Jumat

TUJUAN HAKIKI SETIAP PENGAMALAN ILMU GAIB

* TUJUAN HAKIKI SETIAP PENGAMALAN ILMU GAIB *

Hanya Alloh yang Menilai Setiap Dzaroh Amalan kita, namun secara Pribadi Alangkah Bijaknya bila hanya Ilmu Hikmah/Ilmu Haqeqat Tidak Disandarkan atas Pengamalan Yang hanya dibaca, di Wiridkan,di Puasai, namun ada beberapa Faktor dalam Menuju Ilmu Haqeqat & Hikmah, Sedangkan Seseorang menhendaki Kekuatan Illahi Insya alloh klo tidak salah hendaknya memperhatikan sbb:
1. AMALAN HENDAKNYA/SEBAIKNYA DITUJUKAN KARENA ALLOH SWT.

2. AKTIFITAS SESUATU AMALAN TIDAK LEPAS DARI ASPEK BONUS DARI SANG ILAHI YANG KEKUATANNYA UNTUK MENCAPAI MARDHOTILLAH.

3. DENGAN MENDEKATI DIRI KEPAD ALLOH SECARA ISTIQAMAH, SESEORANG DIMINTA/TIDAK PASTI TERSINGKAPLAH HIJAB ALAM GHAIB.

4. PENGERTIAN AMALAN DAN DZIKIR ADALAH INGAT KPD ALLOH YANG DI AKTUALISASIKAN DENGAN LISAN, HATI, DAN PERBUATAN.

5. SETIAP KITA MENGAMALKAN SECARA ISTIQAMAH PADA HAQEQATNYA MENABUNG ENERGI BATHIN.

6. METODE DZIKIR DAN BERAMAL SUATU ILMU TIDAK LEPAS DARI METODE ATAU ATRUAN TERTENTU YANG BERFUNGSI MEMBANTU PROSES PENCAPAIAN KEHENINGAN BERTAQARUB KPD ALLOH SWT.

7. KITA HARUS BANYAK BERTAFAKUR DAN PEKA DALAM MEMBACA DIRIKITA DAN TANDA-TANDA ALAM.

8. SEORANG YANG SUDAH PANDAI DAN MENGUASAI SESUATU ILMU TINGKAT TINGGI BIASANYA PANDAI MEMBACA SITUASI DAN MENGONDISIKAN SUASANA BATHIN.

9. BERGURULAH LANGSUNG KEPADA AHLINYA
Mengenai Amalan Dzikir Bacaan Sama dan Apa yang salah..?? Begitu Besar setiap Aktifitas bathin,rohani ataupun olah rohani para ahli ilmu Hikmah biasanya membekas sesuatu amalnnya bagi Pengamalnya Tergantung faktor pendorong, di umpamakan Surat AlIhlas di amalkan oleh seorang yang saleh berbeda ketika dibaca oleh orang awam, jadi yang menentukan bukan jenis amalannya, Tetapi dibalik amalan itu.
Misalnya:Si X bisa Membaca surat al ihlas dg 100ribu baru bisa membeli mobil, sedangkan si Z hanya menorehkan beberapa tanda tangan saja tetapi bisa membeli mobil. jwabannya adalah soal pangkat Keruhanian (Maqom) dan
 Ketaqwaan kpd alloh SWT, Semakin tinggi ketaqwaannya seseorang semakin Banyak mampu yang dilakukannya.
Begitupun dalam Berdoa dan beramal yang berkaitan dengan Ilmu Hikmah/Haqeqat berkaitan dengan Daya Supranatural(ghaib) pangkat dlm kerohanian menentukan hasil yang hendak diraihnya.
Seorang Guru Hikmah Berkata bahwa di dalam hati manusia itu terdapat 2 Wilayah yang satu dan yang lainnya saling bertempur untuk menguasai wilayah yg dimaksud adalah Daerah kekuasaan Khotir Syaethoni dan Khotir Maliki.
Harapan saya Percayalah Bahwa wirid itu menabung, meningkatkan Energi, dan kekuatan?..dalam suatu hadis Qudsi alloh berfirman Bahwa Mengingat Alloh dikala engkau suka (tidak ada bahaya ) menyebabkan Alloh akan mengingatkmu dikala susah.Itulah pula yang membuat para ahli hikmah Berupaya menyimpan Energi.
Sesuai dengan yang diriwayatkan Rosululloh SAW: Tidak Ada Sesuatu yang paling mulia dipandangan Alloh SWT Selain berdoa kpdnya, sedangkan kita dalam keadaan lapang. Terbukti orang2 yang rajin mengamalkan wirid2 tertentu, semakin padatnya intensitasnya , Semakin sering Mengalami Hal-hal ajaib yang secara nalar hali itu mampu dilakukan.

Belajar dari Tri Dharma Priksa

* Belajar dari Tri Dharma Priksa *

Tri Dharma Priksa mungkin merupakan sesuatu yang baru dalam ajaran Kejawen. Disebut dengan Tri Dharma Priksa karena memiliki arti tiga ( tri ), jalan hidup ( dharma ), tahu ( priksa ). Jadi Tri Dharma Priksa itu sendiri bermakna tiga jalan hidup yang harus diketahui. Yang dimaksud dengan jalan hidup di sini adalah 3 unsur dalam tubuh manusia yang perlu diketahui kebutuhannya.

