Sila_3_Banyan_Tree.svg/80px-Pancasila_Sila_3_Banyan_Tree.svg.png" width="80" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pohon Beringin.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="thumbcaption">
<br /></div>
</div>
</div>
<ol>
<li>Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan 
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas 
kepentingan pribadi dan golongan.</li>
<li>Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.</li>
<li>Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.</li>
<li>Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.</li>
<li>Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.</li>
<li>Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.</li>
<li>Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.</li>
</ol>
<h3>
<span class="mw-headline" id="Sila_keempat">Sila keempat</span></h3>
<div class="thumb tright">
<div class="thumbinner" style="width: 82px;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Pancasila_Sila_4_Buffalo%27s_Head.svg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" class="thumbimage" data-file-height="110" data-file-width="110" height="80" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/f1/Pancasila_Sila_4_Buffalo%27s_Head.svg/80px-Pancasila_Sila_4_Buffalo%27s_Head.svg.png" width="80" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><div class="thumbcaption">
Kepala Banteng</div>
</td></tr>
</tbody></table>
<div class="thumbcaption">
<br /></div>
</div>
</div>
<ol>
<li>Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.</li>
<li>Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.</li>
<li>Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.</li>
<li>Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.</li>
<li>Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.</li>
<li>Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.</li>
<li>Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.</li>
<li>Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.</li>
<li>Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara 
moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat 
manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan 
kesatuan demi kepentingan bersama.</li>
<li>Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.</li>
</ol>
<h3>
<span class="mw-headline" id="Sila_kelima">Sila kelima</span></h3>
<div class="thumb tright">
<div class="thumbinner" style="width: 82px;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Pancasila_Sila_5_Rice_and_Cotton.svg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" class="thumbimage" data-file-height="110" data-file-width="110" height="80" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b9/Pancasila_Sila_5_Rice_and_Cotton.svg/80px-Pancasila_Sila_5_Rice_and_Cotton.svg.png" width="80" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><div class="thumbcaption">
Padi Dan Kapas.</div>
</td></tr>
</tbody></table>
<div class="thumbcaption">
<br /></div>
</div>
</div>
<ol>
<li>Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.</li>
<li>Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.</li>
<li>Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.</li>
<li>Menghormati hak orang lain.</li>
<li>Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.</li>
<li>Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.</li>
<li>Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.</li>
<li>Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.</li>
<li>Suka bekerja keras.</li>
<li>Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.</li>
<li>Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.</li>
</ol>
<table cellspacing="0" class="navbox" style="border-spacing: 0;">
<tbody>
<tr>
<td style="padding: 2px;"><table cellspacing="0" class="nowraplinks hlist collapsible autocollapse navbox-inner" id="collapsibleTable0" style="background: transparent; border-spacing: 0; color: inherit;">
<tbody>
<tr>
<th class="navbox-title" colspan="3" scope="col"><br />
<div style="font-size: 110%;">
Artikel terkait ideologi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila" title="Pancasila">Pancasila</a></div>
</th>
</tr>
<tr style="height: 2px;">
<td><br /></td>
</tr>
<tr>
<th class="navbox-group" scope="row">Sejarah</th>
<td class="navbox-list navbox-odd" style="border-left-style: solid; border-left-width: 2px; padding: 0px; text-align: left; width: 100%;"><div style="padding: 0em 0.25em;">
<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lahirnya_Pancasila" title="Lahirnya Pancasila">Pidato "<i>Lahirnya Pancasila</i>"</a> <span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Piagam_Jakarta" title="Piagam Jakarta">Piagam Jakarta</a> <span style="font-weight: bold;"> ·</span> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rumusan-rumusan_Pancasila" title="Rumusan-rumusan Pancasila">Rumusan-rumusan Pancasila</a> <span style="font-weight: bold;"> ·</span> <b class="selflink">Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila</b></div>
</td>
<td class="navbox-image" rowspan="7" style="padding: 0px 0px 0px 2px; width: 0%;"><div>
<a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Pancasila_Perisai.svg"><img alt="Pancasila Perisai.svg" data-file-height="246" data-file-width="201" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/1c/Pancasila_Perisai.svg/60px-Pancasila_Perisai.svg.png" /></a></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 2px;">
<td><br /></td>
</tr>
<tr>
<th class="navbox-group" scope="row">Tokoh terkait</th>
<td class="navbox-list navbox-even" style="border-left-style: solid; border-left-width: 2px; padding: 0px; text-align: left; width: 100%;"><div style="padding: 0em 0.25em;">
<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno" title="Soekarno">Soekarno</a> <span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Hatta" title="Mohammad Hatta">Mohammad Hatta</a> <span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Yamin" title="Mohammad Yamin">Mohammad Yamin</a> <span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/A.A._Maramis" title="A.A. Maramis">Alexander Andries Maramis</a> <span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abikoesno_Tjokrosoejoso" title="Abikoesno Tjokrosoejoso">Abikoesno Tjokrosoejoso</a> <span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Kahar_Muzakir" title="Abdul Kahar Muzakir">Abdul Kahar Muzakir</a> <span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agus_Salim" title="Agus Salim">Agus Salim</a> <span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Achmad_Soebardjo" title="Achmad Soebardjo">Achmad Soebardjo</a> <span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wahid_Hasjim" title="Wahid Hasjim">Wahid Hasjim</a> <span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Yamin" title="Mohammad Yamin">Mohammad Yamin</a></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 2px;">
