Halaman

Rabu

KUNCI ILMU WERUH SAK DURUNGE WINARAH VERSI BUNG KARNO

Sebelum saya ucapkan beribu rasa terima kasih kepada Sesepuh semuanya Salam Hormat, cinta kasih dan Persaudaraan selalu.

Assalamu’alaikum wr.wb.
Sebelumnya marilah kita panjatkan puji syukur Alhamdulillah atas segala nikmat yg telah Alloh berikan kepada kita semua.
Ijinkanlah saya yang dititipi setetes ilmunya Alloh mau berbagi dengan saudaraku semua……. Dan sebelumnya saya ucapakan beribu rasa terima kasih karena lantaran Kunci-kunci Ilmu yg telah diijazahkan kepada saya dan seluruh warga wongalus semua sehingga saya bisa memanggil dan bertemu dengan Rohnya BUNG KARNO.

AJI PUKULAN TAPAK GENI

Ini sebenarnya ilmu pribadi yang tidak boleh dipublikasikan, namun saya merasa sudah saatnya saya berbagi kepada sesama karena ilmu yang berkah adalah ilmu yang bermanfaat untuk diamalkan. Ilmu ini memiki keistimewaan yaitu mempunyai 3 jenis pukulan yaitu:

1. Pukulan air: 
pukulan ini untuk meredam sifat panas yaitu sifat api termasuk emosi, amarah dan api dalam pengertian yang sebenarnya. Pukulan ini juga dapat dijadikan benteng untuk melindungi suatu benda, rumah dll dari bahaya kebakaran.

Tips Renungan Meditasi

ust.ahmad yunus Ass Wr.Wb
Salam hangat kepada  para sepuh dan tak lupa juga kepada sedulur-sedulur yang selalu setia berbagi ilmu dan berkunjung ke blog ini.
kali ini saya ingin berbagi tips tentang meditasi yang mana meditasi adalah bagian dari proses pendalaman spiritual ataupun bagian dari spiritual itu sendiri. Bagi saya sendiri meditasi banyak sekali manfaatnya salah satu teknik untuk menyerap energi alam, bertafakur diri dan sebagainya.
meditasi juga sama seperti ilmu lainnya perlu belajar dan ada tahapannya untuk benar-benar merasakan manfaatnya secara maksimal.nah untuk itu saya ingin berbagi tips tentang meditasi agar kita bisa belajar meditasi dengan mudah. berikut tipsnya :

TRAWANGAN MATA TERBUKA

(DI AMALKAN UNTUK PEMULA)


“WARNO SALIRO YO DZATING GAIB
SEJATINING WARNO YO TUMATEK ING NETRO”


Laku ilmu bagi pemula:

Puasa sunnah 3 hari dengan niat ikhlas lillahi ta’ala
Selama ritual baca mantra di atas sebanyak 77x setelah shalat
Tutup ritual puasa hari terakhir dengan membaca mantra di atas 177 x jam 12 malam


CARA MELATIH TRAWANGAN MATA TERBUKA

Carilah tempat sunyi seperti kamar, kebun, makam atau dekat sungai.
Duduk bersila konsentrasi lalu anda bakar kan hio gunung kawi 7 batang
Oleskan sedikit minyak misik di kedua tangan anda dan gosokan lalu ibu jari, tangan kanan anda letakkan pada cakra ajna sambil di tekan sedikit
Matikan lampu jika anda di kamar atau carilah tempat gelap jika anda di luar
Baca mantra tersebut berulang ulang dengan penuh penghayatan
Fokuskan energi pada cakra ajna
Pandang lurus ke depan dan niat kan melihat gaib secepat mungkin


Pada beberapa latihan yang di lakukan murid murid kami di padepokan banyak yang melihat sekelebatan sinar atau kepulan asap sebagai salah satu tanda kedatangan gaib. Atau ada yang melihat penampakan tetapi masih kabur atau kurang jelas. Semakin sering anda berlatih semakin cepat anda menguasai ilmu ini. Kunci ilmu ini adalah yakin, ikhlas, sabar, istiqomah niscaya anda akan menemui keberhasilan, semoga sukses dan selamat berlatih.. biidznillah wa ri ridholillah amin.