Perlu dikaji lebih jauh bahwa manusia itu memiliki 3 unsur dalam kehidupan dunia ini. Ketiga unsur besar dalam tubuh manusia tersebut tetap melekat pada manusia hingga manusia itu kembali ke pangkuan GUSTI ALLAH. Ketiga unsur tersebut adalah RAGA, BATIN dan SUKMA. Dalam ajaran Tri Dharma Priksa, Raga, Batin dan Sukma memiliki kebutuhan sendiri-sendiri. Apa saja kebutuhan Raga, Batin dan Sukma itu.

Raga adalah unsur pada manusia yang memiliki kebutuhan terbilang banyak. Banyaknya kebutuhan dari Raga tersebut contohnya adalah: perlu makan, minum, berpakaian, menggunakan wangi-wangian, berpacaran, menikah dan lain-lainnya. Banyaknya kebutuhan Raga tersebut memang sudah merupakan kepastian dari GUSTI ALLAH bahwa dunia ini diciptakan gumebyar agar manusia bisa memenuhi kebutuhannya khususnya kebutuhan Raga.

Sementara itu, Batin dalam diri manusia juga memiliki kebutuhan yang tidak sebanyak kebutuhan Raga. Kebutuhan dari Batin terbilang lebih abstrak contohnya kebahagian, ketentraman, manembah pada GUSTI ALLAH agar meraih ketenangan dalam hidup dan lain sebagainya.

Sedangkan Sukma cenderung memiliki dua kebutuhan. Kebutuhan dari Sukma adalah tetap tinggal dalam Raga atau saatnya untuk meninggalkan Raga. Dua kebutuhan dari Sukma inilah yang menentukan manusia tetap hidup atau harus kembali ke pangkuan GUSTI ALLAH.

Ketiga unsur pada manusia tersebut memiliki hubungan antar satu dengan lainnya. Hubungannya cenderung lebih erat. Kalau kebutuhan Raga terganggu, maka Batin akan merasa sakit dan bisa-bisa membuat Sukma tidak betah lagi tinggal dalam Raga.

GUSTI ALLAH menciptakan unsur-unsur yang lengkap dalam diri manusia. Dengan kelengkapan yang ada pada diri manusia sejak lahir hingga meninggal, GUSTI ALLAH ingin setiap manusia mengenaliNYA. Dengan mengenali semua unsur yang ada pada diri manusia, maka manusia itu sudah mulai mencari jati dirinya dan hal itu sama saja ia sudah mencari dan mendekati GUSTI ALLAH.

Belajar Mencapai Titik Nol

* Cara Mencapai Titik Nol *

bahwa Nol merupakan kunci untuk mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH. Bagi pemula dalam hal meditasi atau samadhi sangatlah sulit untuk bisa mencapai kondisi Nol. Tetapi bagi sudah pernah mengalaminya, maka akan dengan mudah mencapai kondisi Nol karena sudah hafal betul dengan cara untuk mencapai kondisi tersebut.

Mengapa harus kondisi Nol. Pada kondisi pikiran yang Nol, manusia sudah tidak terpikirkan lagi pada kebutuhannya, angan-angannya, keinginannya, nafsunya dan lain sebagainya. Otak menjadi istirahat. Seorang teman pernah berkata mengenai kondisi Nol itu dengan mengatakan," meneng tanpa mikir iku susah " ( berdiam diri dalam meditasi tanpa memikirkan apapun ).

Kuncinya adalah berlatih secara kontinyu. Dengan begitu, maka kondisi itu akan bisa dirasakan setiap manusia. Langkah yang harus ditempuh adalah carilah posisi duduk yang relaks dan usahakan badan tegak. Sebelum melakukannya, mintalah perlindungan dan pengayoman terlebih dulu pada GUSTI ALLAH.

Setelah itu, pejamkanlah mata. Saat Anda memejamkan mata, maka pikiran Anda akan bergerak kesana-kemari. Umumnya, ketika berdiam diri pikiran akan menggoda dengan mengatakan berbagai kewajiban yang harus kita lakukan. Contohnya: " uang sekolah belum dibayar ", " susunya anak sudah habis ", " waktunya membayar hutang " dan lain sebagainya yang menggoda konsentrasi kita untuk menuju ke titik nol.

Kalau Anda mendapat godaan seperti itu, maka biarkanlah pikiran itu bercerita sepuasnya. Tetapi Anda jangan berlarut-larut mendengarkan perkataannya. Yang penting Anda mengetahui kewajiban yang harus Anda lakukan dari apa-apa yang dikatakan pikiran. Setelah tahu semua yang dikatakan pikiran, maka kendali ada pada diri Anda.

Jika sudah mengetahui semuanya, katakanlah pada pikiran," semua diam ". Maka Anda akan kembali lagi ke titik konsentrasi. Dalam konsentrasi itu tidak ada lagi yang Anda pikirkan. Semuanya tertuju pada satu titik. Tidak ada lagi permasalahan duniawi. Yang ada hanya keinginan untuk mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH.

