Sabtu

Riwayat KH Hasan Genggong Probolinggo (Bagian 3 - Habis): Pertemuan Singkat dengan Nabi Khidir

KH Hasan Genggong Probolinggo

Kiai Hasan memang sudah melakukan berbagai macam tirakat sejak kecil. Beliau belajar sembari
mengamalkan ilmunya dengan hidup sederhana. Beliau juga selalu menghormati lawan bicaranya, tak peduli siapa dan apa kedudukannya.

Berkat sikap itulah, Kiai Hasan banyak memiliki karomah. Salah satunya adalah karomah yang pernah diceritakan oleh KH Akhmad Mudzhar Situbondo.

Suatu hari selepas sholat Jumat, Kiai Hasan keluar dari Masjid Jami’ Al-Barokah Genggong menuju rumah beliau. Dalam perjalanan, beliau berkali-kali mengucap, “Innalillah, Innalillah,” sambil menghentak-hentakkan tangannya yang kelihatan basah.

Hari pun berlalu sampai pada Senin pagi, ketika Kiai Hasan menemui tamunya, KH Akhmad Mudzhar yang pernah jadi santrinya. KH Mudzhar datang bersama dua orang tamu yang menghadap Kiai Hasan dengan muka yang sangat kelelahan—seakan-akan baru mengalami musibah yang begitu hebat.

Tatkala dua orang tersebut bertemu dan melihat wajah Kiai Hasan, terlontarlah ucapan dari salah seorang dari keduanya.

“Ini orang yang menolong kita tiga hari yang lalu,” ujarnya. Bersamaan dengan itu, Kiai Hasan mengucap hamdalah sebanyak tiga kali dengan wajah berseri.

Melihat kejadian tersebut, KH Mudzhar sebagai satu-satunya orang yang tidak paham kejadian tersebut, menanyakan kepada dua orang tersebut terkait apa yang terjadi.

“Tiga hari yang lalu, kami berdua dan beberapa teman yang lain menaiki perahu menuju Banjarmasin. Tiba-tiba perahu oleng akibat angin topan dan perahu kami pun mengalami kecelakaan. Namun, kami sempat diselamatkan oleh seorang bapak-bapak tua.

“Waktu itu jam masih menunjukkan pukul 13.00 atau Ba’da Jumat. Setelah itu, kami sudah tidak sadar lagi apa yang terjadi hingga kami terdampar di tepi pantai Kraksaan (Kalibuntu),” ujarnya.

Salah satu orang tersebut melanjutkan cerita.

"Setelah kami sadar, kami sangat bersyukur karena diselamatkan oleh Allah dari bencana itu. Kemudian kami ingat bahwa yang menolong kami dari malapetaka tiga hari yang lalu itu adalah orang tua yang sangat alim.

“Kami merasa berhutang budi dan mencari-cari informasi tentang orang tua tersebut, setelah terus mencari hingga ke Tanah Genggong, benar saja, beliau adalah Kiai Hasan yang dekat dengan tempat kami terdampar," jelas orang tersebut sembari izin pamit.

Ada pula kisah lain yang diceritakan Alm. Habib Mukhsin Bin Ali As-Segaf Pasuruan—yang kemudian disampaikan kembali oleh cucunya, Al Habib Muhammad Pasuruan.

Pada suatu hari, Habib Mukhsin sowan pada Kiai Hasan. Saat keduanya asyik berbincang di ruang tamu, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki berpakaian serba hitam.

Orang berpakaian hitam tersebut tanpa diduga langsung bersalaman dan memberikan sejumlah uang pada Habib Mukhsin. Uang tersebut berjumlah sekitar tujuh gulden Belanda.

Setelah uang diterima, habib Mukhsin lantas men-sodaqahkan kembali uangnya kepada pemberi tadi. Dan orang langsung menerimanya seraya mengucapkan terima kasih lalu pergi.

Setelah itu, Habib Mukhsin bertanya pada Kiai Hasan, “Siapakah tamu itu Kiai?”

Kiai Hasan tidak menjawab.

”Kiai, tamu itu siapa?” tanya Habib Mukhsin lagi.

Dan Kiai Hasan masih bungkam seribu bahasa.

”Kiai siapa gerangan tamu tadi?” Habib Mukhsin bertanya untuk ketiga kalinya. Setelah itu, barulah Kiai Hasan menjawab dengan tenang dan singkat.

”Nabiyullah Khidir.”

Mendapat jawaban tu, Habib Mukhsin sejenak terdiam kemudian menangis sembari bersimpuh di hadapan Kiai Hasan.

Cerita diatas seringkali diceritakan Habib Mukhsin pada masyarakat ramai. Baik keluarganya sendiri, maupun tamu-tamu yang sowan padanya. Jadilah cerita ini masyhur di berbagai kalangan, bahkan setelah Kiai Hasan wafat pada 1 Juni 1955.

Saat ini, kiai yang penuh suri tauladan ini dimakamkan di komplek Ponpes Genggong, Probolinggo, Jawa Timur. Perjuangan Kiai Hasan dikenang hingga kini. Bahkan, setiap tahun, haulnya selalu didatangi tokoh-tokoh terkemuka.

Sementara itu, Ponpes Genggong sekarang diasuh oleh KH Mohammad Hasan Mutawakkil Alallah, yang juga dikenal sebagai Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur.