“KI ARYA KUSUMA DEWA”

TRAWANGAN MATA TERBUKA

AJIAN GENDRING SONGGO BUWONO

(MOHON HANYA DI AMALKAN UNTUK MEREKA YANG TELAH PEKA)

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM INGSUN MATEK AJI KU SONGGO BUWONO AJI PANGABARAN SAKING SANG HYANG ISMOYO SONGGO KU SONGGO LANGIT SONGGO KU SONGGO BUMI SONGGO KU SONGGO SAMUDERO PLAWESAN JOYO WINANGUN DUGDENG ADI JOYO SONGGO DUNYO ING SUMIRAB BADANINGSUN KALIMAH SUCI KALIMOSODO LAILAHAILALLAHU MUHAMMADARASULULLAH

LAKU PERASUKAN ILMU:

Bagi mereka yang telah peka cukup dibaca sebanyak 77x setiap jam 12 malam (7 hari) Jika ingin berkomunikasi dengan khodam keilmuan ini silahkan lakukan langkah berikut:

Baca Fatihah untuk Nabi Muhammad SAW (7 kali) Baca Fatihah untuk Malaikat muqorrobin (7 kali) Baca Fatihah untuk Syech Abdul Qodir Jailany (7 kali) Baca Fatihah untuk Kanjeng Ibu Ratu Kencana Sari (7 kali) Baca Fatihah untuk Kanjeng Sunan Kalijogo (7 kali) Baca Fatihah untuk Prabu Angling Dharma (7 kali)

Untuk selanjutnya biarkan khodam ilmu ini yang membimbing anda.

KI ARYA KUSUMA DEWA

 AJIAN GENDRING SONGGO BUWONO

 

SEH SITI JENAR LAN PARA WALI SAMYA MBABAR SESOTYO

SEH SITI JENAR LAN PARA WALI SAMYA MBABAR SESOTYO

Belakangan ini, banyak studi tentang Siti Jenar meramaikan semarak tasawuf di negeri kita. Diantaranya Kajian Kitab Serat dan Suluk Siti Jenar / Muhammad Sholikhin, Syekh Siti Jenar : Pengaruh Tasawuf Al-Hallaj di Jawa / Sudirman Rebba, Makrifat Siti Jenar / Prof.Dr. Abdul Munir Mulkha, S.U, Syekh Siti Jenar : Makana Kematian / Achmad Chodjim dan salah satu Novel Suluk Abdul Jalil, Perjalanan Ruhani Syeh Siti Jenar / Agus Sunyoto, dll.
Apakah ini yang membuat ajaran Siti Jenar disesatkan? Betulkah ia melampaui syari’at? Kenapa harus bersitegang dengan Walisongo, dan benarkah ketegangan itu? Bukankah Dewan Wali juga sudah mencapai maqam manunggaling kawula gusti? Berikut kutipan teks dalam Serat Centhini atau Suluk Tambangraras  saat Seh Siti Jenar dan para Dewan Wali berdiskusi mbabar sesotyo.

