Sunan Kalijaga alias Sunan Kalijogo
merupakan seorang tokoh Wali Songo yang sangat lekat dengan umat Muslim
Nusantara terutama di Pulau Jawa, karena performanya memasukkan pengaruh
Islam ke dalam tradisi Jawa. Makam beliau berada di Kadilangu, Demak.
Wejangan Jawa, yang diajarkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga : kata kata wejangan dari kanjeng sunan kalijaga yang sangat menyejukkan hati.
1. Memayu Hayuning Bawono, Ambrasto dur Hangkoro :
(Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).
2.Urip Iku Urup :
(Nasib itu Nyala, Nasib itu hendaknya memberi kegunaaan bagi orang lain dikurang lebih kita, terus besar kegunaaan yang dapat kami berbagi pasti bakal lebih baik),
Urip iku urup ( Hidup itu Nyala ) memiliki makna hidup itu hendaknya membei manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang kita berikan tentu akan semakin baik bagi kita maupun orang lain, tetapi sekecil apapun manfaat yang kita berikan kepada orang lain jangan sampai kita menjadi orang yang meresahkan masyarakat.
Makna filosofi ini luar biasa, bahwa kita dilahirkan di dunia ini bukan untuk berdiri sendiri, berkuasa dan semua hanya untuk diri sendiri, akan tetapi kita lahir untuk saling memberi, menolong dan membantu sesama tanpa ada rasa pamrih. Semua agama banyak mengupas hal ini bahwasannya manusia sebagai makhluk sosial harus saling interaksi dan menolong kepada sesama.
Manfaat yang kita berikan ibarat api yang menyala, api bukan berarti bara yang membakar dan memusnahkan apa saja, tetapi api memiliki makna sebagai cahaya yang selalu menyala dan menyinari setiap langkah manusia ke jalan yang benar. Oleh karena itu hidup kita harus punya nilai manfaat yang selalu memberi cahaya yang terang agar setiap langkah kita dan saudara-saudara kita dapat berjalan ke arah kebenaran.
Janganlah hidup kita selalu membuat resah masyarakat, mengganggu ketenangan karena hal itu tidak sesuai kodrat kita sebagai makhluk mulia. Andai kita berbuat sesuatu yang keliru itu adalah lupa, tetapi kalau kekeliruan itu diulang kedua kalinya berarti sudah menjadi wataknya. Mari kita mengisi hidup kita dengan manfaat yang berguna dan mari kita saling menjaga agar langkah kita bisa bermanfaat bagi semua.
3. Suro Diro Joyo Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti :
(segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya dapat dikalahkan dgn sikap bijak, lembut hati dan sabar).
Dari uraian kata perkataan "Suro Diro Joyoningrat Lebur Dening Pangastuti" dapat diartikan sebagai berikut:
(Nasib itu Nyala, Nasib itu hendaknya memberi kegunaaan bagi orang lain dikurang lebih kita, terus besar kegunaaan yang dapat kami berbagi pasti bakal lebih baik),
Urip iku urup ( Hidup itu Nyala ) memiliki makna hidup itu hendaknya membei manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang kita berikan tentu akan semakin baik bagi kita maupun orang lain, tetapi sekecil apapun manfaat yang kita berikan kepada orang lain jangan sampai kita menjadi orang yang meresahkan masyarakat.
Makna filosofi ini luar biasa, bahwa kita dilahirkan di dunia ini bukan untuk berdiri sendiri, berkuasa dan semua hanya untuk diri sendiri, akan tetapi kita lahir untuk saling memberi, menolong dan membantu sesama tanpa ada rasa pamrih. Semua agama banyak mengupas hal ini bahwasannya manusia sebagai makhluk sosial harus saling interaksi dan menolong kepada sesama.
Manfaat yang kita berikan ibarat api yang menyala, api bukan berarti bara yang membakar dan memusnahkan apa saja, tetapi api memiliki makna sebagai cahaya yang selalu menyala dan menyinari setiap langkah manusia ke jalan yang benar. Oleh karena itu hidup kita harus punya nilai manfaat yang selalu memberi cahaya yang terang agar setiap langkah kita dan saudara-saudara kita dapat berjalan ke arah kebenaran.
Janganlah hidup kita selalu membuat resah masyarakat, mengganggu ketenangan karena hal itu tidak sesuai kodrat kita sebagai makhluk mulia. Andai kita berbuat sesuatu yang keliru itu adalah lupa, tetapi kalau kekeliruan itu diulang kedua kalinya berarti sudah menjadi wataknya. Mari kita mengisi hidup kita dengan manfaat yang berguna dan mari kita saling menjaga agar langkah kita bisa bermanfaat bagi semua.
