Senin

Hubungan Leluhur & Kembalinya Kejayaan Nusantara

HUBUNGAN KEJAYAAN NUSANTARA- DENGAN PARA LELUHUR BANGSA

Prakata

Kematian bukanlah the ending atau “riwayat” yang telah tamat. Kematian merupakan proses manusia lahir kembali ke dimensi lain yang lebih tinggi derajatnya ketimbang hidup di dimensi bumi. Bila perbuatannya baik berarti mendapatkan “kehidupan sejati” yang penuh kemuliaan, sebaliknya akan mengalami “kehidupan baru” yang penuh kesengsaraan. Jasad sebagai kulit pembungkus sudah tak terpakai lagi dalam kehidupan yang sejati. Yang hidup adalah esensinya berupa badan halus esensi cahaya yang menyelimuti sukma. Bagi orang Jawa yang belum kajawan khususnya, hubungan dengan leluhur atau orang-orang yang telah menurunkannya selalu dijaga agar jangan sampai terputus sampai kapanpun. Bahkan masih bisa terjadi interaksi antara leluhur dengan anak turunnya. Interaksi tidak dapat dirasakan kecuali oleh orang-orang yang terbiasa mengolah rahsa sejati. Dalam tradisi Jawa dipahami bahwa di satu sisi leluhur dapat njangkung dan njampangi (membimbing dan mengarahkan) anak turunnya agar memperoleh kemuliaan hidup. Di sisi lain, anak-turunnya melakukan berbagai cara untuk mewujudkan rasa berbakti sebagai wujud balas budinya kepada orang-orang yang telah menyebabkan kelahirannya di muka bumi. Sadar atau tidak warisan para leluhur kita & leluhur nusantara berupa tanah perdikan (kemerdekaan), ilmu, ketentraman, kebahagiaan bahkan harta benda masih bisa kita rasakan hingga kini.

Ada Apa di Balik NUSANTARA

Bangsa Indonesia sungguh berbeda dengan bangsa-bangsa lain yang ada di muka bumi. Perbedaan paling mencolok adalah jerih payahnya saat membangun dan merintis berdirinya bangsa sebesar nusantara ini. Kita semua paham bila berdirinya bangsa dan negara Indonesia berkat perjuangan heroik para leluhur kita. Dengan mengorbankan harta-benda, waktu, tenaga, pikiran, darah, bahkan pengorbanan nyawa. Demi siapakah ? Bukan demi kepentingan diri mereka sendiri, lebih utama demi kebahagiaan dan kesejahteraan anak turunnya, para generasi penerus bangsa termasuk kita semua yang sedang membaca tulisan ini. Penderitaan para leluhur bangsa bukanlah sembarang keprihatinan hidup. Jika dihitung sejak masa kolonialisme bangsa Baratdi bumi nusantara, para leluhur perintis bangsa melakukan perjuangan kemerdekaan selama kurang-lebih dari 350 tahun lamanya. Belum lagi jika dihitung dari era jatuhannya Kerajaan Majapahit yang begitu menyakitkan hati. Perjuangan bukan saja menguras tenaga dan harta benda, bahkan telah menggilas kesempatan hidup, menyirnakan kebahagiaan, memberangus ketentraman lahir dan batin, hati yang tersakiti, ketertindasan, harga diri yang diinjak dan terhina. Segala perjuangan, penderitaan dan keprihatinan menjadi hal yang tak terpisahkan karena, perjuangan dilakukan dalam suasana yang penuh kekurangan. Kurang sandang pangan, kurang materi, dan kekurangan dana. Itulah puncak penderitaan hidup yang lengkap mencakup multi dimensi. Penderitaan berada pada titik nadzir dalam kondisi sedih, nelangsa, perut lapar, kekurangan senjata, tak cukup beaya namun kaki harus tetap tegap berdiri melakukan perlawanan mengusir imperialism dan kolonialism tanpa kenal lelah dan pantang mengeluh. Jika kita resapi, para leluhur perintis bangsa zaman dahulu telah melakukan beberapa laku prihatin yang teramat berat dan sulit dicari tandingannya sbb ;
1. Tapa Ngrame; ramai dalam berjuang sepi dalam pamrih mengejar kepentingan pribadi.
2. Tapa Brata; menjalani perjuangan dengan penuh kekurangan materiil. Perjuangan melawan kolonialism tidak hanya dilakukan dengan berperang melawan musuh, namun lebih berat melawan nafsu pribadi dan nafsu jasad (biologis dan psikis).
3. Lara Wirang; harga diri dipermalukan, dihina, ditindas, diinjak, tak dihormati, dan nenek moyang bangsa kita pernah diperlakukan sebagai budak di rumahnya sendiri.
4. Lara Lapa; segala macam penderitaan berat pernah dialami para leluhur perintis bangsa.
5. Tapa Mendhem; para leluhur banyak yang telah gugur sebelum  merdeka, tidak menikmati buah yang manis atas segala jerih payahnya. Berjuang secara tulus, dan segala kebaikannya dikubur sendiri dalam-dalam tak pernah diungkit dan dibangkit-bangkit lagi.
6. Tapa Ngeli; para leluhur bangsa dalam melakukan perjuangan kepahlawanannya dilakukan siang malam tak kenal menyerah. Penyerahan diri hanya dilakukan kepada Hyang Mahawisesa (Tuhan Yang Mahakuasa).
Itulah kelebihan leluhur perintis bumi nusantara, suatu jasa baik yang mustahil kita balas. Kita sebagai generasi penerus bangsa telah berhutang jasa (kepotangan budhi) tak terhingga besarnya kepada para perintis nusantara. Tak ada yang dapat kita lakukan, selain tindakan berikut ini :
  1. Memelihara dan melestarikan pusaka atau warisan leluhur paling berharga yakni meliputi tanah perdikan (kemerdekaan), hutan, sungai, sawah-ladang, laut, udara, ajaran, sistem sosial, sistem kepercayaan dan religi, budaya, tradisi, kesenian, kesastraan, keberagaman suku dan budaya sebagaimana dalam ajaran Bhinneka Tunggal Ikka. Kita harus menjaganya jangan sampai terjadi kerusakan dan kehancuran karena salah mengelola, keteledoran dan kecerobohan kita. Apalagi kerusakan dengan unsur kesengajaan demi mengejar kepentingan pribadi.
  1. Melaksanakan semua amanat para leluhur yang terangkum dalam sastra dan kitab-kitab karya tulis pujangga masa lalu. Yang terekam dalam ajaran, kearifan lokal (local wisdom), suri tauladan, nilai budaya, falsafah hidup tersebar dalam berbagai hikayat, cerita rakyat, legenda, hingga sejarah. Nilai kearifan lokal sebagaimana tergelar dalam berbagai sastra adiluhung dalam setiap kebudayaan dan tradisi suku bangsa yang ada di bumi pertiwi. Ajaran dan filsafat hidupnya tidak kalah dengan ajaran-ajaran impor dari bangsa asing. Justru kelebihan kearifan lokal karena sumber nilainya merupakan hasil karya cipta, rasa, dan karsa melalui interaksi dengan karakter alam sekitarnya. Dapat dikatakan kearifan lokal memproyeksikan karakter orisinil suatu masyarakat, sehingga dapat melebur (manjing, ajur, ajer) dengan karakter masyarakatnya pula.
  1. Mencermati dan menghayati semua peringatan (wewaler) yang diwasiatkan para leluhur, menghindari pantangan- pantangan yang tak boleh dilakukan generasi penerus bangsa. Selanjutnya mentaati dan menghayati himbauan-himbauan dan peringatan dari masa lalu akan berbagai kecenderungan dan segala peristiwa yang kemungkinan dapat terjadi di masa yang akan datang (masa kini). Mematuhi dan mencermati secara seksama akan bermanfaat meningkatkan kewaspadaan dan membangun sikap eling.
  1. Tidak melakukan tindakan lacur, menjual pulau, menjual murah tambang dan hasil bumi ke negara lain. Sebaliknya harus menjaga dan melestarikan semua harta pusaka warisan leluhur. Jangan menyalahgunakan wewenang dan kekuasaan. Jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan, “menggunting dalam lipatan”.
  1. Merawat dan memelihara situs dan benda-benda bersejarah, tempat yang dipundi-pundi atau pepunden (makam) para leluhur. Kepedulian kita untuk sekedar merawat dan memelihara makam leluhur orang-orang yang telah menurunkan kita dan leluhur perintis bangsa, termasuk dalam mendoakannya agar mendapat tempat kamulyan sejati dan kasampurnan sejati di alam kelanggengan merupakan kebaikan yang akan kembali kepada diri kita sendiri. Tak ada  buruknya kita meluhurkan leluhur bangsa asing dengan dalih apapun; agama, ajaran, budaya, ataupun sebagai ikon perjuangan kemanusiaan. Namun demikian hendaknya leluhur sendiri tetap dinomorsatukan dan jangan sampai dilupakan bagaimanapun juga beliau adalah generasi pendahulu yang membuat kita semua ada saat ini. Belum lagi peran dan jasa beliau-beliau memerdekakan bumi pertiwi menjadikan negeri ini menjadi tempat berkembangnya berbagai agama impor yang saat ini eksis. Dalam falsafah hidup Kejawen ditegaskan untuk selalu ingat akan sangkan paraning dumadi. Mengerti asal muasalnya hingga terjadi di saat ini. Dengan kata lain ; kacang hendaknya tidak melupakan kulitnya.
  1. Hilangkan sikap picik atau dangkal pikir (cethek akal) yang hanya mementingkan kelompok, gender atau jenis kelamin, golongan, suku, budaya, ajaran dan agama sendiri dengan sikap primordial, etnosentris dan rasis. Kita harus mencontoh sikap kesatria para pejuang dan pahlawan bumi pertiwi masa lalu. Kemerdekaan bukanlah milik satu kelompok, suku, ras, bahkan agama sekalipun. Perjuangan dilakukan oleh semua suku dan agama, kaum laki-laki dan perempuan, menjadikan kemerdekaan sebagai anugrah milik bersama seluruh warga negara Indonesia.
Generasi Durhaka