ASMARADANA

Suhunan ing Bayat nguni, sung carita marang ingwang, eyangmu buyut kalane, kumpulan lan wali sanga, samya (m)babar sesotya, trusing ngaji pan akumpul. aywa ana parebutan.
Dahulu Suhunan ing Bayat (Sunan Têmbayat), pernah memberikan cerita kepadaku, cerita tentang Eyang Buyut-mu (Sunan Têmbayat), (kala) tengah berkumpul dengan para Wali semua, mewedarkan mutiara ilmu, (Sunan Giri mengingatkan) Saat nanti telah berkumpul, jangan saling berebut kebenaran sendiri-sendiri.
Kinarya gita ing kawi, ing Giri Gajah enggone, tatkala aguguneman, para wali sasanga, ing Argapura (ng)gennipun kadhaton ratu agama.
Dibuat sebagai pelajaran luhur, di Giri Gajah tempatnya, tempat untuk bermusyawarah, oleh para Wali sembilan, di Argapura tepatnya, letak keraton Sang Ratu Agama (Sunan Giri).
Wali sadaya tinari, dennira Prabu Sarmata*), Suhunan Benang tinaros, myang Suhunan Kalijaga, Suhunan Ngampeldenta, Suhunan Kudus tinantun, kalawan Seh Siti Jenar.
Sekuruh Wali diminta hadir, oleh Prabu Satmata (Sunan Giri), Suhunan Benang diminta hadir pula, lantas Suhunan Kalijaga, lantas Suhunan Ngampeldhênta (Sunan Ampel),  Suhunan Kudus juga diminta hadir, juga Syeh Siti Jênar.
Seh Benthong rumut tinari, sarta pangeran Palembang, Panembahan Madurane, aseba mring Giri Liman, angling Prabu Satmata, sukur pepeg anakingsun, sami limuta kaliman.
Syeh Bêntong ikut diminta hadir, juga Pangeran Palembang, Panêmbahan Madura juga, semua menghadap ke Giri Liman (Giri Gajah ~ Liman : Gajah. Keraton Sunan Giri), berkata Prabu Satmata (Sunan Giri), Syukurlah semua lengkap hadir, semua berkenan datang ke Giri Gajah.
Sadaya tunggala kapti, sampun wonten kang sulaya, arempega kang wiraos, sami ababar sosotya, sami miyak warana, sampun wongen masang semu, den anglela den tetela.
Aku harapkan semua bersatu pendapat, jangan sampai berdebat sendiri, satukan kehendak, saat mewedarkan mutiara ilmu, membuka rahasia, jangan terlalu banyak memakai bahasa kias, jabarkan saja apa adanya.
Jeng Suhunan Benang angling, ambabar kang pangawikan, tegese sariraningong, dat sipat apngaling Allah, nyata ing kalbu amba, Datollah kang amurbeku, mesesa ing dhewekira.
(Kang)jêng Suhunan Benang berkata, mulai mewedarkan kelebihannya, Sesungguhnya badanku ini, adalah Dzat Sifat Af’al Allah, sangat nyata didalam Kesadaran hamba, Dzatullah-lah yang menguasai, dan berwenang dalam badanku.
Jeng Suhunan adiluwih, ambabar kang pangawikan, tegese sariraningong, iya sadar jenengamba, iya jenging purab, iya Alah Sukma Subur, jeneng urip lawan jagad.
(Kang)jêng Adiluwih (Sunan Kalijaga) berkata, mulai mewedarkan kelebihannya, Kesadaran-lah yang patut menjadi namaku, patut menjadi nama Yang Maha Kuasa, yaitu Allah (Hyang) Suksma Yang Luhur, (patut menjadi) nama dari Sang Hidup dan nama seluruh semesta.
Jeng suhunan Giri-westhi, ambabar kang pangawikan, tegese sariraningong, imam urip lan nugraha, budi uriping Suksma, urip sara Allah iku, mangkana ing kawruhamba.
(Kang)jêng Suhunan Giri-wêsthi berkata, mulai mewedarkan kelebihannya, Sesungguhnya badanku ini, terdiri dari Iman (Keyakinan~maksudnya adalah jasad halus) Urip (Hidup~maksudnya adalah Roh) dan Nugraha (Anugerah~maksudnya adalah jasad kasar), Sang Hidup tak lain adalah Allah itu sendiri, begitulah pemahamanku.
Jeng Suhunan Kudus angling, ambabar kang pangawikan, Roh wajib ing imaningong, cahya mancur kadi surya, mijil sangking prabawa, amartani lapahipun, anguripi ing sajagad.
(Kang)jêng Suhunan Kudus berkata, mulai mewedarkan kelebihannya, Roh adalah pangkal keyakinanku, (Roh bagaikan) sebuah Cahaya yang memancar layaknya sinar surya, mengeluarkan perbawa yang luar biasa, menyelimuti jalannya semesta raya, menghidupi seluruh jagad.
Penembahan Madura ngling, ambabar kang pangawikan, aran kanugrahane, kundhi Allah ta punika, tegese kundhi ika, nabi Allah jatinipun, jinaten ing nama Allah.
Panêmbahan Madura berkata, mewedarkan kelebihannya, Yang dinamakan Anugerah Sejati, adalah Kundhi Allah, maksudnya Kundhi, tak lain adalah Nabi Allah, menyatu dalam kesejatian dalam nama Allah.
Pangeran Palembang angling, ambabar kang pangawikan, tegese sariraningong, tegese Allah punika, Allah ingkang amurba, angurip Mahaluhur, amisesa purba dhawak.
Pangeran Palembang berkata, mewedarkan kelebihannya, Sesungguhnya badanku ini, tak lain adalah Allah, Allah Yang Maha Berkuasa, Maha Hidup dan Maha Luhur, Berwenang menguasai semesta raya.