<td><br /></td>
</tr>
<tr>
<th class="navbox-group" scope="row">Badan terkait</th>
<td class="navbox-list navbox-odd" style="border-left-style: solid; border-left-width: 2px; padding: 0px; text-align: left; width: 100%;"><div style="padding: 0em 0.25em;">
<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Panitia_Sembilan" title="Panitia Sembilan">Panitia Sembilan</a> <span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Penyelidik_Usaha_Persiapan_Kemerdekaan_Indonesia" title="Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia">BPUPKI</a> <span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Panitia_Persiapan_Kemerdekaan_Indonesia" title="Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia">PPKI</a></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 2px;">
<td><br /></td>
</tr>
<tr>
<th class="navbox-group" scope="row">Hal terkait</th>
<td class="navbox-list navbox-even" style="border-left-style: solid; border-left-width: 2px; padding: 0px; text-align: left; width: 100%;"><div style="padding: 0em 0.25em;">
<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lambang_Indonesia" title="Lambang Indonesia">Garuda Pancasila</a> <span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hari_Kesaktian_Pancasila&action=edit&redlink=1" title="Hari Kesaktian Pancasila (halaman belum tersedia)">Hari Kesaktian Pancasila</a> <span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_Dasar_Negara_Republik_Indonesia_Tahun_1945" title="Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945">UUD 1945</a> <span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gedung_Pancasila&action=edit&redlink=1" title="Gedung Pancasila (halaman belum tersedia)">Gedung Pancasila</a> <span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_Anggota_BPUPKI-PPKI" title="Daftar Anggota BPUPKI-PPKI">Daftar Anggota BPUPKI-PPKI</a></div>
</td>
</tr>
</tbody></table>
</td>
</tr>
</tbody></table>
<table cellspacing="0" class="navbox" style="border-spacing: 0;">
<tbody>
<tr>
<td style="padding: 2px;"></td></tr>
</tbody></table>
</div>
<br />
<div id="footer" role="contentinfo">
<br /></div>
<div id="footer" role="contentinfo">
<table cellspacing="0" class="nowraplinks hlist collapsible autocollapse navbox-inner" id="collapsibleTable1"><tbody>
<tr><th class="navbox-title" colspan="2" scope="col" style="background: #ccc;"><div style="font-size: 110%;">
<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ideologi" title="Ideologi">Ideologi politik</a></div>
</th>
</tr>
<tr style="height: 2px;">
<td><br /></td>
</tr>
<tr>
<th class="navbox-group" scope="row" style="background: #ccc;">Ideologi</th>
<td class="navbox-list navbox-odd" style="border-left-style: solid; border-left-width: 2px; padding: 0px; text-align: left; width: 100%;"><div style="padding: 0em 0.25em;">
<div>
<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Anarkisme" title="Anarkisme">Anarkisme</a><span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Baathisme" title="Baathisme">Baathisme</a><span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi_Islam" title="Demokrasi Islam">Demokrasi Islam</a><span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi_Kristen" title="Demokrasi Kristen">Demokrasi Kristen</a><span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi_Sosial" title="Demokrasi Sosial">Demokrasi Sosial</a><span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fasisme" title="Fasisme">Fasisme</a><span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Feminisme" title="Feminisme">Feminisme</a><span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Marhaenisme" title="Marhaenisme">Marhaenisme</a><span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nazisme" title="Nazisme">Nazisme</a><span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islamisme" title="Islamisme">Islamisme</a><span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kapitalisme" title="Kapitalisme">Kapitalisme</a><span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Komunisme" title="Komunisme">Komunisme</a><span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Komunitarianisme" title="Komunitarianisme">Komunitarianisme</a><span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Konservatisme" title="Konservatisme">Konservatisme</a><span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Leninisme" title="Leninisme">Leninisme</a><span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Liberalisme" title="Liberalisme">Liberalisme</a><span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Libertarianisme" title="Libertarianisme">Libertarianisme</a><span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nasionalisme" title="Nasionalisme">Nasionalisme</a><span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila" title="Pancasila">Pancasila</a><span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Politik_hijau" title="Politik hijau">Politik hijau</a><span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisme" title="Sosialisme">Sosialisme</a></div>
</div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 2px;">
<td><br /></td>
</tr>
<tr>
<th class="navbox-group" scope="row" style="background: #ccc;">Daftar</th>
<td class="navbox-list navbox-even" style="border-left-style: solid; border-left-width: 2px; padding: 0px; text-align: left; width: 100%;"><div style="padding: 0em 0.25em;">
<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_eponim_ideologi" title="Daftar eponim ideologi">Berdasarkan nama tokoh</a><span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_sistem_kepercayaan" title="Daftar sistem kepercayaan">Sistem kepercayaan</a><span style="font-weight: bold;"> ·</span>  <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_agama" title="Daftar agama">Agama</a></div>
</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div id="footer" role="contentinfo">
 <i><br /></i><br />
<div style="text-align: center;">
<i>Teks tersedia di bawah <a href="https://creativecommons.org/licenses/by-sa/3.0/deed.id">Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa Creative Commons</a>; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat <a href="https://wikimediafoundation.org/wiki/Special:MyLanguage/Terms_of_Use-Summary/id">Ketentuan Penggunaan</a> untuk lebih jelasnya.</i></div>
</div>
<div id="footer" role="contentinfo">
<div style="text-align: center;">
<a href="http://wikimediafoundation.org/"><img src="http://bits.wikimedia.org/images/wikimedia-button.png" /></a>  <a href="http://www.mediawiki.org/"><img src="http://bits.wikimedia.org/static-1.24wmf18/skins/common/images/poweredby_mediawiki_88x31.png" style="cursor: move;" /></a><i> </i></div>
</div>
</div>