Pada saat itulah, Anda akan lebih berkonsentrasi secara intens lagi. Konsentrasi yang terbilang lebih dalam sehingga Anda tidak lagi merasa digigit nyamuk atau gatal pada kulit Anda. Semuanya terasa mati. Lambat laun kesadaran Anda akan berkurang dan ANda bak merasa ngantuk tetapi tidak tertidur. Apabila diteruskan, maka Anda akan mencapai titik nol dimana hanya terasa ketentraman dan kedamaian yang dalam.

kesurupan

* kesurupan *

Gejala kemasukan setan kerap terjadi ketika seseorang, berada pada tempat dan waktu yang salah. Biasanya seseorang yang kemasukan setan tersebut pikirannya dalam keadaan kosong , kondisi tubuhnya sedang lelah serta iman yang kurang kuat.
Keadaan ini akan dapat dengan mudah dimanfaatkan oleh kekuatan gaib yang biasanya tidak dapat terkendali oleh orang yang kesurupan itu. Pada umumnya orang yang kemasukan setan memiliki prilaku aneh dengan ciri-ciri seperti dibawah ini:

- Tatapan mata tajam, kosong lurus kedepan.
- Suaranya berubah menjadi datar tanpa intonasi.
- Mampu menjawab pertanyaan yang berbau paranormal.
- Kekuatan fisiknya melebihi kekuatan yang sebenarnya.
- Dan pada tingkatan tertentu, orang yang kemasukan setan mampu berbuat sesuatu yang tak lazim seperti terbang, melempar orang yang ada disekitarnya dengan sekali gerakan tangan dan lain sebagainya.
- Biasanya mereka mengeluarkan buih (busa) dari mulutnya dengan mata mendelik hingga terlihat putihnya saja
  
Apakah kesurupan bisa direkayasa………??

Kemungkinan untuk direkayasa bisa, tapi bukan dari orang yang kerasukan itu sendiri. Biasanya dilakukan oleh pihak luar (orang lain dengan maksud negatif) dan itu bisa dilakukan oleh seorang ahli dengan menggunakan kekuatan gaib (mistik). Sebutan untuk ‘orang ahli’ ini biasa disebut “dukun santet”.

Apakah kesurupan bisa diobati………??

Hampir semua orang yang kesurupan bisa diobati, orang yang bisa mengobati biasanya disebut “orang pintar” seperti guru agama, atau orang yang memiliki kekuatan gaib tapi digunakan untuk kebaikan bukan “dukun santet” yang cenderung untuk kejahatan.

Bagaimana mencegahnya agar tidak kesurupan……??

Yang paling tepat untuk mencegahnya;
1. Jangan biarkan diri Anda dalam keadaan kosong (melamun)
2. Hindari tempat-tempat yang bisa dikatakan angker.
3. Jangan mempunyai kebiasaan berbicara atau teriak-teriak sembarangan. Lihat tempat dan waktu ketika anda berbicara atau berteriak-teriak (ketawa keras/ngakak).
4. Jangan menantang alam (seperti gunung, laut, hutan dsb) atau roh halus. Jangan sesumbar.
5. Dekatkan selalu diri Anda kepada Tuhan YMK.

Kenapa mahluk halus masuk ke tubuh manusia? Apa tujuannya……??

Banyak alasan kenapa mahluk halus merasuki tubuh manusia. Biasanya mahluk gaib tersebut akan merasuk ketubuh manusia jika lingkungan atau tempat tinggalnya di usik oleh mahluk lain baik manusia atau binatang. Sebutan untuk mahluk gaib yang mendiami suatu tempat adalah “penunggu”. Tujuannya hanya sekedar mengingatkan bahwa tingkah laku orang yang di rasuki oleh penunggu tempat, dianggap telah mengusik ketenangannya. Ada juga yang ingin sekedar menyampaikan suatu pesan yang tidak sempat ia ungkapkan ketika masih hidup di dunia, yang kerap disebut arwah gentayangan.

MEDITASI

* MEDITASI *

Konsep mengenai Ruh.
Manusia terdiri dari dua unsur, yaitu Ruh atau Jiwa dan Raga atau Badan tempat ruh itu berdiam. Tentunya ini disamping akal pikiran yang telah diberikan Allah kepada manusia.Ruh tidak mengenal kondisi fi sik seperti sakit, berdarah karena perlukaan dsb, sedangkan raga tidak mengenal kondisi ruh yang bersifaat kejiwaan. Tetapi kedua unsur ini saling berkaitan satu sama lainnya, yang menandakan kemanunggalan antara ruh dan raga dari simanusia itu sendiri. Seperti contohnya orang yang sakit-sakitan secara fi sik, maka jiwanya cenderung lebih perasa dsb.
Dalam kondisi normal, ruh dan jiwa mendapatkan bagian yang seimbang.Sehingga upaya untuk meningkatkan kondisi tertentu seperti unsur ruh yang dominan dalam diri manusia, akan memberikan dampak yang supra rasional,seperti menghilangnya sifat material dari raga kita. Sebagai contoh, orang yang telah berhasil meningkatkan unsur ruh yang ada dalam dirinya mendekati titik dominan, maka orang tersebut akan mendapatkan kekebalan dalam artian sifat-sifat raga seperti berdarah, sakit dsb. bisa diminimalisir sedemikian rupa, sehingga unsur raganya sesungguhnya telah tergantikan oleh unsur ruh yang ada pada manusia tersebut.
Ternyata, dengan pengolahan ruh yang sedemikian rupa dalam diri manusia tersebut, disamping meminimalisir gejala raga, juga meningkatkan kadar kepekaan bathin kita. Karena bathin, yang bersemayan dalam ruh manusia, dapat dengan leluasa memanfaatkan indera-indera yang ada dalam raga untuk dapat merasakan atau menangkap gejala-gejala alam secara lebih baik dan sempurna.
Untuk konkritnya mengenai hal ini mari kita lakukan latihan peningkatan unsur ruhani dalam diri manusia dengan metode-metode berikut:

