* MEDITASI *
Konsep mengenai Ruh.
Manusia
terdiri dari dua unsur, yaitu Ruh atau Jiwa dan Raga atau Badan tempat
ruh itu berdiam. Tentunya ini disamping akal pikiran yang telah
diberikan Allah kepada manusia.Ruh tidak mengenal kondisi fi sik seperti
sakit, berdarah karena perlukaan dsb, sedangkan raga tidak mengenal
kondisi ruh yang bersifaat kejiwaan. Tetapi kedua unsur ini saling
berkaitan satu sama lainnya, yang menandakan kemanunggalan antara ruh
dan raga dari simanusia itu sendiri. Seperti contohnya orang yang
sakit-sakitan secara fi sik, maka jiwanya cenderung lebih perasa dsb.
Dalam
kondisi normal, ruh dan jiwa mendapatkan bagian yang seimbang.Sehingga
upaya untuk meningkatkan kondisi tertentu seperti unsur ruh yang dominan
dalam diri manusia, akan memberikan dampak yang supra rasional,seperti
menghilangnya sifat material dari raga kita. Sebagai contoh, orang yang
telah berhasil meningkatkan unsur ruh yang ada dalam dirinya mendekati
titik dominan, maka orang tersebut akan mendapatkan kekebalan dalam
artian sifat-sifat raga seperti berdarah, sakit dsb. bisa diminimalisir
sedemikian rupa, sehingga unsur raganya sesungguhnya telah tergantikan
oleh unsur ruh yang ada pada manusia tersebut.
Ternyata,
dengan pengolahan ruh yang sedemikian rupa dalam diri manusia tersebut,
disamping meminimalisir gejala raga, juga meningkatkan kadar kepekaan
bathin kita. Karena bathin, yang bersemayan dalam ruh manusia, dapat
dengan leluasa memanfaatkan indera-indera yang ada dalam raga untuk
dapat merasakan atau menangkap gejala-gejala alam secara lebih baik dan
sempurna.
Untuk
konkritnya mengenai hal ini mari kita lakukan latihan peningkatan unsur
ruhani dalam diri manusia dengan metode-metode berikut:
Metode I, penguasaan Ruh dalam diri manusia.
Latihan I : Mencapai ekstase dengan teknik pernafasan dan dzikir.
Ekstase
adalah suatu kondisi dimana, kesadaran manusia mulai lepas secara
spiritual, dan mulai memasuki kondisi nonmaterialistik.
Cara melatih:
1.Aturlah
tubuh pada posisi yang paling rileks dan memungkinkan kita untuk
berlama-lama pada posisi tersebut tanpa mengakibatkan efek-efek yang
dapat mengganggu jalannya latihan, seperti kesemutan, kram dsb.
2.Mulailah
dengan membaca doa-doa perlindungan, untuk muslim dapat membaca Ayat
Kursyi, atau membaca doa lainnya menurut yang dipercayai.
3.Mulailah
berdzikir Allah... Allah... dengan cara sebagai berikut: Allah yang
pertama tarik nafas, Allah yang kedua buang nafas sambil dihentak.
4.Untuk meningkatkan konsentrasi, maka mata dapat ditutup, sambil berdzikir secara lantang.
5.Lakukan selama 5 sampai 10 menit. Ini untuk memasuki tahap ekstase.
Penjelasan:
Teknik
pernafasan dengan dzikir ini untuk memaksa raga agar cepat merespon
kekondisi ekstase, agar latihan selanjutnya, yaitu memaksimalkan unsur
ruh dalam diri kita dapat terlaksana dengan mudah.
Latihan II : memaksimalkan unsur Ruh dalam diri.
Mulai “merasakan” unsur ruh.
Latihan berikut dilakukan segera setelah metode I tadi selesai kita laksanakan.
1. Atur pernafasan agar kembali normal, dan tubuh kembali rileks.
2. Atur tangan kita ditengadahkan keatas seperti hendak berdoa dalam cara Is lam.
3. Tutup
mata, sambil merasakan getaran yang sangat halus pada ujungujung jari
tangan kita, dimana semakin dirasakan, getaran-getaran tersebut makin
menguat seperti aliran setrum yang sangat kecil tetapi dapat kita
rasakan. Getaran ini seperti denyut-denyut halus pada pembuluh darah
ujung jari kita.
4. Mulailah menarik getaran tersebut kepangkal lengan, pundak, leher, kepala, kemudian jalarkan keseluruh tubuh.
5. Gejala
awal yang umumnya terjadi adalah tubuh terasa kebas, baal, atau yang
sejenisnya, dimana menandakan sifat raga yang materialistik tersebut
mulai tergantikan.