Kesadaran kita bahwa bangsa ini dulunya adalah bangsa yang besar dalam arti kejayaannya, kemakmurannya, kesuburan alamnya, kekayaan dan keberagaman akan seni dan budayanya, ketinggian akan filsafat kehidupannya, menumbuhkan sikap bangga kita hidup di negeri ini. Namun bila mencermati dengan seksama apa yang di lakukan para generasi penerus bangsa saat ini terutama yang sedang memegang tampuk kekuasaan kadang membuat perasaan kita terpuruk bahkan sampai merasa tidak lagi mencintai negara Indonesia berikut produk-produknya. Di sisi lain beberapa kelompok masyarakat seolah-olah menginginkan perubahan mendasar (asas) kenegaraan dengan memandaang pesimis dasar negara, falsafah dan pandangan hidup bangsa yang telah ada dan diretas melalui proses yang teramat berat dan berabad-abad lamanya. Golongan mayoritas terkesan kurang menghargai golongan minoritas. Keadilan dilihat dari kacamata subyektif, menurut penafsiran pribadi, sesuai kepentingan kelompok dan golongannya sendiri. Kepentingan yang kuat meniadakan kepentingan yang lemah. Kepentingan pribadi atau kelompok diklaim atas nama kepentingan rakyat. Untuk mencari menangnya sendiri orang sudah berani lancang mengklaim tindakannya atas dasar dalil agama (kehendak Tuhan). Ayat dan simbol-simbol agama dimanipulasi untuk mendongkrak dukungan politik. Watak inilah yang mendominasi potret generasi yang durhaka pada para leluhur perintis bangsa di samping pula menghianati amanat penderitaan rakyat. Celakanya banyak pecundang negeri justru mendapat dukungan mayoritas. Nah, siapa yang sudah keblinger, apakah pemimpinnya, ataukah rakyatnya, atau mungkin pemikiran saya pribadi ini yang tak paham realitas obyektif. Kenyataan betapa sulit menilai suatu ralitas obyektif, apalagi di negeri ini banyak sekali terjadi manipulasi data-data sejarah dan gemar mempoles kosmetik sebagai pemanis kulit sebagai penutup kebusukan.

“Dosa” Anak Kepada Ibu (Pertiwi)

Leluhur bumi nusantara bagaikan seorang ibu yang telah berjasa terlampau besar kepada anak-anaknya. Sekalipun dikalkulasi secara materi tetap terasa kita tak akan mampu melunasi “hutang” budi-baik orang tua kita dengan cara apapun. Orang tua kita telah mengandung, melahirkan, merawat, membesarkan kita hari demi hari hingga dewasa. Sedangkan kita tak pernah bisa melakukan hal yang sama kepada orang tua kita. Demikian halnya dengan para leluhur perintis bangsa. Bahkan kita tak pernah bisa melakukan sebagaimana para leluhur lakukan untuk kita. Apalagi beliau-beliau telah lebih dulu pergi meninggalkan kita menghadap Hyang Widhi (Tuhan YME). Diakui atau tidak, banyak sekali kita berhutang jasa kepada beliau-beliau para leluhur perintis bangsa. Sebagai konsekuensinya atas tindakan pengingkaran dan penghianatan kepada leluhur, sama halnya perilaku durhaka kepada ibu (pertiwi) kita sendiri yang dijamin akan mendatangkan malapetaka atau bebendu dahsyat. Itulah pentingnya kita tetap nguri-uri atau memelihara dan melestarikan hubungan yang baik kepada leluhur yang telah menurunkan kita khususnya, dan leluhur perintis bangsa pada umumnya. Penghianatan generasi penerus terhadap leluhur bangsa, sama halnya kita menabur perbuatan durhaka yang akan berakibat menuai malapetaka untuk diri kita sendiri.
Sudah menjadi kodrat alam (baca; kodrat ilahi) sikap generasi penerus bangsa yang telah mendurhakai para leluhur perintis bumi pertiwi dapat mendatangkan azab, malapetaka besar yang menimpa seantero negeri. Sikap yang “melacurkan” bangsa, menjual aset negara secara ilegal, merusak lingkungan alam, lingkungan hidup, hutan, sungai, pantai. Tidak sedikit para penanggungjawab negeri melakukan penyalahgunaan wewenangnya dengan cara “ing ngarsa mumpung kuasa, ing madya agawe rekasa, tut wuri nyilakani”. Tatkala berkuasa menggunakan aji mumpung,  sebagai kelas menengah selalu menyulitkan orang, jika menjadi rakyat gemar mencelakai. Seharusnya ing ngarsa asung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.  Walaupun tidak semua orang melakukan perbuatan durhaka namun implikasinya dirasakan oleh semua orang. Sekilas tampak tidak adil, namun ada satu peringatan penting yang perlu diketahui bahwa, hanya orang-orang  yang selalu eling dan waspada yang akan selamat dari malapetaka negeri ini.

Rumus Yang Tergelar

Saya tergerak untuk membuat tulisan ini setelah beberapa kali mendapatkan pertanyaan sbb; apakah kembalinya kejayaan nusantara tergantung dengan peran leluhur ? jawabnya, TIDAK ! melainkan tergantung pada diri kita sendiri sebagai generasi penerus bangsa. Meskipun demikian bukan berarti menganulir peran leluhur terhadap nasib bangsa saat ini. Peran leluhur tetap besar hanya saja tidak secara langsung. Keprihatinan luar biasa leluhur nusantara di masa lampau dalam membangun bumi nusantara, telah menghasilkan sebuah “rumus” besar yang boleh dikatakan sebagai hukum atau kodrat alam. Setelah keprihatinan dan perjuangan usai secara tuntas, “rumus” baru segera tergelar sedemikian rupa. Rumus berlaku bagi seluruh generasi penerus bangsa yang hidup sebagai warga negara Indonesia dan siapapun yang mengais rejeki di tanah perdikan nusantara. Kendatipun demikian generasi penerus memiliki dua pilihan yakni, apakah akan menjalani roda kehidupan yang sesuai dalam koridor “rumus” besar atau sebaliknya, berada  di luar “rumus” tersebut. Kedua pilihan itu masing-masing memiliki konsekuensi logis. Filsafat hidup Kejawen selalu wanti-wanti ; aja duwe watak kere, “jangan gemar menengadahkan tangan”. Sebisanya jangan sampai berwatak ingin selalu berharap jasa (budi) baik atau pertolongan dan bantuan dari orang lain, sebab yang seperti itu abot sanggane, berat konsekuensi dan tanggungjawab kita di kemudian hari. Bila kita sampai lupa diri apalagi menyia-nyiakan orang yang pernah memberi jasa (budi) baik kepada kita, akan menjadikan sukerta dan sengkala. Artinya membuat kita sendiri celaka akibat ulah kita sendiri. Leluhur melanjutkan wanti-wantinya pada generasi penerus, agar supaya ; tansah eling sangkan paraning dumadi. Mengingat jasa baik orang-orang yang telah menghantarkan kita hingga meraih kesuksesan pada saat ini. Mengingat dari siapa kita dilahirkan, bagaimana jalan kisah, siapa saja yang terlibat mendukung, menjadi perantara, yang memberi nasehat dan saran, hingga kita merasakan kemerdekaan dan ketenangan lahir batin di saat sekarang. Sementara itu, generasi durhaka adalah generasi yang sudah tidak eling sangkan paraning dumadi.

Tugas dan Tanggungjawab Generasi Bangsa

Sebagai generasi penerus bangsa yang telah menanggung banyak sekali hutang jasa dan budi baik para leluhur masa lalu, tak ada pilihan yang lebih tepat selain harus mengikuti rumus-rumus yang telah tergelar. Sebagaimana ditegaskan dalam serat Jangka  Jaya Baya serta berbagai pralampita, kelak negeri ini akan mengalami masa kejayaan kembali yang adil makmur, gemah ripah loh jinawi, bilamana semua suku bangsa kembali nguri-uri kebudayaan, menghayati nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kearifan lokal (local wisdom), masing-masing suku kembali melestarikan tradisi peninggalan para leluhur nusantara. Khususnya bagi orang Jawa yang sudah hilang kejawaannya (kajawan) dan berlagak sok asing, bersedia kembali menghayati nilai luhur kearifan lokal. Demikian pula suku Melayu, Dayak, Papua, Minang, Makasar, Sunda, Betawi, Madura, Tana Toraja, Dayak dst, kembali menghayati tradisi dan budaya lokal yang kaya akan nilai-nilai luhur. Bagaimanapun kearifan lokal memiliki kunggulan yakni lebih menyatu dan menjiwai (manjing ajur ajer) serta lebih mengenal secara cermat karakter alam dan masyarakat setempat. Desa mawa cara, negara mawa tata. Masing-masing wilayah atau daerah memiliki aturan hidup dengan menyesuaikan situasi dan kondisi alamnya. Tradisi dan budaya  setempat adalah “bahasa” tak tertulis sebagai buah karya karsa, cipta, dan karsa manusia dalam berinteraksi dengan alam semesta. Orang yang hidup di wilayah subur makmur akan memiliki karakter yang lembut, santun, toleran, cinta damai namun agak pemalas. Sebaliknya orang terbiasa hidup di daerah gersang, sangat panas, sulit pangan, akan memiliki karakter watak yang keras, temperamental, terbiasa konflik dan tidak mudah toleran. Indonesia secara keseluruhan dinilai oleh manca sebagai masyarakat yang berkarakter toleran, penyabar, ramah, bersikap terbuka. Namun apa jadinya jika serbuan budaya asing bertubi-tubi menyerbu nusantara dengan penuh keangkuhan (tinggi hati) merasa paling baik dan benar sedunia.  Apalagi budaya yang dikemas dalam moralitas agama, atau sebaliknya moralitas agama yang mengkristal menjadi kebiasaan dan tradisi. Akibat terjadinya imperialisme budaya asing, generasi bangsa ini sering keliru dalam mengenali siapa jati dirinya. Menjadi bangsa yang kehilangan arah, dengan “falsafah hidup” yang tumpang-tindih dan simpang-siur menjadikan doktrin agama berbenturan dengan nilai-nilai kearifan lokal yang lebih membumi. Ditambah berbagai pelecehan konstitusi oleh pemegang tampuk kekuasaan semakin membuat keadaan carut-marut dan membingungkan. Tidak sekedar mengalami kehancuran ekonomi, lebih dari itu bangsa sedang menuju di ambang kehancuran moral, identitas budaya, dan spiritual. Kini, saatnya generasi penerus bangsa kembali mencari identitas jati dirinya, sebelum malapetaka datang semakin besar. Mulai sekarang juga, mari kita semua berhenti menjadi generasi durhaka kepada “orang tua” (leluhur perintis bangsa). Kembali ke pangkuan ibu pertiwi, niscaya anugrah kemuliaan dan kejayaan bumi nusantara akan segera datang kembali.