Metode I, penguasaan Ruh dalam diri manusia.
Latihan I : Mencapai ekstase dengan teknik pernafasan dan dzikir.

Ekstase adalah suatu kondisi dimana, kesadaran manusia mulai lepas secara spiritual, dan mulai memasuki kondisi nonmaterialistik.

Cara melatih:
1.Aturlah tubuh pada posisi yang paling rileks dan memungkinkan kita untuk berlama-lama pada posisi tersebut tanpa mengakibatkan efek-efek yang dapat mengganggu jalannya latihan, seperti kesemutan, kram dsb.
2.Mulailah dengan membaca doa-doa perlindungan, untuk muslim dapat membaca Ayat Kursyi, atau membaca doa lainnya menurut yang dipercayai.
3.Mulailah berdzikir Allah... Allah... dengan cara sebagai berikut: Allah yang pertama tarik nafas, Allah yang kedua buang nafas sambil dihentak.
4.Untuk meningkatkan konsentrasi, maka mata dapat ditutup, sambil berdzikir secara lantang.
5.Lakukan selama 5 sampai 10 menit. Ini untuk memasuki tahap ekstase.

Penjelasan:
Teknik pernafasan dengan dzikir ini untuk memaksa raga agar cepat merespon kekondisi ekstase, agar latihan selanjutnya, yaitu memaksimalkan unsur ruh dalam diri kita dapat terlaksana dengan mudah.

Latihan II : memaksimalkan unsur Ruh dalam diri.
Mulai “merasakan” unsur ruh.

Latihan berikut dilakukan segera setelah metode I tadi selesai kita laksanakan.

1.     Atur pernafasan agar kembali normal, dan tubuh kembali rileks.
2.     Atur tangan kita ditengadahkan keatas seperti hendak berdoa dalam cara Is lam.
3.     Tutup mata, sambil merasakan getaran yang sangat halus pada ujungujung jari tangan kita, dimana semakin dirasakan, getaran-getaran tersebut makin menguat seperti aliran setrum yang sangat kecil tetapi dapat kita rasakan. Getaran ini seperti denyut-denyut halus pada pembuluh darah ujung jari kita.
4.     Mulailah menarik getaran tersebut kepangkal lengan, pundak, leher, kepala, kemudian jalarkan keseluruh tubuh.
5.     Gejala awal yang umumnya terjadi adalah tubuh terasa kebas, baal, atau yang sejenisnya, dimana menandakan sifat raga yang materialistik tersebut mulai tergantikan.
6.     Yakinkan dengan mencubit atau menusukkan dengan jarum, atau bahkan melakukan irisan dengan silet pada tubuh kita dimulai dari rambut dan kebagian tubuh lainnya. Bila kita masih merasakan sakit, atau terjadi perlukaan yang mengakibatkan terjadi pendarahan, maka latihan kita belum sempurna, maka ulangilah dari latihan I diatas.
7.     Proses diatas bisa saja dihilangkan, bila keyakinan kita dengan menjalarkan getaran tersebut keseluruh tubuh kita anggap telah cukup.

Penjelasan:
Pada latihan ini, sesungguhnya kita sedang mengerjakan proses pemaksimalan unsur ruh yang ada dalam diri manusia. Getaran yang kita rasakan tersebut adalah gejala dimana unsur-unsur materialistik sedang berangsur berkurang, sehingga pada akhirnya unsur ruh menguasai seluruh diri kita.

Tujuan:
Tujuan latihan ini adalah membangkitkan unsur dominan ruh pada diri manusia sehingga tercapai kondisi nonmaterialistik, dimana sifat-sifat raga pada diri mulai tergantikan oleh nilai-nilai ruh. Dengan dapat merasakan unsur ruh, maka kepekaan kita akan meningkat pada titik maksimal, yang nantinya
akan kita pergunakan untuk latihan disesi berikutnya.
Konsep mengenai Aura

Banyak pemahaman mengenai aura ini, tetapi mari kita sederhanakan saja agar sesuai dengan maksud pelatihan kita. Aura bisa diartikan sebagai perbawa, yaitu sifat-sifat manusia yang memang merupakan bawaan sejak kita dilahirkan. Aura seseorang bisa saja dirasakan oleh orang lain tanpa disadari oleh orang tersebut. Sebagai contoh, orang yang sedang marah, maka hawa amarahnya dapat dirasakan oleh orang lain, walaupun orang yang sedang marah tersebut tidak menampakkan ekspresi marah, tetapi hawanya telah membuat orang disekitarnya merasa takut atau enggan. Begitupun orang yang memiliki aura menyejukkan, maka orang-orang yang ada disekitar orang yang
memiliki karakter aura tersebut akan merasa sejuk dan tenang, walaupun orang tersebut tidak berkata-kata atau mengeluarkan senyum sekalipun.