6. Yakinkan
dengan mencubit atau menusukkan dengan jarum, atau bahkan melakukan
irisan dengan silet pada tubuh kita dimulai dari rambut dan kebagian
tubuh lainnya. Bila kita masih merasakan sakit, atau terjadi perlukaan
yang mengakibatkan terjadi pendarahan, maka latihan kita belum sempurna,
maka ulangilah dari latihan I diatas.
7. Proses
diatas bisa saja dihilangkan, bila keyakinan kita dengan menjalarkan
getaran tersebut keseluruh tubuh kita anggap telah cukup.
Penjelasan:
Pada
latihan ini, sesungguhnya kita sedang mengerjakan proses pemaksimalan
unsur ruh yang ada dalam diri manusia. Getaran yang kita rasakan
tersebut adalah gejala dimana unsur-unsur materialistik sedang berangsur
berkurang, sehingga pada akhirnya unsur ruh menguasai seluruh diri
kita.
Tujuan:
Tujuan
latihan ini adalah membangkitkan unsur dominan ruh pada diri manusia
sehingga tercapai kondisi nonmaterialistik, dimana sifat-sifat raga pada
diri mulai tergantikan oleh nilai-nilai ruh. Dengan dapat merasakan
unsur ruh, maka kepekaan kita akan meningkat pada titik maksimal, yang
nantinya
akan kita pergunakan untuk latihan disesi berikutnya.
Konsep mengenai Aura
Banyak
pemahaman mengenai aura ini, tetapi mari kita sederhanakan saja agar
sesuai dengan maksud pelatihan kita. Aura bisa diartikan sebagai
perbawa, yaitu sifat-sifat manusia yang memang merupakan bawaan sejak
kita dilahirkan. Aura seseorang bisa saja dirasakan oleh orang lain
tanpa disadari oleh orang tersebut. Sebagai contoh, orang yang sedang
marah, maka hawa amarahnya dapat dirasakan oleh orang lain, walaupun
orang yang sedang marah tersebut tidak menampakkan ekspresi marah,
tetapi hawanya telah membuat orang disekitarnya merasa takut atau
enggan. Begitupun orang yang memiliki aura menyejukkan, maka orang-orang
yang ada disekitar orang yang
memiliki
karakter aura tersebut akan merasa sejuk dan tenang, walaupun orang
tersebut tidak berkata-kata atau mengeluarkan senyum sekalipun.
Aura
pada kondisi normal, dimana orang tersebut sedang rileks dan tidak
dalam suatu kondisi apapun akan dapat menampilkan sifat asli dari orang
tersebut, yang memang sesungguhnya bawaan dari sejak lahir. Dengan
kombinasi pemaksimalan ruh yang baik, maka kondisi bawaan aura
seseorang
dapat dirubah sedemikian rupa hingga memancarkan sifat-sifatAl lah yang
baik-baik, yang dapat dirasakan oleh orang lain disekitarnya.
Aura,
tidak hanya dimiliki oleh manusia, tetapi semua ciptaan Allah memiliki
aura. Entah itu benda mati, binatang atau apapun memiliki aura yang
berbeda dan bersifat unik satu dengan yang lainnya. Karena keunikannya
itulah kita dapat “menggambar” getaran aura yang dimiliki oleh manusia,
benda atau makhluk lain bahkan suatu kejadian disuatu lokasi, dengan
latihan yang benar tentunya.
Metode I, “merasakan” Aura.
Latihan I : Membaca aura orang lain.
Membaca
aura orang lain dapat kita lakukan bilamana kita telah menguasai
latihan pada sesi I secara sempurna. Konsepnya adalah dengan dapat
merasakan diri sendiri, tentunya merasakan sesuatu diluar diri sendiri
menjadi mudah. Merasakan getaran aura orang lain misalnya, dapat saja
kita laksanakan bilamana pengaruh kepekaan diri kita telah berhasil kita
tingkatkan. Sehingga sekecil apapun getaran yang terasa diluar diri
kita dapat terdeteksi secara mudah.
Latihan
berikut ini dapat kita pakai untuk dapat membaca sifat-sifat dominan
dari orang lain yang memang merupakan sifat bawaan. Untuk memudahkan
latihan kita, maka kita dapat menyamakan konsep kita mengenai
sifat-sifat yang umumnya dimiliki oleh orang lain, yaitu :
1. Bijaksana
- Mutmainah, kita lambangkan dengan warna Kuning, posisinya ada di Jari
Jempol tangan dan daerah sekitar Paru-paru. Posisi ini maksudnya adalah
ketika kita merasakan aura seseorang, maka getaran aura yang terbesar
adalah dari daerah tersebut.