TRAH MAJAPAHIT

Dalam pola hubungan kekerabatan atau silsilah di dalam Kraton di Jawa di kenal istilah trah. Menurut arti harfiahnya trah adalah garis keturunan atau diistilahkan tepas darah dalem atau kusuma trahing narendra, yakni orang yang masih memiliki hubungan kekerabatan atau keluarga besar secara genealogis dalam hubungan tali darah (tedhaking andana warih). Banyak sekali orang merasa bangga menjadi anggota suatu trah tertentu namun kebingungan saat menceritakan runtutan silsilah atau trah leluhur yang mana yang menurunkannya. Seyogyanya kita masih bisa menyebut dari mana asal-usul mata rantai leluhur yang menurunkan agar supaya dapat memberikan pengabdian kepada leluhur secara tepat. Dengan demikian rasa memiliki dan menghormati leluhurnya tidak dilakukan dengan asal-asalan tanpa mengetahui siapa persisnya nenek-moyang yang telah menurunkan kita, dan kepada leluhur yang mana harus menghaturkan sembah bakti. Jika kita terputus mengetahui mata rantai tersebut sama halnya dengan mengakui atau meyakini saja sebagai keturunan Adam, namun alur mata rantainya tidak mungkin diuraikan lagi. Mengetahui tedhaking andana warih membuat kita lebih tepat munjuk sembah pangabekti atau menghaturkan rasa berbakti dan memuliakan leluhur kita sendiri. Jangan sampai seperti generasi durhaka yakni orang-orang kajawan rib-iriban yang tidak memahami hakekat, kekenyangan “makan kulit”, menjunjung setinggi langit leluhur bangsa asing sekalipun harus mengeluarkan beaya puluhan bahkan ratusan juta rupiah tapi tidak mengerti makna sesungguhnya. Sungguh ironis, sementara leluhurnya sendiri terlupakan dan makamnya dibiarkan merana hanya karena takut dituduh musrik atau khurafat. Cerita ironis dan menyedihkan itu seketika raib tatkala sadar telah mendapatkan label sebagai “orang suci” dan saleh hanya karena sudah meluhurkan leluhur bangsa asing. Ya, itulah kebiasaan sebagian masyarakat yang suka menilai simbol-simbolnya saja, bukan memahami esensinya. Apakah seperti itu cara kita berterimakasih kepada leluhur yang menurunkan kita sendiri, dan kepada leluhur perintis bangsa? Rupanya mata hati telah tertutup rapat, tiada lagi menyadari bahwa teramat besar jasa para leluhur bangsa kita. Tanpa beliau-beliau pendahulu kita semua yang telah menumpahkan segala perjuangannya demi kehidupan dan kemuliaan anak turun yang mengisi generasi penerus bangsa rasanya kita tak kan pernah hidup saat ini.
Tolok ukur kejayaan nusantara masa lalu adalah kejayaan kerajaan Pajajaran, Sriwijaya dan Majapahit, terutama yang terakhir.  Trah atau garis keturunan kerajaan Majapahit yang masih eksis hingga sekarang, yakni kerajaan Mataram Panembahan Senopati di Kotagede Yogyakarta, Kerajaan Kasunanan dan Mangkunegaran di kota Solo, generasi Mangkubumen yakni Kasultanan dan Pakualaman di Yogyakarta. Semuanya adalah generasi penerus Majapahit terutama raja terakhir Prabu Brawijaya V. Berikut ini silsilah yang saya ambil secara garis besarnya saja ;
Prabu Brawijaya V mempunyai 3 putra di antaranya adalah :
1. Ratu Pembayun (Lajer Putri)
2. Raden Bondhan Kejawan / Lembupeteng Tarub (Lajer Putra)
3. Raden Patah / Jin Bun / Sultan Buntoro Demak I (Lajer Putra; tetapi ibu kandung dari bangsa asing yakni; Putri Cempo dari Kamboja ; beragama Islam)

Trah Ratu Pembayun menurunkan 2 Putra :
1. Ki Ageng Kebo Kanigoro
2. Ki Ageng Kebo Kenongo/Ki Ageng Pengging
Ki Ageng Kebo Kenongo menurunkan 1 Putra: (Lajer Putri)
1. Mas Karebet / Joko Tingkir / Sultan Hadiwijoyo/ Sultan Pajang I (Lajer Putri)
Sementara itu Raden Patah / Jin Bun / Sultan Buntoro Demak I, menurunkan 2 Putera yakni :
(1) Pangeran Hadipati Pati Unus / Sultan Demak II
(2) Pangeran Hadipati Trenggono / Sultan Demak III
Keduanya penerus Demak – tetapi akhirnya putus alias demak runtuh karena pemimpinnya tidak kuat.
Kerajaan Demak hanya berlangsung selama 3 periode. Entah ada kaitannya atau tidak namun kejadiannya sebagaimana dahulu pernah diisaratkan oleh Prabu Brawijaya V saat menjelang puput yuswa. Prabu Brawijaya V merasa putranda Raden Patah menjadi anak yang berani melawan orang tua sendiri, Sang Prabu Brawijaya V (Kertabhumi), apapun alasannya. Maka Prabu Brawijaya V bersumpah bila pemerintahan Kerajaan Demak hanya akan berlangsung selama 3 dinasti saja (Raden Patah, Adipati Unus, Sultan Trenggono). Setelah itu kekuasaa Kerajaan Demak Bintoro akan redup dengan sendirinya. Hal senada disampaikan pula oleh Nyai Ampel Gading kepada cucunda Raden Patah, setiap anak yang durhaka kepada orang tuanya pasti akan mendapat bebendu dari Hyang Mahawisesa. Dikatakan oleh Nyai Ampel Gading, bahwa Baginda Brawijaya V telah memberikan 3 macam anugrah kepada Raden Patah yakni; 1) daerah kekuasaan yang luas, 2) diberikan Tahta Kerajaan, 3) dan dipersilahkan menyebarkan agama baru yakni agama sang ibundanya (Putri Cempa) dengan leluasa. Namun Raden Patah tetap menginginkan tahta Majapahit, sehingga berani melawan orang tuanya sendiri. Sementara ayahandanya merasa serba salah, bila dilawan ia juga putera sendiri dan pasti kalah, jika tidak dilawan akan menghancurkan Majapahit dan membunuh orang-orang yang tidak mau mengikuti kehendak Raden Patah. Akhirnya Brawijaya V memilih mengirimkan sekitar 3000 pasukan  saja agar tidak mencelakai putranda Raden Patah. Sementara pemberontakan Raden Patah ke Kerajaan Majapahit membawa bala tentara sekitar 30 ribu orang, dihadang pasukan Brawijaya V yang hanya mengirimkan 3000 orang. Akibat jumlah prajurit tidak seimbang maka terjadi banjir darah dan korban berjatuhan di pihak Majapahit. Sejak itulah pustaka-pustaka Jawa dibumihanguskan, sementara itu orang-orang yang membangkang dibunuh dan rumahnya dibakar. Sebaliknya yang memilih mengikuti kehendak Raden Patah dibebaskan dari upeti atau pajak. Senada dengan Syeh Siti Jenar yang enggan mendukung pemberontakan Raden Patah ke Majapahit, adalah Kanjeng Sunan Kalijaga yang sempat memberikan nasehat kepada Raden Patah, agar tidak melakukan pemberontakan karena dengan memohon saja kepada ayahandanya untuk menyerahkan tahta, pasti permintaan Raden Patah akan dikabulkannya. Hingga akhirnya nasehat tak dihiraukan Raden patah, dan terjadilah perang besar yang membawa banyak korban. Hal ini sangat disesali oleh Kanjeng Sunan Kalijaga, hingga akhirnya memutuskan untuk berpakaian serba berwarna wulung atau hitam sebagai pertanda kesedihan dan penyesalan atas peristiwa tersebut.