Aura pada kondisi normal, dimana orang tersebut sedang rileks dan tidak dalam suatu kondisi apapun akan dapat menampilkan sifat asli dari orang tersebut, yang memang sesungguhnya bawaan dari sejak lahir. Dengan kombinasi pemaksimalan ruh yang baik, maka kondisi bawaan aura
seseorang dapat dirubah sedemikian rupa hingga memancarkan sifat-sifatAl lah yang baik-baik, yang dapat dirasakan oleh orang lain disekitarnya.

Aura, tidak hanya dimiliki oleh manusia, tetapi semua ciptaan Allah memiliki aura. Entah itu benda mati, binatang atau apapun memiliki aura yang berbeda dan bersifat unik satu dengan yang lainnya. Karena keunikannya itulah kita dapat “menggambar” getaran aura yang dimiliki oleh manusia, benda atau makhluk lain bahkan suatu kejadian disuatu lokasi, dengan latihan yang benar tentunya.

Metode I, “merasakan” Aura.
Latihan I : Membaca aura orang lain.
Membaca aura orang lain dapat kita lakukan bilamana kita telah menguasai latihan pada sesi I secara sempurna. Konsepnya adalah dengan dapat merasakan diri sendiri, tentunya merasakan sesuatu diluar diri sendiri menjadi mudah. Merasakan getaran aura orang lain misalnya, dapat saja kita laksanakan bilamana pengaruh kepekaan diri kita telah berhasil kita tingkatkan. Sehingga sekecil apapun getaran yang terasa diluar diri kita dapat terdeteksi secara mudah.

Latihan berikut ini dapat kita pakai untuk dapat membaca sifat-sifat dominan dari orang lain yang memang merupakan sifat bawaan. Untuk memudahkan latihan kita, maka kita dapat menyamakan konsep kita mengenai sifat-sifat yang umumnya dimiliki oleh orang lain, yaitu :

1.     Bijaksana - Mutmainah, kita lambangkan dengan warna Kuning, posisinya ada di Jari Jempol tangan dan daerah sekitar Paru-paru. Posisi ini maksudnya adalah ketika kita merasakan aura seseorang, maka getaran aura yang terbesar adalah dari daerah tersebut.
2.     Pintar - Mulhimah - Hijau - Jantung atau diatas Perut.
3.     Kaya - Aluamah - Hitam - Perut atau Jari Telunjuk Tangan.
4.     Berkedudukan - Sufi yah - Putih - Ginjal atau Jari Manis Tangan.
5.     Semangat/Ambisius - Amarah - Merah - Hati, telinga atau Jari Kelingking tangan.

Maksud dari menyamakan konsep kita mengenai warna dan aura ini sematamata agar terjadi persamaan pandangan mengenai arti masing-masing warna pada arti aura yang akan menjadi latihan kita nantinya, juga konsep warna itu kita pakai untuk latihan kita pada sesi-sesi selanjutnya.

Cara berlatih :

1.     Kerjakan latihan pada Sesi I secara keseluruhan.
2.     Kalau tadinya unsur ruh dominan pada seluruh tubuh, kali ini pusatkan getaran ruh kita tersebut hanya pada telapak tangan bagian dalam saja. Ciricirinya adalah telapak tangan kita terasa kebas, baal dsb. yang menandakan konsentrasi ruh kita terpusat pada telapak tangan tersebut, dan juga berarti menunjukkan lokasi kepekaan kita yang paling tinggi.
3.     Arahkan telapak tangan kita keseluruh tubuh orang yang akan kita deteksi. Rasakan perbedaan rasa yang ada ditelapak tangan tersebut pada lokasilokasi yang disebutkan diatas.

Tujuan :
Dengan mengkonsentrasikan titik kepekaan ketempat yang terbatas, maka pusat kepekaan dapat kita tingkatkan untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal.

Latihan 2 : Merasakan aura makhluk gaib yang
ada dipusaka.
Pancaran aura makhluk gaib berbeda dengan aura yang ada dialam kita. Makhluk gaib hampir tidak dapat dirasakan dengan menggunakan kepekaan biasa, tetapi kita mulai mengerahkan seluruh kemampuan indera kita untuk dapat menangkap getaran makhluk gaib tersebut. Yang umumnya terjadi dan dapat kita lakukan untuk latihan kita adalah merasakan debaran jantung yang mengiringi rasa yang diterima oleh sensor kita, seperti telapak tangan contohnya. Debaran ini bahkan biasanya diikuti dengan terbangunnya bulu-bulu disekitar daerah sensor kita. Umpama bila kita menggunakan telapak tangan untuk mendeteksi keberadaannya, maka bulu-bulu disekitar tangan akan bangun/merinding, diikuti dengan debaran jantung yang meningkat secara tiba-tiba.