Butir-butir Pancasila: Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P4) (Eka Prasetya Pancakarsa)

Butir-butir Pancasila: Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P4) (Eka Prasetya Pancakarsa) Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensi...

SSH-Server-USA-3

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /><table class="tabel" style="width: 750pxpx;"><br /><tbody><br /><tr><th width="20px">No</th><th>Username</th><th>Password</th><th>Server IP</th><th>Type</th><th width="30px">Port</th><th>Location</th><th>Expired</th></tr><br /><tr><td>1</td><td>securedssh.com-28784</td><td>993</td><td>usa-3.securedssh.com</td><td>Dropbear</td><td>443 143 80</td><td>USA</td><td>26-August-2014</td> </tr><br /><tr><td>2</td><td>securedssh.com-17774</td><td>20831</td><td>usa-3.securedssh.com</td><td>Dropbear</td><td>443 143 80</td><td>USA</td><td>26-August-2014</td> </tr><br /><tr><td>3</td><td>securedssh.com-17093</td><td>21247</td><td>usa-3.securedssh.com</td><td>Dropbear</td><td>443 143 80</td><td>USA</td><td>26-August-2014</td> </tr><br /><tr><td>4</td><td>securedssh.com-18772</td><td>20460</td><td>usa-3.securedssh.com</td><td>Dropbear</td><td>443 143 80</td><td>USA</td><td>26-August-2014</td> </tr><br /><tr><td>5</td><td>securedssh.com-18167</td><td>20397</td><td>usa-3.securedssh.com</td><td>Dropbear</td><td>443 143 80</td><td>USA</td><td>26-August-2014</td> </tr><br /><tr><td>6</td><td>securedssh.com-30705</td><td>7588</td><td>usa-3.securedssh.com</td><td>Dropbear</td><td>443 143 80</td><td>USA</td><td>26-August-2014</td> </tr><br /><tr><td>7</td><td>securedssh.com-8037</td><td>17493</td><td>usa-3.securedssh.com</td><td>Dropbear</td><td>443 143 80</td><td>USA</td><td>26-August-2014</td> </tr><br /><tr><td>8</td><td>securedssh.com-24631</td><td>6124</td><td>usa-3.securedssh.com</td><td>Dropbear</td><td>443 143 80</td><td>USA</td><td>26-August-2014</td> </tr><br /><tr><td>9</td><td>securedssh.com-21004</td><td>27434</td><td>usa-3.securedssh.com</td><td>Dropbear</td><td>443 143 80</td><td>USA</td><td>26-August-2014</td> </tr><br /><tr><td>10</td><td>securedssh.com-21138</td><td>15005</td><td>usa-3.securedssh.com</td><td>Dropbear</td><td>443 143 80</td><td>USA</td><td>26-August-2014</td> </tr><br /><tr><td colspan="8">When the accounts expires, return here to pick up a new account ! </td></tr><br /></tbody></table><br /><div class="pagging"><br /></div><br /></div><br />

SSH-Server-USA-3

No Username Password Server IP Type Port Location Expired 1 securedssh.com-28784 993 usa-3.securedssh.com Dropbear 443 143 80 USA 26-August-...