3. Suro Diro Joyo Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti :
(segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya dapat dikalahkan dgn sikap bijak, lembut hati dan sabar).
Dari uraian kata perkataan "Suro Diro Joyoningrat Lebur Dening Pangastuti" dapat diartikan sebagai berikut:
Suro = Keberanian. Bahwa dalam diri manusia sudah tersimpan benih-benih sifat keberanian, terkadang sifat ini bermakna positif dan negatif. Ketika sifat berani lepas dari kendali, maka seseorang bisa terpengaruh melakukan kejahatan, kesewenang-wenangan dan angkara murka.
Diro = Kekuatan. Seiring dengan keberanian, ada pula kekuatan yang dianugerahkan Yang Maha Kuasa pada diri manusia, baik kekuatan lahir maupun kekuatan batin yang luar biasa. Sama halnya dengan keberanian, jika potensi kekuatan tidak terarah, maka akan lahirlah sikap angkara murka dan kedurjanaan.
Joyo = Kejayaan. Kejayaan adalah hasil dari keberanian dan kekuatan, baik dalam arti positif dan negatif. Manakala manusia sudah mencapai puncak kejayaannya dan lepas dari kendali nurani yang terjadi adalah manusia tersebut menjadi sombong, congkak , angkuh atau jauh dari nilai-nilai moral atau pun agama.
Ningrat = Terpandang atau bergelimang dengan kenikmatan duniawi. Ningrat disini bisa diartikan sebagai gelar kebangsawanan atau seorang pejabat yang serba kecukupan dan senantiasa hidup dalam gelimang harta.
Lebur = Hancur. Bisa juga diartikan sebagai hancur, sirna, tunduk atau menyerah dan kalah.
Dening = Dengan. Kata sambung.
Pangastuti = Kasih Sayang. Yaitu benih-benih kebaikan, baik dalam arti ibadah kepada kepada Tuhan Yang Maha Kuasa ataupun berbuat baik kepada sesama manusia.
Dengan demikian, maka secara umum kalimat “Surodiro Joyoningrat, Lebur Dening Pangastuti" memiliki arti dan pengertian sebagai berikut:
"Semua bentuk angkara murka yang bertahta dalam diri manusia akan dapat dihilangkan dengan sifat sifat lemah lembut, kasih sayang dan kebaikan"
Atau juga dapat diartikan: segala kekuatan jahat akan dapat dihilangkan dengan kebaikan dan kebenaran.
Bahwa semua bentuk angkara murka yang bertahta dalam diri manusia, akan sirna dengan sifat lembut, kasih sayang yang didasari dengan menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Artinya, angkara murka tidak dapat dihilangkan dengan angkara murka. Dengan kata lain, api tidak dapat dipadamkan dengan api. tapi api dapat dipadamkan dengan air.
Membalas suatu kejahatan dengan kejahatan lain tidak akan menyelesaikan masalah, justru yang timbul adalah masalah yang lebih hebat dan lebih besar.
4. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Sulit Lamun Kelangan :
(Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan kecewa manakala kehilangan sesuatu).
“jangan marah bila musibah menimpa diri dan jangan sedih bila kehilangan sesuatu”.
alkisah Pada suatu malam saya makan di sebuah restauran tenda yng menjual bebek goreng. Tempat duduk di restauran hanya berupa kursi plastik kaki empat yang warnanya putih. Tetapi pengunjungnya sangat ramai sehingga pelayan sangat sibuk.
Sambil menunggu pesanan datang saya melihat sebuah keluarga masuk, terdiri dari seorang bapak dan ibu dalam usia sekitar enampuluh tahun, sepasang orang muda dan dua anak kecil. Jelas mereka itu adalah kakek, nenek, anak dan mantu serta dua orang cucu.
Semua anggota keluarga ini mendapat tempat duduk masing-masing, kecuali si cucu laki-laki. Melihat cucunya berdiri, sang kakek yang duduk agak jauh terpisah, memanggil cucunya. Si cucu spontan lari dan langsung naik ke pangkuan sang kakek. Braaak…………….., ternyata kursi yang diduduki sang kakek tidak kuat menahan beban sewaktu si cucu meloncat naik ke pangkuan kakeknya. Kaki kursi melenyot dan sang kakek terjengkang ke belakang sambil terduduk. Sang cucu tetap berada di pangkuangnya. Semua orang di sekitarnaya terkejut dan ada yang lari ingin menolong sang kakek. Pemandangan selanjutnya mengagumkan saya.