Cara latihan :

1.     Lakukan latihan seperti pada sesi I & II.
2.     Arahkan sensor kita, dalam hal ini telapak tangan, pada pusaka yang hendak kita deteksi.
3.     Tutup mata, untuk meningkatkan kepekaan rasa kita, dan rasakan bagaimana getaran dan detak jantung yang tiba-tiba meningkat diikuti merinding/ bangunnya bulu-bulu disekitar tangan kita.
4.     Bila kita merasakan sensasi atau fenomena tertentu segera buka mata kita.Untuk muslim segera membaca Istighfar, untuk non muslim bisa segera menahan nafas untuk beberapa saat.

Tujuan :
Pada latihan ini, kita belajar mendeteksi aura dari makhluk gaib dimana manfaat pusaka tersebut dapat kita ketahui berdasar arti/warna yang terdeteksi.

Meningkatkan kualitas kepekaan dengan dzikir atau cara lain.

Kualitas kepekaan dapat terus kita tingkatkan dengan berlatih secara rutin dan terus menerus, maupun dengan menggunakan cara-cara khusus. Cara-cara khusus yang dimaksud adalah suatu metode untuk meningkatkan kualitas kepekaan maupun kadar kemampuan bathin dalam mengolah getaran yang diterima.

Meningkatkan kualitas kepekaan, berarti akan memudahkan kita untuk mengikuti kelas pelatihan berikutnya, sehingga sesi ini dianggap penting untuk dapat dilaksanakan oleh seluruh peserta pelatihan.


Metode I : Meningkatkan kepekaan dengan
berdzikir.
Dzikir dipercaya dapat meningkatkan kualitas keimanan kita, orang yang suka berdzikir secara istiqomah, terus menerus dan rutin dikerjakan, dipercaya akan memperoleh hikmah dari Tuhan Yang Maha Esa berupa pengetahuan yang tersembunyi. Berdzikir tentunya harus dimulai dengan niat. Niat disini menentukan hikmah yang ingin kita dapatkan. Dzikir yang biasanya dibaca untuk meningkatkan kepekaan adalah membaca dzikir Hawqollah yaitu: La Hawla Walaa Quwwaata Illa Billaahil Aliyyul
Adzhiim.

Mengenai jumlahnya tidak ditentukan, selama mengikuti pelatihan ini, sekiranya dapat, maka bacalah dzikir ini diwaktu senggang, setelah sholat, atau memang meluangkan waktu khusus untuk membacanya, seperti setelah selesai sholat tengah malam, misalnya. Bacalah sebanyak yang kita mampu, jangan meneruskan bacaan bilamana hati kita sudah mulai berkurang keikhlasannya, dan selalu memulai dzikiran ini dengan niat. Niat yang dibaca disarankan sebagai berikut :

Ya Allah, dzikirku ini untuk meningkatkan iman dan taqwaku kepada Mu,
juga berikanlah aku hikmah berupa pengetahuan yang gaib.

Metode II : Mengerjakan latihan ditempat
terbuka.
Bagi yang biasa mengerjakan latihan-latihan pada sesi sebelumnya, tentunya kita mengerjakan ditempat tertutup atau dalam bangunan. Entah itu dikamar kita, dimasjid atau musholla, atau tempat lain yang memang tertutup, maka membiasakan mengerjakan latihan ditempat terbuka seperti dihalaman rumah, pegunungan, pantai, ditengah lautan atau tempat-tempat lain yang intinya ditempat atau alam terbuka. Kegiatan tirakatan yang biasa dikerjakan ditempat kami merupakan cara yang efektif untuk melatih peningkatan kualitas kepekaan kita. Karena kegiatan tirakatan tersebut biasanya diadakan ditempat/alam terbuka, dan dalam kondisi yang cukup ekstreem seperti dingin yang sangat atau panas yang cukup.

Tujuan :
Kegiatan latihan yang kita kerjakan diluar ruangan, khususnya di alam terbuka akan merangsang radar kepekaan kita ketingkat yang lebih tinggi. Alam terbuka mengandung jutaan getaran yang berbeda, dimana bathin kita secara otomatis akan terlatih untuk memisahkan getaran-getaran yang kita tangkap tersebut kebentuk pengetahuan yang berguna untuk kita.

Penutup
Melatih kepekaan rasa, merupakan dasar untuk meningkat ke pelatihanpelatihan kita selanjutnya. Dengan kepekaan rasa yang cukup, kita dapat mengetahui, menganalisa, dan memanfaatkan informasi yang kita dapat dari penginderaan/pendeteksian berdasar kepada kepekaan bathin yang kita miliki. Setelah pelatihan ini, para peserta pelatihan diharapkan dapat melakukan pendeteksian atas keberadaan benda-benda, keberadaan makhluk gaib, aura/ perbawa yang dominan pada seseorang, maupun mengetahui manfaat pusaka. Bahkan hal-hal lain yang tanpa kita sadari telah kita peroleh, yang semata-mata karena rahmat yang kita terima dari Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi perlu disadari, bahwa kemampuan yang kita miliki ini haruslah kita pergunakan untuk hal-hal yang baik, serta tidak bertentangan dengan kaidah agama, serta harus jauh dari kemungkinan untuk bersifat fi tnah, syirik apalagi murtad kepada agama yang kita anut. Semua ini harus disadari sebagai upaya kita untuk meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pelatihan kepekaan rasa ini masih jauh dari selesai. Karena setelah rasa maka kita dapat meningkat kepelatihan kepekaan gerak, asa/hati, menyalurkan kehendak dst. sehingga apa yang kita harapkan dari pelatihan kepekaan ini
dapat kita peroleh secara maksimal.