2. Pintar - Mulhimah - Hijau - Jantung atau diatas Perut.
3. Kaya - Aluamah - Hitam - Perut atau Jari Telunjuk Tangan.
4. Berkedudukan - Sufi yah - Putih - Ginjal atau Jari Manis Tangan.
5. Semangat/Ambisius - Amarah - Merah - Hati, telinga atau Jari Kelingking tangan.
Maksud
dari menyamakan konsep kita mengenai warna dan aura ini sematamata agar
terjadi persamaan pandangan mengenai arti masing-masing warna pada arti
aura yang akan menjadi latihan kita nantinya, juga konsep warna itu
kita pakai untuk latihan kita pada sesi-sesi selanjutnya.
Cara berlatih :
1. Kerjakan latihan pada Sesi I secara keseluruhan.
2. Kalau
tadinya unsur ruh dominan pada seluruh tubuh, kali ini pusatkan getaran
ruh kita tersebut hanya pada telapak tangan bagian dalam saja.
Ciricirinya adalah telapak tangan kita terasa kebas, baal dsb. yang
menandakan konsentrasi ruh kita terpusat pada telapak tangan tersebut,
dan juga berarti menunjukkan lokasi kepekaan kita yang paling tinggi.
3. Arahkan
telapak tangan kita keseluruh tubuh orang yang akan kita deteksi.
Rasakan perbedaan rasa yang ada ditelapak tangan tersebut pada
lokasilokasi yang disebutkan diatas.
Tujuan :
Dengan
mengkonsentrasikan titik kepekaan ketempat yang terbatas, maka pusat
kepekaan dapat kita tingkatkan untuk mendapatkan hasil yang lebih
optimal.
Latihan 2 : Merasakan aura makhluk gaib yang
ada dipusaka.
Pancaran
aura makhluk gaib berbeda dengan aura yang ada dialam kita. Makhluk
gaib hampir tidak dapat dirasakan dengan menggunakan kepekaan biasa,
tetapi kita mulai mengerahkan seluruh kemampuan indera kita untuk dapat
menangkap getaran makhluk gaib tersebut. Yang umumnya terjadi dan dapat
kita lakukan untuk latihan kita adalah merasakan debaran jantung yang
mengiringi rasa yang diterima oleh sensor kita, seperti telapak tangan
contohnya. Debaran ini bahkan biasanya diikuti dengan terbangunnya
bulu-bulu disekitar daerah sensor kita. Umpama bila kita menggunakan
telapak tangan untuk mendeteksi keberadaannya, maka bulu-bulu disekitar
tangan akan bangun/merinding, diikuti dengan debaran jantung yang
meningkat secara tiba-tiba.
Cara latihan :
1. Lakukan latihan seperti pada sesi I & II.
2. Arahkan sensor kita, dalam hal ini telapak tangan, pada pusaka yang hendak kita deteksi.
3. Tutup
mata, untuk meningkatkan kepekaan rasa kita, dan rasakan bagaimana
getaran dan detak jantung yang tiba-tiba meningkat diikuti merinding/
bangunnya bulu-bulu disekitar tangan kita.
4. Bila
kita merasakan sensasi atau fenomena tertentu segera buka mata
kita.Untuk muslim segera membaca Istighfar, untuk non muslim bisa segera
menahan nafas untuk beberapa saat.
Tujuan :
Pada
latihan ini, kita belajar mendeteksi aura dari makhluk gaib dimana
manfaat pusaka tersebut dapat kita ketahui berdasar arti/warna yang
terdeteksi.
Meningkatkan kualitas kepekaan dengan dzikir atau cara lain.
Kualitas
kepekaan dapat terus kita tingkatkan dengan berlatih secara rutin dan
terus menerus, maupun dengan menggunakan cara-cara khusus. Cara-cara
khusus yang dimaksud adalah suatu metode untuk meningkatkan kualitas
kepekaan maupun kadar kemampuan bathin dalam mengolah getaran yang
diterima.
Meningkatkan
kualitas kepekaan, berarti akan memudahkan kita untuk mengikuti kelas
pelatihan berikutnya, sehingga sesi ini dianggap penting untuk dapat
dilaksanakan oleh seluruh peserta pelatihan.
Metode I : Meningkatkan kepekaan dengan
berdzikir.