Prabu Satmata mangkya ngling, ambabar kang pangawikan, sami lan Allah purbane, kang ngawruhi iya Allah, kaping kalih nur badan, kaping tiga rasul iku, kaping pat Datollah ika.
Prabu Satmata (Sunan Giri) lantas berkata, mewedarkan kelebihannya, Tiada beda dengan Allah Kuasanya, yang mengetahui pertama tiada lain kecuali Allah, yang kedua Nur dan Badan fisik, yang ketiga Rasul, dan yang keempat Dzatullah.
Seh Siti Jenar mangkya ngling, ababar kang pangawikan, asembah ing Allah ingong, sujud rukuk padha Allah, sembah sinembah Allah, ingsun kang amurba iku, kang misesa ingsun uga.
Syeh Siti Jênar lantas berkata, mewedarkan kelebihannya, (Dalam) menyembah Allah, yang sujud maupun yang rukuk adalah Allah, yang menyembah maupun yang disembah adalah Allah, AKU-lah yang Berkuasa, Yang Berwenang tak lain juga AKU.
Wali sadaya mangkya ngling, Siti Jenar Kadariyah, katerasan iku linge, Siti Jenar sigra ngucap, adoha yen benera, ingkang perak iku embuh, iku Allah supayaa.
Maka berkatalah seluruh Wali, Syeh Siti Jênar berpaham Qadariyyah, semuanya adalah tunggal menurutnya, Siti Jênar menjawab, Dikatakan berpisah-pun tiada tepat, dikatakan dekat-pun juga tidak benar, itulah Allah.
Prabu Satmata mangkya ngling, iku jisin Siti Jenar, Seh Lemah Bang mangkya linge, raga jiwa den micara, padesane dentilar, Allah kang anglela iku, sakarsanipun wisesa.
Prabu Satmata (Sunan Giri) lantas berkata, Yang kamu tunjuk sebagai Allah itu jasad-mu, Syeh Lêmah Bang menjawab, tiada membicarakan Raga dan Jiwa (Badan halus), semua tempat Roh telah ditinggalkan, semua tak lain hanya Allah, sekehendak-Nya Berwenang.
Wali sadaya samya ngling, salah sira Siti Jenar, dene angaku badanne Allah badan Siti Jenar, tan langgeng aneng dunya, Siti Jenar iku luput, tembe mangke ngaku Suksma.
Maka seluruh Wali berkata, Dirimu salah wahai Siti Jênar, mengatakan badan fisikmu Allah, dan Allah berwujud dalam badan Siti Jênar, badan fisikmu tak kekal didunia ini, Siti Jênar jelas telah salah, dia telah mengaku (Hyang) Suksma (Tuhan).
Pan wonten lakone nguni, sami ambabar sosotya, sampun aling-aling kang wong, sami amiyak warana, aja na salah cipta, kene yen warahen dudu, anging panggah Siti Jenar.
Dan tersebutlah pada pertemuan selanjutnya, (konon katanya) semua mewedarkan mutiara ilmu, tiada memakai tirai rahasia lagi, semua membuka penutup ilmu, agar tiada salah dalam memahami, disini agar jelas mana yang pemahamannya sesat, akan tetapi pendapat Siti Jênar tetap tiada goyah.
Prabu Satmata mangkya ngling, Seh Lemah Bang kamanungsan, sanak pakenira kabeh, tan beda lan pakenira, nanging sampun anglela, manawi dudi klurung, akeh wong kang anggegampang.
Maka Prabu Satmata berkata,  (Akan tetapi pendapat) Syeh Lêmah Bang terlalu berani, daripada seluruh saudara-saudara semuanya disini, padahal maksudnya tiadalah berbeda, tapi terlalu jelas apa yang diucapkannya, bisa membuat salah paham, sehingga membuat orang menjadi menggampangkan agama.
Kathah wong kang tanpa yekti, tanpa yun angguguruwa, akeh kang (ng)gegampang kang wong, dene warta atimbalan, sajatinipun wikan, dadi tan arsa (ng)guguru, awirang yen ta takona.
Akan banyak manusia yang malah bingung, jika tidak mendapatan pemahaman itu dari seorang guru, akan banyak manusia yang menggampangkan, merasa telah mendapatkan kabar rahasia, merasa telah mendapatkan hal yang sejati, tiada berkehendak untuk mencari guru lagi, seolah enggan lagi untuk bertanya (kepada seorang guru).
Seh Molana samya prapti, sakathahe Aji Cempa, pinereg ing masjid gedhe, mapan kantun wali sapta, samya (m)babar sosotya, tan prabeda kang rumuhun, Siti Jenar ingandikan.
Syeh Maulana (Maghribi)-pun hadir, seluruh orang besar keturunan dari Champa (juga datang), datang ke masjid agung, ditambah dengan tujuh wali lainnya, semua kembali mewedarkan mutiara ilmu, tiada beda dengan pertemuan yang terdahulu, Siti Jênar kembali diperingatkan.
Seh Molana mangkya angling, Siti Jenar nama tuwan, Siti Jenar mangkya turre, ingih Allah jenengamba, nora na Allah ika, anging siti Jenar iku, sirna Jenar Allah ana.
Syeh Maulana (Maghribi) lantas berkata, Benarkah nama tuan Siti Jênar? Siti Jênar lantas menjawab, Allah namaku, tiada lagi Allah lain, yang mewujud dalam Siti Jênar, sirna Siti Jênar hanya Allah yang nyata.