Sering-seringlah berdiskusi dengan pelatih, untuk mendapatkan hasil yang sempurna. Juga, banyaklah berlatih secara konsisten dan terus menerus. Memperbanyak dzikir, secara signifi kan akan memberikan dampak yang luar biasa kepada kepekaan kita, disamping tentunya meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Memahami Sosok Pandawa & Kurawa di Tubuh Manusia

* Memahami Sosok Pandawa & Kurawa di Tubuh Manusia *

Pernahkah Anda mendengar nama Pendawa Lima. Sesuai dengan namanya, maka sosok Pendawa juga berjumlah 5 orang. Mereka adalah Yudhistira, Bima / Werkudara, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Bagi para pelaku spiritual, umumnya sudah mengetahui adanya jagad ageng ( alam semesta ) dan jagad alit ( yang ada dalam tubuh manusia ). Bahkan bagi pelaku spiritual juga sudah memahami bahwa dalam jagad alit tersebut juga terdapat jagad ageng. Biasanya pengenalan itu berlanjut dengan menggulung jagad ageng ke dalam jagad alit.

Nah, berkaitan dengan menggulung jagad ageng ke dalam jagad alit, maka para pelaku spiritual juga akan memahami bahwa sosok-sosok pendawa lima yang disebutkan di atas juga terdapat dalam tubuh kita. Bisa juga diartikan bahwa Pendawa lima merupakan simbol yang diberikan GUSTI ALLAH pada manusia. Bahkan setiap manusia memiliki Pendawa Lima di dalam tubuh mereka masing-masing. Dimanakah posisi sosok-sosok Pandawa Lima itu dalam tubuh manusia?

Yudhistira - sebagai pemimpin Pandawa - adalah merupakan simbol dari OTAK manusia. Dapat diartikan bahwa manusia itu dipimpin oleh otaknya. Jika ingin hidup tenang dan mulia maka pergunakanlah otak kita untuk berpikir dan mencapai derajad ketenangan dalam hidup.

Bima/Werkudara - sosok kedua Pandawa - adalah sosok yang tinggi besar dan penuh keberanian. Sosok Bima tersebut merupakan simbol dari MATA manusia. Apabila seseorang memandang orang lain dengan tajam, maka ia akan tampak lebih berani menghadapi kehidupan ini. Siapa orang yang nggak merasa takut jika kita dipelototi oleh orang lain.

Arjuna - Sosok Arjuna juga dikenal sebagai sosok penengah Pandawa. Dimana lokasi Arjuna dalam tubuh manusia. Arjuna dikenal sangat gemar untuk bertapa, menyendiri, bersamadhi. Ia senantiasa rajin untuk mengheningkan ciptanya di hutan-hutan belantara. Nah, sosok Arjuna tersebut juga ada dalam diri tepatnya di HATI KECIL setiap manusia atau yang umum disebut hati nurani. Manusia diharapkan untuk senantiasa mendengarkan hati kecilnya guna memahami kebenaran dalam hidup ini. Hati kecil manusia tidak pernah berbohong. Ia akan senantiasa mengatakan sejujurnya seperti perilaku Arjuna.

Nakula dan Sadewa - adalah sosok Pandawa yang kembar. Hal itu adalah merupakan simbol dari kembarnya BUAH ZAKAR (pelir) manusia laki-laki dan INDUNG TELUR bagi perempuan. Tanpa adanya buah zakar maka manusia tidak akan pernah bisa membuahi pasangannya guna memiliki keturunan. Buah Zakar sangat penting untuk menyebarkan benih-benih keturunan manusia.

Timbul pertanyaan, jika sosok-sosok Pandawa Lima dapat disimbolkan dalam tubuh manusia, bagaimana dengan sosok Kurawa?

Seperti diketahui Kurawa adalah berjumlah 100 orang. Sosok Kurawa tersebut dikenal sebagai sosok yang bersifat negatif. Mereka suka menghasut, menimbulkan kebencian, menciptakan rasa iri dan dengki dan lain-lain yang memiliki sifat negatif. Dimanakah sosok-sosok Kurawa tersebut dalam tubuh manusia? Sosok Kurawa itu berada dalam HATI BESAR manusia. Hati besar manusia senantiasa dipenuhi dengan sifat-sifat negatif dan hawa nafsu yang senantiasa membuat kerusakan.

Nah, dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan, bagaimana manusia bisa menonjol sifat-sifat negatif dalam diri mereka, karena HATI KECIL sebagai tempat Arjuna harus berperang melawanHATI BESAR sebagai tempat Kurawa. Oleh karena itu, manusia kebanyakan lebih suka mendengarkan hati besarnya saja karena hati kecil hanya ada satu orang yaitu Arjuna yang harus menghadapi sosok 100 orang Kurawa.