Penerus Majapahit

Lain halnya nasib Raden Bondan Kejawan yang dahulu sebelum Sri Narpati Prabu Brawijaya V meninggal ia masih kecil dititipkan kepada putranda Betara Katong, dikatakan jika Betara katong harus menjaga keselamatan Raden Bondan Kejawan karena ialah yang akan menjadi penerus kerajaan Majapahit di kelak kemudian hari. Berikut ini alur silsilah Raden Bondan Kejawan hingga regenerasinya di masa Kerajaan Mataram.
Raden Bondhan Kejawan/Lembu Peteng Tarub-Dewi Nawang Sih (Dewi Nawang Sih adalah seorang putri dari Dewi Nawang Wulan-Jaka Tarub) (Lajer Putra)
menurunkan Putera :
1. Raden Depok / Ki Ageng Getas Pandowo (Lajer Putra)
2. Dewi Nawang Sari (Kelak adl calon ibu Ratu Adil/SP/Herucakra)
Raden Depok / Ki Ageng Getas Pandowo mempunyai 1 Putera:
Bagus Sunggam / Ki Ageng Selo (Lajer Putra)
Bagus Sunggam / Ki Ageng Selo mempunyai 1 Putera bernama:
Ki Ageng Anis (Ngenis) (Lajer Putra)
Ki Ageng Anis (Ngenis) mempunyai 2 Putera :
1. Ki Ageng Pemanahan / Ki Ageng Mataram
2. Ki Ageng Karotangan / Pagergunung I

Ki Ageng Pemanahan / Mataram mempunyai 1 Putera:
Raden Danang Sutowijoyo / Panembahan Senopati/ Sultan Mataram I
Panembahan Senopati akhirnya menjadi generasi Mataram Islam (kasultanan) pertama yang meneruskan kekuasaan Majapahit hingga kini. Pada masa itu spiritualitas diwarnai nilai sinkretisme antara filsafat hidup Kejawen, Hindu, Budha dan nilai-nilai Islam hakekat sebagaimana terkandung dalam ajaran Syeh Siti Jenar, terutama mazabnya Ibnu Al Hallaj. Pada saat itu, hubungan kedua jalur spiritual masih terasa begitu romantis saling melengkapi dan belum diwarnai intrik-intrik politik yang membuyarkan sebagaimana terjadi sekarang ini.
Begitulah silsilah lajer putra dari Brawijaya V. Menurut tradisi Jawa wahyu keprabon akan turun kepada anak laki-laki atau lajer putra. Sedangkan Raden patah walaupun lajer putra tetapi dari Putri bangsa asing. Dan Raden Patah dianggap anak durhaka oleh ayahandanya Prabu Brawijaya Kertabhumi dan neneknya Nyai Ampel Gading. Namun demikian, bagi penasehat spiritualnya yakni Ki Sabdapalon dan Nayagenggong yang begitu legendaris kisahnya, pun Prabu Brawijaya walaupun secara terpaksa atau tidak sengaja telah menghianati para pendahulunya pula.
Dari pemaparan kisah di atas ada suatu pelajaran berharga untuk generasi penerus agar tidak mengulang kesalahan yang sama. Artinya jangan sampai kita berani melawan orang tua, apalgi sampai terjadi pertumpahan darah. Karena dapat tergelincir pada perberbuatan durhaka kepada orang tua kita terutama pada seorang ibu, yakni ibu pertiwi. Dengan kata lain durhaka kepada para leluhur yang telah merintis bangsa dengan susah payah. Karena Tuhan pasti akan memberikan hukuman yang setimpal, dan siapapun tak ada yang bisa luput dari bebendu Tuhan.

Pralampita Leluhur Bangsa

Saya ingin mengambil beberapa bait dari serat Darmagandul yang unik dan menarik untuk dianalisa, sekalipun kontroversial namun paling tidak ada beberapa nasehat dan warning yang mungkin dapat menjadi pepeling bagi kita semua, khususnya bagi yang percaya. Bagi yang tidak mempercayai, hal itu tidak menjadi masalah karena masing-masing memiliki hak untuk menentukan sikap dan mencari jalan hidup secara cermat, tepat dan sesuai dengan pribadi masing-masing. 

Paduka yêktos, manawi sampun santun gami selam,
nilar gamabudi, turun paduka tamtu apês,
Jawi kantun jawan, Jawinipun ical, rêmên nunut bangsa sanes.
Benjing tamtu dipun prentah dening tiyang Jawi ingkang mangrêti.
Paduka pahami, bila sudah memeluk gama selam, meninggalkan gamabudi,
Keturunan Paduka pasti mendapatkan sial, Jawa tinggal seolah-olah jawa,
nilai ke-Jawa-annya telah hilang, gemar nebeng bangsa lain
Besok tentu diperintah oleh orang Jawa yang memahami (Kejawa-an)
Cobi paduka-yêktosi, benjing: sasi murub botên tanggal,
wiji bungkêr botên thukul, dipun tampik dening Dewa,
tinanêma thukul mriyi, namung kangge têdha pêksi,
mriyi punika pantun kados kêtos,
amargi Paduka ingkang lêpat, rêmên nêmbah sela
Cobalah Paduka pahami, besok; sasi murub boten tanggal
Biji-bijian tidak tumbuh, ditolak oleh Tuhan
Walaupun ditanam yang tumbuh berupa padi jelek
Hanya jadi makanan burung
Karena Paduka lah yang bersalah, suka menyembah batu
Paduka-yêktosi, benjing tanah Jawa ewah hawanipun,
wêwah bênter awis jawah, suda asilipun siti,
kathah tiyang rêmên dora,
kêndêl tindak nistha tuwin rêmên supata,
jawah salah mangsa, damêl bingungipun kanca tani.
Paduka pahami, kelak tanah Jawa berubah hawanya,
Berubah menjadi panas dan jarang hujan, berkurang hasil bumi
Banyak orang suka berbuat angkara
Berani berbuat nista dan gemar bertengkar,
Hujan salah musim, membuat bingung para petani
Wiwit dintên punika jawahipun sampun suda,
amargi kukuminipun manusa anggenipun sami gantos agami.
Benjing yen sampun mrêtobat, sami engêt dhatêng gamabudi malih,
lan sami purun nêdha woh kawruh, Dewa lajêng paring pangapura,
sagêd wangsul kados jaman Budhi jawahipun”.
Mulai hari ini hujan sudah mulai berkurang,
Sebagai hukumannya manusia karena telah berganti agama
Besok bila sudah bertobat, orang-orang baru ingat kepada gamabudi lagi
Dan bersedia makan buahnya ilmu, maka Tuhan akan memberi ampunan
Kesuburan tanah dapat kembali seperti zaman gamabudi


Memahami Leluhur dan Kemusyrikan

Belajar dari pengalaman pribadi dan sebagaimana terdapat dalam tradisi Jawa, saya pribadi percaya bahwa leluhur masih dapat memberikan bimbingan dan arahan (njangkung dan njampangi) memberikan doa dan restu kepada anak turunnya. Komunikasi dapat berlangsung melalui berbagai media, ambil contoh misalnya melalui mimpi (puspa tajem), melalui keketeg ing angga, suara hati nurani, bisikan gaib, atau dapat berkomunikasi langsung dengan para leluhur. Barangkali di antara pembaca ada yang menganggap hal ini sebagai bualan kosong saja, bahkan menganggap bisikan gaib dipastikan dari suara setan yang akan menggoda iman. Boleh dan sah-sah saja ada pendapat seperti itu. Hanya saja tidak perlu ngotot mempertahankan tingkat pemahaman sendiri. Sebab jika belum pernah menyaksikan sendiri noumena atau eksistensi di alam gaib sebagai being yang ada, kesadaran kita masih dikuasai oleh kesadaran akal-budi, kesadarannya hanyalah dalam batas kesadaran jasad/lahiriah semata. Sebaliknya kesadaran batinnya justru menjadi mampet tak bisa berkembang. Padahal untuk memahami tentang kesejatian hidup diperlukan sarana kesadaran batiniah atau rohani.
Bagi pemahaman saya pribadi, adalah sangat tidak relevan suatu anggapan bahwa interaksi dengan leluhur itu dianggap musyrik. Apalagi dianggap non-sense, bagi saya anggapan itu merupakan kemunduran dalam kesadaran batin sekalipun jika di banding zaman animisme dan dinamisme. Menurut pemahaman saya musyrik adalah persoalan dalam hati dan cara berfikir, bukan dalam manifestasi tindakan. Saya tetap percaya bahwa tanpa adanya kuasa dan kehendak Tuhan apalah artinya leluhur. Leluhur sekedar sebagai perantara. Seperti halnya anda mendapatkan rejeki melalui perantara perusahaan tempat anda bekerja. Jika Anda menuhankan perusahaan tempat anda bekerja sama halnya berfikir musrik. Dan orang dungu sekalipun tak akan pernah menuhankan leluhur karena leluhur itu roh (manusia) yang jasadnya telah lebur kembali menjadi tanah. Hubungan dengan leluhur seperti halnya hubungan dengan orang tua, saudara, tetangga, atau kakek-nenek yang masih hidup yang sering kita mintai tolong. Perbedaannya hanyalah sekedar yang satu masih memiliki jasad kotor, sedangkan leluhur sudah meninggalkan jasad kotornya. Bila kita mohon doa restu pada orang hidup yang masih dibungkus jasad kotor mengapa tak dituduh musrik, sedangkan kepada leluhur dianggap musrik. Padahal untuk menjadi musrik itu pun sangat mudah, anda tinggal berfikir saja jika seorang dokter dengan resep obat yang anda minum adalah mutlak menjadi penyembuh penyakit di luar kuasa Tuhan. Atau anda meminta tolong kepada tetangga untuk mbetulin genting bocor, dan orang itu dapat bekerja sendiri tanpa kuasa Tuhan. Saya fikir konsep musyrik adalah cara berfikir orang-orang yang hidup di zaman jahiliah saja. Atau mungkin manusia purba jutaan tahun lalu. Namun apapun alasannya tuduhan musrik menurut saya, merupakan tindakan penjahiliahan manusia.
Kendatipun demikian, jika tidak ada jalinan komunikasi dengan leluhur, para leluhur tak akan mencampuri urusan duniawi anak turunnya. Oleh sebab itu dalam tradisi Jawa begitu kental upaya-upaya menjalin hubungan dengan para leluhurnya sendiri. Misalnya dilakukan ziarah, nyekar, mendoakan, merawat makam, selamatan, kenduri, melestarikan warisan, dan menghayati segenap ajaran-ajarannya yang mengandung nilai luhur filsafat kehidupan.
==========

http://sabdalangit.wordpress.com : "Saya tegaskan tulisan ini sekedar pemaparan bertujuan senantiasa membangun sikap eling dan waspada. Bila kita memanfaatkannya untuk kebaikan saya optimis akan berguna menjadikan kehidupan lebih baik dan bijaksana. Bila tak dimanfaatkan paling-paling hanya tidak lengkap ilmunya. Peacefully…!"  : http://sabdalangit.wordpress.com