Molana Ngaribbi*) angling, kapkir dadi Siti Jenar, Aji Cempa angling alon, kapir dana Siti Jenar, Islamipun indalah, kapir danas wong puniku, punika kapir sampurna.
Maulana Maghribi berkata, Siti Jênar telah kafir, seluruh keturunan orang besar Champa berkata pelan, Siti Jênar telah kafir dalam pandangan manusia, tetapi entah didepan Allah, nyata telah kafir dalam pandangan manusia, dan orang seperti inilah patut disebut kafir.
Molana Mahribi angling, suhunan (n)daweg winejang, masjid dalem suwung kabeh, ana bekti ana ora, temah ngrusak agama, aggegampang temahipun, kang salah (n)daweg pinedhang.
Maulana Maghribi berkata, Wahai para Wali percuma kalian mengajar jika demikian, seluruh masjid kalian akan kosong, sedikit yang akan sembahyang disana, agama akan rusak, semua orang akan menggampangkan, sepatutnya yang salah harus dihukum dengan pedang.
Seh Siti Jenar mangkya ngling, (n)daweg sampun kalayatan, lawan swarga menga kabeh, Siti Jenar sinerampat, dening kaum sakawan, Seh Lemah Bang sampun khukhum**), pinedhang tatas kang jangga.
Syeh Siti Jênar lantas menjawab, Sudah menjadi niatan saya, pintu surga telah terbuka lebar, Siti Jênar lantas diikat, oleh empat orang santri, Syeh Siti Jênar telah diputuskan untuk mendapat hukuman, dengan cara dipotong kepalanya.
Titiga sabate sami, apan sedya pinejahan, samya prawira Khukhum**)e, titiga samya anedya, anebut Subkhanallah, wonten rare angon wedhus, sigra amiyarsa warta.
Tiga orang muridnya, berkehendak membela guru mereka, meminta dihukum dengan cara yang sama, ketiganya lantas, mengucapkan Subhanallah, tersebutlah ada seorang anak gembala (juga murid Siti Jênar), melihat kejadian itu.
Siti Jenar wani mati, kasusra angaku Allah, punang rare angon age, lumayu asumbar-sumbar, amareg mring ngayunan wonten Allah kari iku, katungkul ya angon menda.
Siti Jênar mendapat hukuman mati, karena berani mengaku Allah, anak gembala itu segera, berlari ke arah para Wali dengan sesumbar, mendekat tepat dihadapan, (Para Wali berkata) Masih ada Allah yang tertinggal, Allah yang menggembalakan kambing.
Prabu Satmata mangkya ngling, rare iku kudu pejah, khukhum**)ena aja suwe, sandhingena Siti Jenar, angling Ki Siti Jenar, sandhingena lawan ingsun, aywa adoh ingsun gawa.
Prabu Satmata lantas memerintahkan, Bunuh juga anak gembala itu, hukum-lah jangan lama-lama lagi, tempatkan disebelah Siti Jênar, menjawab Siti Jênar, Tempatkan disisiku, akan aku bawa serta dia.
Ponan rare angling aris, sampun (n)dika kalayatan, rare cilik sru tangise, age tumuta pralaya, wus menga lawang swarga, pinedhang janggane sampun, mesem rare angen menda.
Anak gembala berkata pelan, Jangan-lah tuan yang meninggal (cukup hamba saja), menangis sedihlah dia (melihat gurunya hendak dibunuh), (Siti Jênar berkata) Ikutlah mati bersamaku, sudah terbuka pintu surga, (maka semua yang hendak dihukum) lehernya telah dipedang, tersenyum anak gembala.
Jeng Suhunan Ratu Giri, nora kira Siti Jenar, maksih wutuh reragane, tigang dina gilang-gilang, tumulya uluk salam, kantuna andika ratu, Siti Jenar nulya ilang.
(Kang)jêng Suhunan Ratu Giri, tiada menyangka bahwasanya, jasad Siti Jênar masih utuh, selama tiga hari terlihat bercahaya, lantas terdengar ucapan salam, Selamat tinggal wahai paduka, (Jasad) Siti Jênar lantas hilang.
Tan kari sabatireki, sadaya wus samya ilang, miwah rare angon mangke, datan kantun melu ilang, sadaya sampun sirna, gawok sakeh kang andulu, dhumateng Seh Siti Jenar.
Begitu juga ketiga muridnya, semua jasadnya menghilang, tak ketinggalan jasad anak gembala, juga ikut musnah, semuanya sirna, keheranan semua yang melihat, kepada Syeh Siti Jênar (dan semua muridnya).
Tuturku kang wus kawijil, Seh Lemah Bang wus anyata, katon kandel kumandele, nanging pilih kang abisa, kadi Seh Siti Jenar, akeh mandheg aneng catur, pinentog mundur plarasan.
Semua kisah yang sudah aku ceritakan, menunjukkan bahwasanya Syeh Lêmah Bang, sangat yakin dan mantap, akan tetapi jarang bisa ditemui, orang seperti Syeh Siti Jênar, kebanyakan hanya terhenti dimulut, jika mendapat ancaman akan mundur ketakutan.
*) Ugi kasebut Prabu Setmata
*) Prayoginipun Mahribi
**) Prayoginipun khukum=kaukum
Sumber :
Serat Centhini Jilid I, Pupuh 38 pada 14 dumugi 44. Yasandalemm KGPAA Amengkunagara III (Ingkang Sinuhun Paku Buwana V) ing Surakarta. Kalatinaten Miturut Aslinipun dening : Kamajaya. Penerbit Yayasan Centhini, Yogyakarta 1986.
@@K.