Ternyata sang kakek tidak segera bangun dan tetap duduk di lantai sambil memangku sang cucu. “Wah, kita baru saja terjun dari pesawat terbang” kata sang kakek kepada cucunya. Si cucu yang tadinya ketakutan ikut tertawa, bahkan minta “terjun dari pesawat” lagi. Setelah cucunya tenang barulah sang kakek berdiri. Pelayan restauran dengan sigap menyediakan kursi kayu yang lebh kuat.
Sang kakek tidak marah-marah pada pemiik atau pelayan restauran sehingga susana dalam ruangan tetap ceriah, tidak mencekam. Sang kakek mendapat musibah dan tidak marah karenanya. Dia memahami nasihat “datan serik lamun ketaman”.
Musibah dapat datang setiap waktu dalam berbagai wujud dan skala. Orang dapat sakit, mengalami kebangkrutan usaha, rumahnya dirampok, kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan dan sebagainya. Itu semua adalah musibah.
Banyak orang mempercayai bahwa musibah adalah hukuman atau cobaan dari Tuhan. Bahkan juga ada yang meyakini musibah adalah kutukan dari Tuhan. Saya mempertanyakan kebenaran keyakinan tersebut. Saya yakin Tuhan saya (Allah) tidak pernah menuntut apapun bagi diri-Nya, selain beriman kepada-Nya. Saya menyakini bahwa Allah tidak mencelakakan tetapi selalu menginginkan umatnya berbahagia. Kalau begitu apa arti musibah?
Musibah adalah peringatan dari Allah bahwa kita harus berubah. Dengan lain perkataan kita harus menerima musibah sebagai peluang untuk perbaikan hidup yang harus diawali dari mengubah diri sendiri. Apa yang harus diubah?
Semua perilaku atau kegiatan yang kita lakukan merupakan buah dari pikiran atau sikap kita terhadap suatu keadaan dan sikap hidup kita. Dengan lain perkataan musibah adalah hasil dari rentetan pikiran, sikap, perilaku dan kebiasaan dalam hidup. Dengan demikian, kalau pikiran dan sikap kita berubah, maka perilaku juga akan berubah.
Mengapa orang menjadi sakit? Dua orang ahli, Caroline Myss PhD dan dan Dr Norman Shealy, menulis buku tentang holistic healing berjudul “Creation of Health”. Dalam buku tersebut kedua orang ahli tersebut menceritakan teori dan pengalaman mereka menyembuhkan orang sakit melalui perubahan pikiran dan sikap hidup.
Diceritakan bahwa penyakit tidak datang dari luar tetapi datang dari dalam diri kita, yaitu berupa keadaan stress (takut, cemas, kecewa, marah, dendam dsb). Keadaan stress ini memicu bekerjanya atau tidak bekerjanya hormon, enzim dan bahan kimiawi lain dalam tubuh, sehingga mempengaruhi sistem kekebalan (daya tahan) dan sistem penyembuhan (self healing system). Kanker, darah tinggi, diabetes dan segala jenis penyakit infeksi dan disfungsi organ-organ terpengaruh oleh stress.
Kalau stress ini dapat dihilangkan, maka penyakit akan sembuh. Karena stress datang dari pikiran dan sikap kita, maka stress dapat hilang kalau pikiran dan sikap hidup diubah. Terdengar sangat mudah, tetapi ternyata tidak semudah itu.
Yang tidak mudah adalah membangkitkan kesadaran orang untuk berubah. Musibah, termasuk sakit, adalah peringatan. Banyak orang yang kalau mendapat peringatan malahan marah, membela diri dan menyalahkan orang lain. Mereka tidak dapat menerima musibah dengan ikhlas.
Bagi mereka yang sulit menerima musibah sebagai peringatan untuk berubah, ingat nasihat di atas: Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan.
5. Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-Aji, Sugih Tanpa Bondho :
(Berjuang tanpa butuh mengangkat massa; Menang tanpa merendahkan alias mempermalukan; Berwibawa tanpa mempercayakan kekuatan; Kaya tanpa didasari kebendaan).
Orang yang telah mencapai tahapan kepasrahan yang tinggi kepada Tuhan akan menjadi tenang, adem ayem, hal ini memang sulit namun orang harus selalu berusaha.