SABDO PAMBAGYO

ATUR SABDO PAMBAGYO

♥♥♥
Ã…jÃ¥ sirÃ¥ wani-wani ngaku Pangéran, sênadyan kawrúhira wís tumêka “Ngadêg SarirÃ¥ Tunggal” utÃ¥wÃ¥ bisa mêngêrtèni
“Manunggaling KawulÃ¥ Gusti”
(Janganlah kamu coba berani mengaku Tuhan, walaupun ilmu pengetahuanmu sudah sampai pada ‘berdiri sebagai Pribadi Tunggal’ atau bisa memahami “kemanunggalan” makhluk dengan Sang Pencipta)
♥♥♥
Pangéran Kang Måhå Kuwåså (Gusti Allah, Tuhan) iku siji, angliputi ing ngêndi papan, langgêng, síng nganakaké jagad iki saisiné, dadi sêsêmbahan wóng sa-alam donyå kabèh, panêmbahan nganggo carané dhéwé-dhéwé
(Tuhan Yang Maha Kuasa itu satu, meliputi seluruh penjuru dunia, yang abadi, yang mencipta bumi seisinya,
disembah oleh manusia seluruh dunia,
(manusia) menyembah dengan caranya masing-masing)
♥♥♥
Janma ingkang wus waspadeng semu
sinamun ing samudana, sesadon ingadu manis
(Ciri orang yang sudah cermat akan ilmu
justru selalu merendah diri dan selalu berprasangka baik)
♥♥♥
Si pengung nora nglegawa, sangsayarda deniro cacariwis,
Ngandhar-andhar angendhukur, Kandhane nora kaprah,
saya elok alangka longkanganipun. Kawruhe mung ana wuwus,
Wuwuse gumaib gaib,kasliring thithik tan kena.
Si wasis waskitha ngalah, ngalingi marang si pingging.
(Si dungu tidak menyadari, bualannya semakin menjadi jadi,
ngelantur bicara yang tidak-tidak, bicaranya tidak masuk akal,
makin aneh, membual tak ada jedanya. Ilmunya sebatas mulut,
kata-katanya di gaib-gaibkan,
dibantah sedikit saja tidak mau, membelalak alisnya menjadi satu
Lain halnya, Si Pandai cermat dan mengalah, tidak mau membuka aib si bodoh)
♥♥♥
Nulada laku utama tumrape wong tanah jawi,
Wong agung ing Ngeksiganda, Panembahan Senopati,
Kepati amarsudi sudane hawa lan nepsu,
Pinepsu tapa brata, tanapi ing siyang ratri,
Amamangun karyenak tyasing sesama.
(Contohlah perilaku utama, bagi kalangan orang Jawa (Nusantara),
orang besar dari Ngeksiganda (Mataram), Panembahan Senopati,
yang tekun, mengurangi hawa nafsu, dengan jalan prihatin (bertapa),
serta siang malam selalu berkarya, menentramkan hati kepada sesama)
♥♥♥
Ing donyå iki ånå róng warnå síng diarani bêbênêr, yakuwi bênêr mungguhíng Pangéran lan bênêr såkå kang lagi kuwåså
(Di dunia ini ada dua macam kebenaran, yakni kebenaran menurut Tuhan dan kebenaran yang datang dari manusia sedang berkuasa)
♥♥♥
Klabang iku wisané ånå ing capité.
Kålåjêngkíng wisané múng ånå pucúk buntút (êntúp).
Yèn ulå mung dumunúng ånå untuné ulå kang duwé wiså.
Nangíng yèn durjånå wisané dumunúng ånå ing sakujúr badan
(Bisa Lipan terletak dicapitnya, bisa kalajengking hanya terdapat di ujung ekornya, bisa ular hanya terdapat di gigi taringnya saja, tetapi manusia durjana seluruh badannya berbisa)
♥♥♥
Ajiníng dhiri iku dumunúng ånå ing lathi lan budi
(Harga diri seseorang terletak di dalam ucapan dan budi pekertinya)
♥♥♥
Wóng iku kudu ngudi kabêcikan, jalaran kabêcikan iku sanguníng uríp. Wóng kang ora gêlêm ngudi kabêcikan iku prasasat sétan
(Setiap orang harus berusaha melaksanakan kebajikan, sebab kebajikan itu sebagai bekal hidup. Orang yang tidak mempedulikan kebajikan adalah sebangsa setan)
♥♥♥
Ngèlmu iku kêlakóné kanthi laku, sênajan akèh ngèlmuné lamún ora ditangkaraké lan ora digunakaké, ngèlmu iku tanpå gunå
(Ilmu diperoleh dengan usaha yang giat, walapun banyak ilmu jika tidak disebarluaskan dan tidak dimanfaatkan, ilmu tersebut tak kan berguna apa-apa)
♥♥♥
Wóng linuwíh iku kudu biså ngêpèk ati lan ngêpénakaké atiné liyan. Yèn kumpúl karo mitrå kudu biså ngêtrapaké têmbúng kang manís kang pêdhês, sêpêt, bisa gawé sênêngíng ati. Yèn kumpúl pandhitå kudu biså ngómóngaké têmbúng kang bêcík. Yèn ånå sangarêpíng mungsúh kudu biså ngatónaké kuwåså pangaribåwå kaluwihané
(Orang punya kelebihan harus bisa mengambil hati dan menentramkan hati orang lain, jika berkumpul bersama kawan-kawan harus bisa menyesuaikan ucapan yang manis, yang pedas, yang sepet, bisa membuat gembira hati orang lain. Bilamana berkumpul dengan pendhita harus bisa berucap secara sopan dan baik. Bilamana berada di depan musuh harus bisa memperlihatkan wibawa dan kelebihannya)
♥♥♥
Åjå sênêng yèn dèn alêm, åjå sêngit yèn dèn cacad
(Jangan senang jika dipuji, jangan sakit hati jika dicela)

MENUJU MANUNGGALING KAWULA GUSTI

Kita sadar dan percaya, bahwa di bumi nusantara ini sangat kaya akan ilmu spiritual, tetapi ironisnya, banyak yang gagal dalam PENCAPAIAN spiritualitas. Orang bersemangat untuk memeluk agama, tetapi gagal dalam “menjadi’ agama itu.

Wajah negeri yg dahulu dicap sebagai negeri multi agama, multi etnis, multi kultur tetapi solid bersatu di atas slogan Bhineka Tunggal Ika karena rakyatnya memiliki watak toleransi. Negeri yang subur makmur gemah ripah loh jinawi. Lautan diumpamakan kolam susu, dan dikiaskan bahwa tongkat kayu pun dapat tumbuh karena saking suburnya tanah daratan. Hawanya sejuk, banyak hujan, kaya akan hutan belantara sebagai paru-paru dunia. Hampir tak ada bencana alam; tanah longsor, banjir, gempa bumi, angin lesus, kebakaran, kekeringan.

Tetapi realitasnya di masa kini sangat kontradiktif, justru kita semua sering menyaksikan di media masa maupun realitas obyektif sosial-politik sehari-hari. Negeri ini telah berubah karakter menjadi  negeri yang berwajah beringas, angker, berapi-api, anti toleran, waton gasak, nafsu menghancurkan dan bunuh, “semangat” menebar kebencian di mana-mana. Sangat disayangkan justru dilakukan oleh para sosok figur yang menyandang nama sebagai panutan masyarakat, pembela agama, dan juru dakwah yang memiliki banyak pengikut. Ini sungguh berbahaya, dapat membawa negeri ini ke ambang kehancuran fatal.  Alam pun turut bergolak seolah tidak terima diinjak-injak penghuninya yang hilang sifat manusianya. Sehingga bencana dan musibah datang silih berganti, tiada henti, bertubi-tubi membuat miris penghuni negeri ini.

Lantas di mana wajah negeri impian yg tentram, damai, subur, sejuk, makmur ? apakah ini sudah benar-benar hukuman atau bebendu dari Gusti Allah, sebagaimana sudah diperingatkan oleh para leluhur kita yg bijaksana dan waskita sejak masa silam ? masihkah kita akan mengingkari nasehat tersebut, dengan mengatasnamakan “kebenaran” maka serta merta menganggapnya sebagai “ramalan” yang tidak boleh dipercaya, karena dekat dengan syirik dan musyrik. Sikap seperti itu hanya menjauhkan kita dari watak arif dan bijaksana.