ASMA SUNGE RAJEH CIREBON

ASMA SUNGE RAJEH CIREBON

MANFAAT TIAP VERSI ASMA’ SUNGE RAJEH


Dalam mengamalkan asma ini gak boleh didalam ruangan/beratap,dikarenakan bila ada mahluk halus/jin ditempat saudara wirid/mengamal bisa terjadi benturan energi antara energi asma dgn mahluk itu yg akan mengakibatkan kerusak dll,tapi bila dinyatakan tempat saudara mengamal gak ada mahluk gaibnya ya gak apa-apa. untuk tertib mengamalnya ya dari versi ke1 baru 2,3 dst..usahakan jangan meloncat-loncat dari 1 langsung ke 5.
Ini sedikit keterangan tentang MANFAAT TIAP VERSI Asma’ Sungai Raja.
Versi ke 1 dapat melumpuh/melemahkan lawan sebanyak 10 orang.
Versi ke 2 dapat melumpuh/melemahkan lawan sebanyak 20 orang.
Versi ke 3 dapat melumpuh/melemahkan lawan sebanyak 30 orang.
Versi ke 4 dapat melumpuh/melemahkan lawan 40 orang.
Versi ke 5 dapat melumpuh/melemahkan orang satu kampung.Karena kehebatannya sehingga saya melarang keras menggunakan VERSI ke 4 dan 5 selagi lawan dibawah 40 orang.Jika lawan kita telah lumpuh/lemah tidak berdaya,untuk menyembuhkannya harus menggunakan VERSI yang digunakan dengan cara dibaca3x tahan nafas ditiupkan keair,lalu air disiramkan kepada lawan yang sudah lumpuh/lemah, atau orang yang lumpuh/lemah dipegang tangan kirinya lalu ditendang kaki kananya dengan niat menyembuhkan.
MANFAAT ATAU KEGUNAAN
selain manfaat diatas,asma’ ini juga memiliki banyak manfaat dan insya allah untuk seribu hajat diantaranya:keselamatan mutlak dhohir dan bathin,kekebalan,anti segala senjata tajam/tumpul,kebal api,kepruk,cekik,cambuk,panjat golok dll,kekuatan,kewibawaan tingkat tinggi,kharisma,pengasihan umum/khusus,menundukkan lawan,menambah keberanian,pukulan maut,pukulan jarak jauh,penyembuhan,selamat dari pengeroyokan,peperangan,dalam keadaan terdesak memiliki aji panglimunan dan tubuh bisa jadi raksasa dipandangan lawan,kecelakaan,anti gendam/hipnotis,pawang hujan,gangguan jin,syetan,santet,tenung,guna-guna,dll.CARA MEMANFAATKANNYA.Anda cukup membaca VERSI yang dibutuhkan 3/7x tanpa nafas dengan disertai niat dan keyakinan penuh.demikianlah sedikit panduan/keterangan manfaat dan kegunaan Asma’ Sungai Raja,semoga bisa anda kuasai dan bermanfaat sesuai kehendak dan hajat anda.insya allah do’a saya selalu menyertai saudara semua.Amin.
Buat yg bertanya kegunaan asma ini untuk detilnya silahkan kirimkan alamat email saudara,id saudara diblog ini beserta data diri + foto kealamat email saya singa_rajeh@yahoo.co.id.
KI SADEWA