Dzikir
dipercaya dapat meningkatkan kualitas keimanan kita, orang yang suka
berdzikir secara istiqomah, terus menerus dan rutin dikerjakan,
dipercaya akan memperoleh hikmah dari Tuhan Yang Maha Esa berupa
pengetahuan yang tersembunyi. Berdzikir tentunya harus dimulai dengan
niat. Niat disini menentukan hikmah yang ingin kita dapatkan. Dzikir
yang biasanya dibaca untuk meningkatkan kepekaan adalah membaca dzikir
Hawqollah yaitu: La Hawla Walaa Quwwaata Illa Billaahil Aliyyul
Adzhiim.
Mengenai
jumlahnya tidak ditentukan, selama mengikuti pelatihan ini, sekiranya
dapat, maka bacalah dzikir ini diwaktu senggang, setelah sholat, atau
memang meluangkan waktu khusus untuk membacanya, seperti setelah selesai
sholat tengah malam, misalnya. Bacalah sebanyak yang kita mampu, jangan
meneruskan bacaan bilamana hati kita sudah mulai berkurang
keikhlasannya, dan selalu memulai dzikiran ini dengan niat. Niat yang
dibaca disarankan sebagai berikut :
Ya Allah, dzikirku ini untuk meningkatkan iman dan taqwaku kepada Mu,
juga berikanlah aku hikmah berupa pengetahuan yang gaib.
Metode II : Mengerjakan latihan ditempat
terbuka.
Bagi
yang biasa mengerjakan latihan-latihan pada sesi sebelumnya, tentunya
kita mengerjakan ditempat tertutup atau dalam bangunan. Entah itu
dikamar kita, dimasjid atau musholla, atau tempat lain yang memang
tertutup, maka membiasakan mengerjakan latihan ditempat terbuka seperti
dihalaman rumah, pegunungan, pantai, ditengah lautan atau tempat-tempat
lain yang intinya ditempat atau alam terbuka. Kegiatan tirakatan yang
biasa dikerjakan ditempat kami merupakan cara yang efektif untuk melatih
peningkatan kualitas kepekaan kita. Karena kegiatan tirakatan tersebut
biasanya diadakan ditempat/alam terbuka, dan dalam kondisi yang cukup
ekstreem seperti dingin yang sangat atau panas yang cukup.
Tujuan :
Kegiatan
latihan yang kita kerjakan diluar ruangan, khususnya di alam terbuka
akan merangsang radar kepekaan kita ketingkat yang lebih tinggi. Alam
terbuka mengandung jutaan getaran yang berbeda, dimana bathin kita
secara otomatis akan terlatih untuk memisahkan getaran-getaran yang kita
tangkap tersebut kebentuk pengetahuan yang berguna untuk kita.
Penutup
Melatih
kepekaan rasa, merupakan dasar untuk meningkat ke pelatihanpelatihan
kita selanjutnya. Dengan kepekaan rasa yang cukup, kita dapat
mengetahui, menganalisa, dan memanfaatkan informasi yang kita dapat dari
penginderaan/pendeteksian berdasar kepada kepekaan bathin yang kita
miliki. Setelah pelatihan ini, para peserta pelatihan diharapkan dapat
melakukan pendeteksian atas keberadaan benda-benda, keberadaan makhluk
gaib, aura/ perbawa yang dominan pada seseorang, maupun mengetahui
manfaat pusaka. Bahkan hal-hal lain yang tanpa kita sadari telah kita
peroleh, yang semata-mata karena rahmat yang kita terima dari Tuhan Yang
Maha Esa. Tetapi perlu disadari, bahwa kemampuan yang kita miliki ini
haruslah kita pergunakan untuk hal-hal yang baik, serta tidak
bertentangan dengan kaidah agama, serta harus jauh dari kemungkinan
untuk bersifat fi tnah, syirik apalagi murtad kepada agama yang kita
anut. Semua ini harus disadari sebagai upaya kita untuk meningkatkan
iman dan taqwa kita kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pelatihan kepekaan rasa
ini masih jauh dari selesai. Karena setelah rasa maka kita dapat
meningkat kepelatihan kepekaan gerak, asa/hati, menyalurkan kehendak
dst. sehingga apa yang kita harapkan dari pelatihan kepekaan ini
dapat kita peroleh secara maksimal.
Sering-seringlah
berdiskusi dengan pelatih, untuk mendapatkan hasil yang sempurna. Juga,
banyaklah berlatih secara konsisten dan terus menerus. Memperbanyak
dzikir, secara signifi kan akan memberikan dampak yang luar biasa kepada
kepekaan kita, disamping tentunya meningkatkan iman dan taqwa kita
kepada Tuhan Yang Maha Esa.