Musibah, bencana, wabah, dan seterusnya, tengah melanda negeri ini. Sudah selayaknya kita sadari semua ini sebagai hukuman, atau bebendu dari Tuhan. Anggapan demikian justru akan menambah kewaspadaan kita, dapat menjadi sarana instropeksi diri, dan otokritik yang bijak. Agar kita lebih pandai mensyukuri nikmat dan anugrah Tuhan. Sebaliknya anggapan bahwa ini semua sebagai COBAAN bagi keimanan kita merupakan pendapat yang terlalu NAIF, innocent. Kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan menjadi ndableg, lancang, kurang waspada lan eling. Sejak kapan kita bisa mengukur keimanan kita ? parameter apa yg dipakai ? seberapa persen keimanan kita hanya dapat diukur dgn “perspektif” yg hanya Tuhan miliki. Kita menjadi sok tahu, teralu percaya diri dengan tingkat keimanan kita. Begitulah awalnya manusia menjadi keblinger. Selalu ingin mencari menangnya sendiri, mencari benernya sendiri, mencari butuhnya sendiri. Manusia seperti itu tidak menyadari sesungguhnya dirinya menyembah HAWA NAFSU. Itulah makna apa yang disebut PENYEKUTUAN TUHAN, yakni nuruti RAHSANING KAREP (nafsu). Merasa sudah tinggi ilmunya, padahal ilmunya tidak mumpuni. Ilmu Tuhan bukankah ibarat air laut yang mengisi seluruh samudra di jagad raya ini. Sedangkan ilmu manusia hanya setetes air laut. Dari setetes air laut itu, sudah seberapa persenkah yang kita miliki ?

MEMBUKA PINTU HATI, MENUJU MANUNGGALING KAWULA GUSTI

Salah satu cirikhas orang-orang yg sudah mampu memahami hakekat “manunggaling kawula-Gusti  adalah ; “DUWE RASA, ORA DUWE RASA DUWE” (tidak punya rasa punya). Tumbuhnya rasa demikian itu menjadi pembuka jalan untuk menggapai tataran kemanunggalan (manunggaling kawula-Gusti), harus di awali dgn nuruti atau mengikuti KAREPING RAHSA. karena rahsa atau rasa atau sir merupakan pancaran dari “kehendak” Tuhan (sirullah).

Di manakah sinyal rasa itu berada ? Bagi yg masih ‘awam’ cermatilah suara hati nurani anda ! Hati nurani itu tidak dibelenggu nafsu, ia merupakan pancaran kehendak Tuhan atau sirullah. Sirullah diumpamakan rasa manis dengan “gulanya”. Atau bayangan rembulan dengan rembulannya. Rembulan itu satu, tetapi bayangannya ada dalam ratusan, ribuan atau jutaan ember berisi air. Begitulah personifikasi akan hakikat antara makhluk dengan Sang Pencipta. Di dalam RAHSA terdapat Zat dan energi Tuhan. Buanglah setan (nafsu) dari dalam hati, maka akan “tampak” sejatinya “wujud” Tuhan. Keberhasilan menyirnakan setan (nafsu) memudahkan kita LEBUR DENING PANGASTUTI, menyatu dengan hakikat energi Tuhan. Dalam peleburan itu, nurani akan mentransformasi sifat hakikat Tuhan. Terbukalah pintu hakekat “penyatuan”  atau “panunggalan”, sebagai wujud dari makna “dwi tunggal” (loro-loroning atunggil).

Rahasia Ingsun Sejati

Dalam kitab ‘Sirr al-Asrar’ yang berisi kumpulan ajaran Syaikh Abdul Qadir al-Jilani didapati keterangan bahwa pada awalnya manusia dicipta oleh Allah SWT di alam lâhût (alam dimensi ketuhanan). Manusia awal itu adalah manusia yang masih berwujud ruh (jiwa) yang sangat murni, yang disebut rûh al-quds.

Ruh al-Quds dicipta langsung oleh Allah SWT dan didalamnya terkandung disain serta program-program (rencana-rencana) Allah, juga sifat-sifat Allah, yang sifatnya sangat misterius (sirri). Maka Ruh al-Quds disebut juga Sirr (rahasia).

Allah SWT adalah cahaya (QS an-Nûr 24). Ruh al-Quds yang dicipta langsung oleh Sang Cahaya pun mengandung cahaya yang sangat murni, yang memiliki tingkat radiasi sangat tinggi.

Dalam kitab itu juga dikatakan bahwa alam memiliki lapis-lapis dimensional yang berbeda:

1. Alam Lâhût, alam dimensi ketuhanan.
2. Alam Jabarût, alam ilmu, ketentuan, rencana dan takdir.
3. Alam Malakût, alam para malaikat, alam ruh, alam enerji.
4. Alam Mulki, alam fisik, alam nyata.

Ketika Rûh al-Quds akan diturunkan dari alam lâhût ke alam jabarût ia dibalut lebih dulu dengan lapisan Ruh as-Shulthâny. Sebab kalau tidak, radiasi cahaya Ruh al-Quds yang sangat murni dan teramat kuat itu akan membakar semua yang ada di alam jabarut. Ruh as-Sulthany adalah mantel (hijâb) bagi Ruh al-Quds. Ruh as-Shulthany disebut juga dengan Fuâd.

Lalu Ruh al-Quds (Sirr) yang sudah dibalut dengan Ruh as-Sulthany (Fu’ad) diturunkan ke alam level-3, yaitu alam malakût. Namun alam malakut lebih materialized daripada alam-alam sebelumnya, dan apa yang ada di dalamnya akan mudah terbakar oleh radiasi cahaya Ruh al-Quds meskipun sudah dibalut dengan Ruh as-Sulthany. Oleh sebab itu sebelum diturunkan ke alam malakut, Ruh al-Quds yang sudah dengan Ruh as-Sulthany, dibalut lagi dengan Rûh ar-Rûhâny. Ruh lapis ketiga ini disebut juga Qalbu.

Selanjutnya Ruh al-Quds (Sirr), yang sudah dibalut dengan Ruh as-Sulthany (Fuad) dan Ruh ar-Ruhaniyah (Qalbu), diturunkan lagi ke alam level-4 yaitu alam mulki. Inilah alam kosmik yang sekarang dapat kita lihat secara visual dengan mata kepala kita. Alam kosmik wujudnya sangat lahiriah dan dapat dikenali secara empirik (terukur). Namun radiasi cahaya Ruh al-Quds, meski sudah dibalut dengan dua lapis ruh lainnya, masih terlalu tinggi bagi alam ini. Apa yang ada di alam mulki dapat terbakar oleh radiasi cahaya Ruh al-Quds. Untuk itu, sebelum diturunkan ke alam mulki, Ruh al-Quds dibalut lagi dengan lapis ke-3 yaitu Rûh al-Jismâny yang untuk mudahnya sering disebut dengan Rûh saja. Untuk lebih jelasnya lihatlah tabel berikut ini.




Diri (nafs) kita yang hakiki adalah diri yang berwujud ruh (jiwa). Tubuh biologis kita hanyalah cangkang atau wadah bagi diri kita yang sesungghnya, yaitu ruh. Di dalam rûh ada qalbu, di dalam qalbu ada fuâd dan di dalam fuad ada sirr. Sirr adalah rahasia. Sirr berisi rahasia-rahasia Allah untuk orang itu berupa sifat-sifat Allah, rencana dan takdir Allah. Sirr terhubung langsung dengan Allah SWT.

Dikenal pula istilah lubb yang jamaknya albâb. Surat Ali Imran ayat 190 & 191 menyebut Uli al-Albâb sebagai individu yang selalu berdzikir, berfikir, dan beribadah. Apa arti lubb? Kalau kita menebang sebatang pohon, lalu kita perhatikan penampang potongannya, akan terlihat di bagian tengah dari batang pohon itu ada bagian yang berwarna kecoklatan. Itulah inti dari batang pohon tersebut. Arab menyebutnya lubb.

Qalbu adalah lubb bagi ruh. Intinya ruh adalah qalbu, intinya qalbu adalah fu’ad, dan intinya fuad adalah sirr. Sirr adalah inti dari segala inti, yang mengandung rahasia dari segala rahasia, sehingga disebut Sirr al-Asrar (secret of the secrets). Namun untuk tahap permulaan mempelajari tashawuf cukuplah orang memahami ruh dan intinya saja, yaitu qalbu.

Mudah-mudahan Allah Subhaanahu Wata’aala memberikan taufiq pada kita semua untuk istiqamah dalam agama yang telah dibawa Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wa sallam

Semoga ada hikmah yang bisa di ambil....
Marilah Setiap detak-detik jantung.., selalu kita isi dengan..
Asma Teragung diseluruh jagad semesta raya ini...

Subhanakallahumma wabihamdika AsyaduAllahilaha illa Anta Astagfiruka wa'atubu

Ringkasan Buku The Secret

Buku The Secret ditulis oleh seorang ibu muda bernama Rhonda Byrne, isinya merupakan rangkuman pendapat sekitar 24 pakar tentang “Rahasia Kehidupan Manusia” didunia, sebagian besar masih hidup dan tinggal di Amerika Serikat, sebagian kecil sudah meninggal….