ASMAK SUNGE RAJEH CIREBON TINGKAT V

*ASMAK SUNGE RAJEH CIREBON TINGKAT V INI DIIJAZAHKAN OLEH SAUDARA KI SADEWA







Tiada maksud hati untuk menyombongkan diri yg miskin ilmu ini, tiada lain hanya untuk berbagi dgn niat yg mulia dihati. Dalam kesempatan ini insyallah saya ikhlaskan dan ijazahkan ASMA SUNGE RAJEH VARIAN CIREBON TINGKAT KE V ini buat saudara2ku yg mau dan serius mengamalkannya buat amalan bekal dunia dan akhirat kita,amin..







BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM.




Saya shohibul ijazah mengikhlaskan dan mengijazahkan ASMA SUNGE RAJEH VARIAN CIREBON TINGKAT KE 5 dgn ikhlas kepada saudara2ku sesama muslimin dgn mengharap berkah dan keridhon-Nya. amin..







KETERANGAN:




Sebelum saudara2ku sesama muslim mengucapkan QOBILTU alangkah baiknya saudara2ku bertawassul terlebih dahaulu seperti tawassul yg dishare ki bolosewu diatas dgn menyediakan air putih dihadapan saudara. Usai tawassul ucapkan QOBILTU dan baca MANTRA ASMA SUNGE RAJEH VARIAN CIREBON TINGKAT KE-5 ini 3 x tanpa nafas dan tiup kan keair tadi dan minum dgn Baca basmallah. Setelah minum tarik nafas sedalam2nya, tahan didada/perut lalu kencangkan seluruh anggota badan,bila nafas gak kuat silahkan lepas dan tarik lagi sepertisemula selama 3 x ulang. Lalu bermeditasi selama kurang lebih 15 menit rasakan sensasi yg ada selama meditasi. Demikianlah panduan penerima ijazah dari saya semoga dapat dimanfaatkan dan diistiqomahkan serana bekal kita kembali nanti.







INILAH MANTRA ASMA SUNGE RAJEH VARIAN CIREBON TINGKAT KE 5.







BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM.

INNA QUWWATIN NAKATA BANATA KINNA NATABA(1000 x diulang 7 malam ditempat dan jam yg sama).







Semoga bermanfaat.




Terima kasih kepada para sesepuh yg telah mengijin buat saya share disini. Wassalam.







KI SADEWA




*******


ASMAK SUNGE RAJEH CIREBON TINGKAT 1 S/D TINGKAT IV







*ASMAK SUNGE RAJEH CIREBON I s/d IV DIIJAZAHKAN OLEH SAUDARA KI JATIRAGA/BOLOSEWU







Cara mengamalkan baca tawasul ALFATIHAH disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarga, Sahabat, Malaikat Muqorrobin dan Qoribin, Nabi Khidir A.S balyhabin Malkan, Syekh Abdul Qodir Jailani, Syekh Buju Tumpeng Pamekasan Madura, Kyai Damanhuri Pamekasan Madura, Syekh Syarif Hidayatullah, Sunan Gunung Jati, Pangeran Cakrabuana, Man Ajazani.