Ngluruk tanpa bala, tak semua peperangan harus dilakukan dengan melibatkan bala tentara. Adakalanya peperangan dapat dimenangkan tanpa harus melibatkan apalagi mengorbankan orang lain, dan itu dapat dilakukan dengan mengatur siasat.
Siasat itu bisa apa saja, ia adalah taktik untuk memenangkan peperangan. Dalam hal ini, seringkali mereka yang memakai otak lebih banyak dibanding mereka yang memakai otot lebih banyak, akan memenangkan peperangan.
Sejarah kemenangan terkenal dalam babad tanah Jawa yang tidak melibatkan bala tentara adalah kemenangan Raden Wijaya dalam menghadapi Kertanegara yang mempergunakan kekuatan tentara Mongolia yang sakit hati terhadap Raja Kertanegara. Sehingga praktis Raden Wijaya tak perlu menggunakan satupun bala tentaranya.
Menang tanpa ngasorake, menang tanpa merendahkan. Seringkali saat kita memenangkan sesuatu lalu kita pongah dan terjatuh dalam penyakit merendahkan dan menyakiti hati musuh kita baik sengaja maupun karena kekhilafan kita. Menang tanpa ngasorake itu berfungsi sebagai dua hal, yaitu memperbanyak kawan dan menyedikitkan musuh.
Perlu teknik untuk menerapkan konsep ini. Pertama, adalah keinginan tulus untuk membangun kebaikan. Kedua, cara komunikasi yang baik dan efektif dengan menjunjtmg tinggi harga diri dan kehormatan musuh kita.
Sakti tanpa aji. Ada ungkapan khas dikalangan orang tua kita. Jurus paling sakti adalah tidak punya musuh. Dalam ungkapan yang lain adalah jurus paling sakti adalah budi pekerti.
Kesaktian bukan diukur dari seberapa banyak kita menguasai aji-aji, atau sekebal apa kita menghadapi senjata tajam, akan tetapi kesaktian tertinggi adalah perbuatan baik kita, budi pekerti kita. Karena dengan budi pekerti, maka kita tak akan mempunyai musuh, semua orang menyukai kita, dan penghuni langit-pun juga mendoakan kita.
Jika hal ini yang terjadi maka kita telah menjadi manusia yang sakti tanpa aji-aji. Dalam sebuah hadist disebutkan: “Barang siapa yang mengasihi yang ada di muka bumi, maka penghuni langit akan mengasihinya”. (Hadist)
Mengasihi sesama adalah puncak dari budi pekerti. Berbuat baik adalah kata lain daripadanya.
Sugih tanpa bandha, kekayaan tidak semata diukur dengan kepemilikan harta secara absolut. Kekayaan hati adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan orang Jawa. Menjadi kaya jika hati kita sudah bisa nrimo (menerima), tidak membanding-bandingkan dengan orang yang secara materi yang berada diatasnya karena sadar bahwa masih ada juga yang berada dibawah kita di jagad ini.
Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah orang itu kaya, lantaran banyak benda. Sesungguhnya orang kaya itu, ialah orang kaya jiwa”. (HR. Bukhari dan Muslim).
6. Ojo Gumunan, Ojo Getunan, ojo Kagetan, ojo Aleman :
(Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah rugi; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah kolokan alias manja).
7. Ojo Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman :
(Janganlah terobsesi alias terkungkung oleh keinginan untuk mendapatkan kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi).
8. Ojo Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo :
(Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tak kendor niat dan kendor semangat).
9. Ojo Kuminter Mundak Keblinger, ojo Cidra Mundak Cilaka :
(Jangan merasa paling pandai agar tak salah arah; Jangan suka berbuat curang agar tak celaka).
10. Ojo Adigang, Adigung, Adiguno :
(Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti)
Adem bangetkan kata kata wejangan dari kanjeng sunan kalijaga.
Riwayat Pendek Sunan Kalijaga
Usia Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 dan awal keberadaan Kerajaan Mataram dibawah Kepemimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula mendesain pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang masjid demak merupakan buatan Sunan Kalijaga.
Kelahiran Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Said. Dirinya merupakan putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta alias Raden Sahur. Nama lain Sunan Kalijaga antara lain Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman.
Usia Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 dan awal keberadaan Kerajaan Mataram dibawah Kepemimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula mendesain pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang masjid demak merupakan buatan Sunan Kalijaga.
Kelahiran Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Said. Dirinya merupakan putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta alias Raden Sahur. Nama lain Sunan Kalijaga antara lain Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman.
0 comments:
Posting Komentar