Pendapat/kesimpulan para pakar tersebut dikomentari oleh penulis, dikaitkan dengan kisah sukses/pengalaman hidupnya sendiri dalam mengatasi musibah berat yang pernah menimpa dirinya…
Buku ini ditulis dengan gaya penulisan yang sangat sederhana, simpel dan lugas, tapi mampu menggambarkan fenomena Rahasia Kehidupan Manusia secara lebih jelas dan bisa diikuti lebih mudah daripada beberapa karya tulis sebelumnya yang sejenis yang pernah ada seperti : “Positive Thinking” nya Dale Carnegie…The Magic Power Of Our Mind koleksinya Bung Karno dan berbagai karya tulisnya filosof Kahlili Gibran…dan masih banyak banyak lagi karya tulis sejenis yang pernah saya baca,…. tapi lupa judul dan penulisnya….
Buku The Secret adalah buah karya manusia, jadi tentu saja tidak bisa dibandingkan dengan kitab Al Qur’an karya Allah SWT yang disampaikan oleh malaikat Jibril dan dihimpun oleh Nabi Muhamad SAW…
The Secret hanya menjelaskan salah satu fenomena alam semesta yang disebut “Hukum Tarik Menarik”….sedangkan kitab Al Qur’an menjelaskan seluruh fenemone alam semesta yang tidak terhitung jumlahnya….
Dikaitkan dengan kitab Al Qur’an, The Secret berjasa membenarkan dan memperkuat apa yang ditulis di Quran, yaitu beberapa surat dan ayat suci Al Quran, antara lain tentang adanya enerji ghoib, enerji Cinta Kasih, enerji Bersyukur, enerji Ikhlas, enerji sedekah, enerji zakat dll lagi…
Kalau melihatnya dari kacamata spiritual ke Illahian, memang sepertinya adan link yang terputus antara enerji alam semesta dengan enerji Sang Pencipta Alam Semesta…Allah SWT dengan Asmaul Husnanya…
Tapi memang The Secret tidak membahas itu, The Secret hanya terbatas menjelaskan bahwa kehidupan manusia itu sebenarnya sangat dipengaruhi oleh Hukum Tarik Menarik yang berada dialam semesta, karena manusia itu sebenarnya adalah mahluk enerji….Sedangkan enerji manusia itu berada didalam alam fikirannya….maka kalau mau mengatur kehidupannya dengan baik, dia harus mampu mengelola, membina olah pikirnya dengan baik pula, pola pikir yang negatif/buruk, harus selalu dibuang jauh jauh….
Dari kesimpulan akhirnya, bahwa untuk mencapai sukses dalam kehidupan, manusia harus berfikir positif, maka buku ini sebenarnya tidak berbeda dari esensi isi bukunya Dale Carnegie yang berjudul “Positve Thinking” yang saya pelajari sekitar awal tahun 1980 an…
Juga hampir sama dengan isi buku “The Magic Power of Our Mind (Kehebatan Alam Fikiran)”, koleksinya Bung Karno yang saya pelajari pada tahun 1968, yang menjelaskan bahwa kalau manusia mampu menghilangkan semua negative thinkingnya dan mampu selalu menerapkan Positve Thinking, maka ia akan terbebas dari seluruh penyakit kemanusiaan apapun…bahkan akan mampu melakukan pekerjaan yang spektakuler seperti yang dilakukan para penemu ilmu pengetahuan yang monumental seperti Einst, Carnegie, Shakespeare, Budha…dll..
Kesimpulannya, buku laris yang berjudul The Secret sebenarnya adalah buku yang berisi “ilmu lama tentang rahasia kehidupan manusia” yang dikemas secara baru….(Dibuatkan film hasil wawancara dari 55 orang pakar Rahasia Kehidupan di AS, dibuatkan nfilmnya, dipromosikan oleh tokoh Talk Show Oprah Winfrey….lalu dibuatkan bukunya…yang sangat simpel dan praktis….sangat universal, tidak mau menyentuh hal yang peka, yaitu tentang agama/kepercayaan apapun…tidak membahas tentang Tuhan sama sekali….).
Sesuai dengan judul buku ini The Secret atau Rahasia Kehidupan, maka tentunya segala sesuatu yang rahasia didunia ini, akan sulit dipahami dalam waktu yang cepat…perlu waktu lrelatif lama untuk memahami satu persatu rahasia dan implikasi Hukum Tarik Menarik terhadap setiap kehidupan manusia……
Kalau salah menafsirkan isi buku ini, bisa berbahaya, yaitu bisa memiliki persepsi seolah -olah manusia bisa menentukan sendiri 100% takdirnya tanpa campur tangan atau idzin Allah.. sama sekali…bisa menimbulkan lupa diri dan lupa Tuhan…bisa menimbulkan syirik…..itu kalau ……tidak hati hati lho!!!
Tapi kalau kita sudah memiliki keimanan yang kuat, maka buku ini akan sangat membantu kita untuk selalu menjaga fikiran kita agar selalu berfikiran positif….yang hasil akhirnya akan memberikan hasil akhir yang positif pula bagi kehidupan kita didunia dan akhirat….( Buku The Secret sama sekali tidak menyinggung kehidupan diakhirat…hanya kehidupan didunia saja…)
Menurut buku The Secret, Rahasia Kehidupan yang tersembunyi selama ratusan tahun dan ingin diungkapkan oleh penulis buku tersebut (Rhonda Byrne) keseluruh dunia adalah “Rahasia Hukum Tarik Menarik”….
Hukum Tarik Menarik, penjelasan buku tersebut sebagai berikut:

” Segala yang datang kedalam hidup Anda ditarik oleh anda kedalam hidup anda, ditarik oleh citra citra yang anda pelihara dalam benak, oleh apa yang anda pikirkan…apapun yang berlangsung dalam benak, berarti anda menariknya kediri anda….Setiap pikiran anda adalah suatu daya magnet yang menarik suatu visualisasi menjadi suatu wujud nyata…”

“Fikiran manusia adalah magnet yang paling kuat dialam semesta…Didalam diri anda terdapat magnet yang lebih kuat daripada segala sesuatu yang ada didunia…daya magnet itu dipancarkan melalui pikiran pikiran anda…!”

“Fikiran anda memancarkan sinyal magnetis yang menarik hal yang serupa, sesuai yang anda fikirkan, kembali kearah anda…Kalau anda mengirim fikiran positif (kebaikan) maka akan menarik pikiran positif, segala kebaikan serupa yang ada dialam semesta, datang kepada anda dan mewujud….Demikian juga bila sebaliknya….”

“Sebuah fikiran memiliki frekuensi masing masing….pikiran dengan frekuensi yang sama akan saling tarik menarik, berkumpul menjadi satu dan mewujud kedalam kehidupan anda…”

“Menara Suar anda memancarkan frekuensi fikiran anda kealam semesta dengan daya pancar jauh lebih kuat daripada semua pemancar televisi yang pernah diciptakan didunia…Frekuensi fikiran anda bergetar, memancar diseluruh alam semesta…Kemudian visualisasi yang terpancar dari fikiran anda akan berhubungan dengan frekuensi serupa dialam semesta, kemudian daya magnet fikiran anda akan menarik semua gambaran visualisasi anda yang berada dialam semesta masuk kedalam kehidupan anda secara nyata, sebagai sebuah kehidupan nnyata anda…sebagai takdir anda…”

“Hukum tarik menarik hanya merespons pikiran anda…kalau anda selalu memikirkan utang yang sulit terbayar, maka utang akan terus mendatangi anda…lebih banyak lagi…Karena itu anda jangan memikirkan tentang utang tapi harus memikirkan tentang uang yang datang secara berkelimpahan dari usaha anda….”

“Hukum Tarik Menarik adalah Hukum Alam yang berlaku umum dan mutlak, tidak ada pengecualian, apakah seseorang itu orang baik atau jahat, yang direspons adalah sinyal fikirannya…sama halnya siapapun yang melompat dari suatu menara yang tinggi, akan jatuh kebawah dan hancur, apakah dia orang baik atau jahat…tidak ada pengecualian…”

“Hukum Tarik Menarik sangat patuh kepada hal hal yang anda fikirkan secara fokus, terus menerus, berulang ulang, konsisten….Hukum Tarik Menarik akan memberikan apa yang anda fikirkan…Karena itu anda harus ber hati hati, jangan sampai anda memikirkan terus menerus, fokus dan konsisten tentang apa yang anda tidak inginkan…misalnya karena disiplin, anda sangat tidak mau terlambat/takut terlambat…Bila anda terobsesi takut vterlambat, yang terjadi justru apa yang anda takutkan…justru anda akan terlambat…!!!”

” Jadi anda jangan sampai terobsesi oleh suatu ambisi anda ingin kaya, tapi alam bawah sadarnya memikirkan takut miskin…ingin sehat, tapi justru bawah sadarnya takut sakit…ingin lulus ujian, tapi bawah sadarnya justru takut tidak lulus…..Yang terjadi kedalam kehidupan anda adalah justru yang anda tidak inginkan/yang anda takutkan!!!….”

“Hukum Tarik Menarik tetap bekerja efektif dan mutlak, walau anda tidak mempercayainya atu tidak memahaminya….sama dengan aliran stroom listrik…walau anda tidak percaya bahwa stroom listrik itu bisa menyengat manusia dan anda tidak tahu mekanisme bekerjanya aliran listrik, kalau anda pegang langsung aliran listrik anda tetap akan terkena sengatan aliran listrik…”

“Hukum Tarik Menarik menciptakan sesuatu dalam kehidupan manusia, menciptakan wujud kehidupan masa depan anda…sesuatu akan mewujud dari pikiran anda kedalam kehidupan nyata anda…Ada kesempurnaan total dan mutlak dalam hukum ini…apapun yang anda fikirkan sekarang, akan menjadi benih yang anda tanam dan akan anda tuai hasilnya..mutlak, tidak ada pengecualian dan tidak akan tertukar satu dengan yang lain…”

“Semua situasi dan kondisi dalam kehidupan anda sekarang… bahagia, menderita, senang, susah, kaya, miskin, sukses, gagal, sehat, sakit dst…adalah hasil pikiran anda sendiri dimasa lalu…bukan diciptakan oleh orang lain….anda sebenarnya telah menciptakan takdir anda sendiri dengan pikran anda sendiri…”

“Manusia dapat menggunakan kehendak bebas untuk memilih pikirannya. Manusia memiliki daya untuk sengaja berpikir dan mencipta seluruh kehidupannya dengan akal manusianya…Binatang tidak memiliki ini…”

“Pikiran positif yang dilakukan secara konsisten akan mempunyai kekuatan yang jauh lebih besar dari kekuatan fikiran negatif dalam ukuran yang sama….Tapi kalau pikiran negatif tidak dilawan oleh pikiran positif anda secara konsisten, maka yang mewujud kedalam kehidupan anda adalah semua hal yang anda tidak inginkan, semua yang negatif….”