Selanjutnya baca:




1. INNA QUWWATIH NAKAFATINA NAKABA KABANA TABANA 1000 X Selama tiga hari. Setelah tiga hari dan sudah terasa fungsinya, dilanjutkan ke tingkat dua.




2. INNA QUWWATIH NAKABAN NATAH KITABAN NATAH (1000 X Selama tiga hari. Setelah tiga hari dan sudah terasa fungsinya, dilanjutkan ke tingkat tiga).




3. INNA QUWWATIH NAKABUN NATAH KITABUN NATAH (1000 X Selama tiga hari. Setelah tiga hari dan sudah terasa fungsinya, dilanjutkan ke tingkat tiga).




4. INNA QUWWATIH NAKATABANA FATINA NABADAN. (1000 X Selama tiga hari) KI JATIGARA/BOLOSEWU







@wongalus,2010

ASMA SUNGE RAJEH VERSI SUNAN KALI JAGA

ASMA SUNGE RAJEH VERSI SUNAN KALI JAGA


Asma Sunge Rajeh ada banyak versi. Salah satu versi adalah versi Sunan Kalijaga, seorang wali terkenal yang gigih untuk mengakulturasikan Islam ke dalam budaya nusantara.

Tawassul kirim Al Fatihah masing-masing satu kali (bisa dibaca dengan bahasa dan kalimat apapun) kepada:

• Nabi Muhammad SAW
• Nabi Khidir A.S.
• Para Malaikat -NYA
• Sulthanul Auliya Syeh Abdul Qadir al Jailani
• Sunan Gunung Jati
• Sunan Kalijaga
• Ayah dan Ibu kita
• Man Ajazani

Selanjutnya baca doa ini:

Bismillahirrohmanirrohim

INNA QUWWATIH IHYA FATAROTH

Doa dibaca setiap malam 1000 kali selama 7 hari.

Untuk mengamalkan: tarik nafas melalui hidung, tahan nafas di dalam perut bagian bawah pusar selama beberapa saat (sekuat tenaga, bisa 20 atau 30 hitungan), baca doa ASR, visualisasikan sebuah cahaya biru memancar dari tubuh menuju sasaran niat selanjutnya hembuskan udara yang tersimpan melalui mulut.

***

NDULU KUWASA, RUSAKING TATA

NDULU KUWASA, RUSAKING TATA Sumber-sumbering memala ana ing urip bebrayan agung, aja padha lali padha gatekna, yen ta melik marang kuwasa dadi telenging pambudi. Sing rusak ora ta mung agama, kang samesthine dadi ageming dhiri, nanging uga paseduluran sanyata. Saiki padha delengen, wong-wong kang nguyak kuwasa, mung mligi ndulu urmat lan kursi, nganti wani padha crah karo sanak kulawarga, sedulur mungsuh sedulur padha jegal-jegalan, ponakan mungsuh paman, kyai mungsuh kyai ora perduli duk wingi-wingi disengkuyung amargi patuladhane sujud mring Gusti. Yen wis ngono, endi ana agama dadi sumbering darma dadi manungsa titah njembarake tresna. Poltitik wis mung dadi siasat golek kuwasa dudu mbebabangun bebrayan agung conkrah bubrahing tali paseduluran wis dianggep lumrah. O, apa iya iki pancene kang wis sineratake dening Jayabaya jamane kali ilang kedhunge, pasar ilang kumandhange lan urip bebrayan ilang pasedulurane. Yen mangkono, haiya luwih becik, bali mlebu senthonging urip ngugemi jatining agama ngorong tuwuhing tresna sapadha-padha jer Pangeran kang mahakuwasa ora sudi manungsa tumiba ing cintraka crah bubrah padha ngrusak anggering tresna. Wis, gageha nyandhak gendera kibarna donga, kereken tekan mega, kareben baliya tataning jalma yen ta manungsa iku tunggal brayat titahing kang Kuwasa Siji lan tan kena kinaya apa. Dening Tangkisan Letug

Eksplorasi Produktivitas dengan Microsoft Office

Eksplorasi Interaktif Perangkat Lunak Produktivitas ...