MENEMBUS RUANG GAIB YANG TERSUCI DI LAPISAN CAHAYA MAHA CAHAYA

* MENEMBUS RUANG GAIB YANG TERSUCI DI LAPISAN CAHAYA MAHA CAHAYA *

Meneruskan laku spiritual hingga tingkat tertinggi tidak boleh meninggalkan syariat. Misalnya, saat saya memeluk agama Islam, untuk mencapai taraf makrifat maka saya tidak boleh meninggalkan syariat sholat lima waktu. Banyak orang berpendapat, bila sudah mencapai taraf spiritual yang tinggi maka diperkenankan untuk meninggalkan syariat yang merupakan “kulit” untuk meraih makrifat atau “isi”. Bagi saya, orang yang demikian berarti belum mampu menghayati dan menyelami hakikat “sangkan paraning dumadi” yang sejati.

Hidup adalah proses belajar. Belajar menghayati semua fenomena hidup sehingga kita akhirnya bisa meminum segarnya menjadi wakil dan utusan Tuhan di bumi.Tubuh fisik kita terbuat dari empat anasir (air, api, udara, tanah) dan panca skanda. Untuk mencapai pencerahan sempurn, kita (orang-orang yang membina diri) menggunakan tubuh fisik (bagian dari diri kita yang semu) untuk menemukan diri kita yang sejati (diri sejati/guru sejati). Kita melahih diri kita terus menerus sehingga sifat diri sejati kita menampakkan diri. Penekanannya adalah kata MEMBINA DIRI.

Makrifat adalah satu momentum. Bukan kondisi yang berlangsung tetap. Meskipun kondisi spiritual kita telah mencapi tahap ini, namun itu tidak berlangsung tetap melainkan terjadi pada saat-saat khusus. Sementara tubuh fisik kita harus terus dilatih untuk mencicipi saat-saat untuk ekstasis itu. Sholat adalah bentuk meditasi (visualisasi) tertinggi dalam Islam. Dengan sholat, diri sejati akan menampakkan diri di hadapan kita dalam bentuk gerakan-gerakan sholat. Maka, sholat sebenarnya adalah bentuk latihan fisik dengan metode “menggunakan jasad fisik yang palsu untuk melatih yang asli.”

Penolakan para spiritualis untuk sholat, karena mereka secara epistemologis salah anggapan. Mereka beranggapan bahwa dunia ini sesungguhnya sesuatu yang riil dan terlepas dari pengamatan kita (realisme mutlak). Padahal dunia adalah berasal dari pikiran (idealisme) sehingga secara filsafati, tidak akan muncul kontroversi apabila kita melakukan syariat dengan benar.

Ya, syariat dengan tetek bengek ritualnya adalah sesuatu yang semu. Begitu juga dengan KEBENARAN sebenarnya adalah sesuatu yang semu. Namun dengan membayangkan bahwa hal tersebut tidak semu, maka benar-benar terjadi bahwa hal tersebut tidak semu. Supaya hal itu menjadi efektif, maka kita harus memiliki KEYAKINAN bahwa sholat, zakat, puasa, pergi haji dan syariat Islam lainnya adalah suatu hal yang bernilai dan nyata. Perlu diketahui bahwa Tuhan sebagai subyek persembahan kita sebenarnya.

memang menginginkan agar kita menyadari obyektivitas diri kita. Bahwa kita adalah obyek-Nya, merasa “diamati” oleh Sang Maha Subyek, sehingga secara etis dan filosofis adalah sebuah tindakan yang benar bilakita melaksanakan syariat untuk menyampaikan rasa hormat dan ikhlas kita kepada Tuhan.
Maka, dalam konteks itu akan terpetakan dua hal: OBYEK (hamba/kawulo) dan SUBYEK (Tuhan/Gusti./Ingsun). Keduanya memiliki tujuan dan kehendak yang berbeda. Sehingga untuk mencapai MANUNGGALING KAWULO GUSTI, tidak ada cara lain selain harus ada KESEPAKATAN antara subyek dan obyek. Kesepakatan itu bisa terjadi saat sang obyek harus manembah/sujud kepada subyek karena hanya subyeklah semua ini KUN atau terjadi. Obyek ada karena diadakan oleh Subyek. Subyek satu-satunya dasar kenyataan sehingga ketika kita (Obyek) melakukan dan menjalankan syariat, yang terjadi sesungguhnya yang terjadi adalah kita meluluhkan obyektivitas kita untuk bermanunggal menjadi subyek sejati.
Menundukkan kepala, menempelkan wajah di sajadah, menyebut nama Allah dan membayangkan bertemu serta berkomunikasi dengan Allah, semuanya itu agar mempunyai tujuan yang sama yaitu melatih kekuatan kemauan dan pikiran kita.  Bersujud saat sholat dengan menggunakan kekuatan pikiran secara hakiki adalah sebuah kunci pembuka hijab mata kita agar terbuka pada Kehadiran-Nya yang Maha Dekat di dalam ruang gaib yang tersuci di lapisan Cahaya Maha Cahaya.

http://kspiritual.blogspot.com/2011/12/menembus-ruang-gaib-yang-tersuci-di.html

HAM Pancasila: Jalan Tengah antara Kebebasan dan Tanggung Jawab Sosial

HAM Pancasila: Jalan Tengah antara Kebebasan dan Tanggung Jawab Sosial   I. Pendahuluan: Mengontekstualisasikan Hak Asasi Manusia di Indones...