Cara mendeteksi citra fikiran kita

“Cara mendeteksi citra fikiran kita…”
“Citra fikiran anda dapat dideteksi oleh suasana perasaan hati anda…kalau anda merasa sedih, cemas, gelisah, resah, bingung, sakit hati, benci, dendam, irihati,berarti anda sedang memancarkan sinyal frekuensi negatif,… semua hal yang anda tidak ingini sedang anda kirim ke frekuensi serupa dialam semesta …dan berarti anda sedang memproses mewujudkan berbagai hal yang tidak baik …mewujud kedalam kewidupan anda …sebagai pengalaman hidup anda, sebagai takdir anda dimasa depan…”
“Karena itu, kalau anda merasa suasana hati anda tidak enak seperti keadaan diatas, anda harus segera menyadari bahwa citra fikiran anda sedang dalam frekuensi negatif dan harus segera dipindahkan ke frekuensi positif….”
“Anda harus segera membuang semua fikiran negatif tersebut dan segera menggantinya dengan citra fikiran positif yang paling kuat menghapus citra fikiran negatif tersebut….”
“Citra pikiran positif yang paling kuat adalah citra pikiran tentang Cinta Kasih….Anda harus segera mencari peristiwa yang dapat segera membangkitkan perasaan dan pikiran tentang Cinta Kasih…Fokuskan segera pencitraan fikiran anda kepada orang yang paling anda cintai yang sangat membahagiakan anda…. isteri, pacar, anak, cucu, sahabat….atau siapa saja yang betul betul anda cintai sepenuh hati ( karena itu anda harus selalu memiliki orang yang sangat anda cintai)…”
“Citra pikiran positif yang juga sangat kuat adalah citra pikiran Bersyukur….Anda harus membiasakan mensyukuri semua hal yang anda miliki, anda alami, anda rasakan, anda derita….pikiran Bersyukur harus selalu anda pelihara …Untuk bisa membangun citra pikiran bersukur, anda harus belajar menghargai semua hal yang anda miliki, dapatkan, alami….apapun bentuknya…..enerji pikiran Bersyukur sangat dahsyat…!!!”
“Hukum Tarik Menarik berlaku/berfungsi mulai sejak anda berfikir, sampai anda hentikan …”
“Begitu anda bangun tidur dan anda mulai menggunakan otak anda untuk berfikir sesuatu, mengingat sesuatu, akan mengerjakan sesuatu dll, maka proses penciptaan oleh Hukum Tarik Menarik mulai berjalan/berlaku…proses penciptaan tetap berjalan walau anda tidak menyadari bahwa citra fikiran anda sedang melakukan proses penciptaan dengan alam semesta….”
“Banyak suatu penciptaan terjadi karena kelalaian anda, karena sebenarnya anda tidak meminta penciptaan itu terjadi, tapi karena sesuatu hal, anda tidak sengaja terus menerus memikirkan suatu kasus/kejadian/masalah yang menjengkelkan/menyulitkan/menyusahkan anda…sebenarnya anda sedang mencari solusi yang terbaik….Tapi karena anda secara konsisten memikirkan kasus tersebut, maka anda secara tidak sengaja telah menarik kasus serupa kedalam kehidupan anda dimasa depan….”
“Agar anda tidak melakukan penciptaan yang tidak diingini hanya karena lalai, maka anda harus selalu, terus menerus,…… mencari sisi positif, sisi yang menyenangkan dari setiap kejadian yang menyusahkan anda….dan anda harus segera membuang berbagai hal yang menyusahkan anda …”
“Berita baiknya, proses penciptaan oleh kekuatan alam fikiran anda, membutuhkan proses, membutuhkan waktu untuk mewujud kedalam kehidupan anda…karena itu anda masih ada waktu dan kesempatan untuk memperbaiki kelalaian anda…”
“Karena itu setiap malam menjelang tidur, anda harus selalu review apa yang anda pikirkan dan rasakan pada hari itu dengan tenang dan teliti…apakah anda merasa senang atau susah?…kalau anda merasa betul betul senang dan nyaman hari itu, berarti anda sudah melakukan pikiran positif, tapi kalau anda merasakan ada kesusahan, ada kegelisahan, apalagi ketakutan yang mencekam mengenai kesehatan,keuangan, pekerjaan dikantor, politk dsb, maka anda harus segera hapus semua kenangan negatif hari itu, dirubah dengan membuat kenangan yang positif…harus dilakukan sebelum tidur…karena kalau anda biarkan pikiran negatif tetap ada dalam pikiran anda dan terbawa tidur, maka pikiran negatif terakhir yang terbawa tidur itulah yang akan berproses penciptaannya dialam semesta dan akan mewujud kedalam kewidupan anda besok atau kemudian hari…”
Proses Penciptaan Hukum Tarik Menarik harus anda lakukan sebagai berikut:
1.“Anda harus melakukan permintaan, sebuah afirmasi kepada alam semesta melalui pikiran anda sendiri tentang apa saja yang anda betul betul inginkan mewujud dalam kehidupan anda sebagai sebuah pengalaman, sebuah takdir….” ….”Permintaan tersebut sebaiknya bertahap dari yang sederhana, yang kecil sampai setelah anda memiliki keyakinan yang mutlak, baru anda melakukan permintaan yang sangat spektakuler”…”Mengapa mulai dari yang kecil…? Ini agar anda lebih mudah menjadi percaya dan yakin bahwa permintaan/afirmasi yang anda minta bisa terwujud…”…” Tanpa kepercayaan dan keyakinan yang kuat akan terpenuhinya permintaan anda, maka permintaan/afirmasi andapun tak akan terwujud…jadi harus ada keimanan didalam pikiran dan hati anda…”
2.“Anda harus percaya dan yakin akan terwujudnya permintaan anda seperti anda percaya dan yakin bahwa Tuhan itu ada dan Maha Pemurah dan Maha Pencipta”…”Anda harus menyadari sepenuhnya, bahwa permintaan anda itu diproses melalui Hukum Tarik Menarik yang diciptakan Tuhan untuk memenuhi permintaan manusia…”..” Jadi anda tidak boleh meminta sesuatu kepada Hukum Tarik Menarik tapi anda sendiri tidak yakin….itu sama saja anda tidak percaya dan yakin terhadap Sang Pencipta Hukum Tarik Menarik yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa…”…Setelah anda percaya, jakin dan iman bahwa Tuhan akan memenuhi permintaan anda melalui Hukum Tarik Menarik, maka anda harus selalu memvisualisasikan seolah anda sudah menerima permintaan anda tersebut dalam wujud nyata…” Kalau anda sedang sakit sesuatu dan anda minta kesembuhan kepada Hukum Tarik Menarik. Anda harus memvisualisasikan diri anda dalam keadaan sehat walafiat…kalau anda sedang lumpuh, visualisasikan dalam fikiran anda bahwa anda bisa berjalan lagi seperti biasa, normal..dan semua ramalan dokter yang memvonis anda lumpuh seumur hidup adalah kekeliruan belaka….” “Peristiwa ajaib telah terjadi terhadap Moris Godman yang peristiwa kesembuhan nya dari sakit sangat parah, lumpuh total dll telah dijadikan salah satu adegan dalam film The Secret, dan dia dijuluki Manusia Ajaib…”
3.“Anda harus menerima dengan rasa syukur dan tulus ikhlas, semua kondisi anda sekarang, walau misalnya anda sedang berada dalam kondisi sangat parah…sakit berat, miskin, menganggur, terlilit hutang, terjangkit HIV aid, adict narkoba, tumor, kanker dlsb…( Syarat harus bersyukur dalam kondisi separah apapun inilah yang sangat sulit dilakukan oleh siapapun termasuk anda…tapi ini mutlak harus sanggup anda lakukan…tanpa rasa syukur yang tulus dan ikhlas, maka keajaiban Hukum Tarik Menarik tidak akan berproses dan tercipta untuk anda !!!)…
Pembaca yang budiman, ketiga syarat diatas, harus dilakukan dengan mutlak dan harus hati hati…terutama kelalaian yang sering terjadi karena karena anda terlalu ingin permintaan anda terkabul, terus terobsesi…lalu yang terjadi secara tanpa anda sadari, alam bawah sadar anda menyimpan rasa takut yang kuat , takut permintaan anda tidak terkabul…..Kalau ini terjadi, maka yang terjadi, …..apa yang mewujud kedalam hidup anda adalah apa yang anda takuti itu…
Karena itu, Dale Carnegie dalam bukunya Positive Thinking mengajarkan sebuah tips yang jitu yaitu: “Do The Best and Let God Takes The Rest..”…..maknanya adalah setelah anda melakukan permintaan/afirmasi secara baik dan benar, kemudian anda melakukan visualisasi dengan baik dan benar, maka anda harus berserah diri kepada Tuhan sepenuhnya (pasrah/tawakal/ikhlas akan apapun yang terjadi…)….maka Hukum Tarik Menarik akan berproses sesuai keinginan anda pula… http://tirtaamijaya.wordpress.com

HAM Pancasila: Jalan Tengah antara Kebebasan dan Tanggung Jawab Sosial

HAM Pancasila: Jalan Tengah antara Kebebasan dan Tanggung Jawab Sosial   I. Pendahuluan: Mengontekstualisasikan Hak Asasi Manusia di Indones...