*TAMAT* Bagian 1 disini

Riwayat KH Hasan Genggong Probolinggo (Bagian2): Tak Pernah Kalah Adu Debat dengan Para Ulama Mekkah


KH Hasan Genggong Probolinggo
Kala berada di Mekkah, Ahsan kembali berkumpul bersama saudaranya, Asmawi—yang langsung gembira karena bisa berkumpul bersama saudaranya. Keduanya pun bisa menuntut ilmu di Mekkah sekaligus menunaikan ibadah haji bersama.

Namun hati kecil Asnawi mengatakan bahwa dirinya akan kembali kalah dalam menerima ilmu pengetahuan dibanding Ahsan. Asmawi yang tiba lebih dulu dan telah mengetahui seluk beluk Mekkah pun langsung mengajak Ahsan untuk bertamu pada salah satu temannya yang bernama Abdul Qohar.

Setelah bertemu, ternyata Ahsan langsung diajak berkumpul bersama para pemburu ilmu untuk ber-mujadalah (debat). Tentu saja semua persoalan mujadalah dapat diselesaikan dengan baik oleh Ahsan. Semua lawan debat mengakui kemampuan ilmu yang dimiliki Ahsan.

Di tengah perjalanan pulang, Ahsan bertanya pada Asmawi kenapa dirinya diadu-debat. Untuk menutupi maksudnya yang sekali lagi ingin menguji kemampuan Ahsan, Asmawi berkelit bahwa pertemuan itu hanyalah ajang musyawarah semata.

Setelah melihat mujadalah sebelumnya, Asmawi semakin yakin bahwa Ahsan memang punya kemampuan luar biasa. Namun perdebatan itu masih belum cukup untuk membuktikan hal itu. Asmawi kembali mengajak Ahsan untuk ber-mujadalah.

Kali ini, Asnawi diadu dengan seorang keturunan Magrabi yang sudah bermukim di Mekkah selama 40 tahun dan dikenal sebagai seorang alim ulama terkemuka di Mekkah. Ahsan yang memang tidak pernah berprasangka buruk pada siapapun, terlebih kepada Asmawi yang notabene sepupunya sendiri, menurut saja ketika dirinya diajak bertamu pada ulama tersebut.

Dan seperti sebelumnya, pertemuan itu kembali berlangsung dengan mujadalah.

Pertemuan itu bermula di waktu pagi menjelang Salat Duha, dan berlangsung berjam-jam hingga memasuki waktu Salat Duhur. Setelah salat, mujadalah kembali berlanjut. Setiap pertanyaan yang dialamatkan pada Ahsan secara bertubi-tubi dari ulama itu, dijawab dengan baik olehnya.

Dalam hatinya, ulama itu mengakui kecerdasan Ahsan. Di ujung mujadalah, Ahsan mengajukan pertanyaan untuk dijawab oleh sang ulama lawan debatnya. Namun, sang alim ulama tak mampu menjawabnya.

Dengan mata kagum ulama tersebut berkata, "Sungguh engkau adalah pemuda yang benar-benar alim!"

Sadar dirinya selalu ditarik ke dalam mujadalah, Ahsan kemudian meminta saudaranya itu untuk tidak lagi mempertemukannya dengan orang-orang lagi jika tujuannya adalah mujadalah. Mengetahui kekecewaan saudara sepupunya itu, Asmawi kemudian meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi hal tersebut.

Selama di Mekkah, Ahsan sempat belajar pada beberapa syekh terkemuka—disamping juga berguru pada beberapa orang ulama Indonesia yang bermukim di Tanah Suci. Beberapa nama yang sempat jadi guru Asnawi di antaranya: KH. Mohammad Nawawi bin Umar Banten, KH. Marzuki Mataram, KH. Mukri Sundah, Sayyid Bakri bin Sayyid Mohammad Syatho Al-Misri, Habib Husain bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi, Syekh Sa`id Al-Yamani Mekkah, dan Habib Ali bin Ali Al-Habsyi.

Selama berguru hingga ke tanah suci, Ahsan juga memiliki banyak sahabat. Selain saudara sepupunya sendiri, Asnawi, ia juga memiliki teman-teman dekat yang kelak di masa depan menjadi tokoh terkemuka.

Diantaranya adalah KH. Hasyim Asy`ari Tebuireng Jombang, KH. Nawawi Sidogiri Pasuruan, KH. Nahrowi Belindungan Bondowoso, KH. Abdul Aziz Kebonsari Kulon Probolinggo, KH. Syamsul Arifien Sukorejo Situbondo, KH. Sholeh Pesantren Banyuwangi, KH. Sa’id Poncogati Bondowoso, Kyai Abdur Rachman Gedangan Sidoarjo, Kyai Dachlan Sukunsari Pasuruan, dan Habib Alwi Besuki.

Sepulangnya dari menimba ilmu di Tanah Suci, Ahsan kemudian berganti nama Kyai Haji Mohammad Hasan. Ia kemudian menikah dengan putri KH. Zainul Abidin yang bernama Nyai Ruwaidah. Sejak pernikahan inilah, KH. Mohammad Hasan membantu mertuanya dalam membina pesantren.

Beliau mengembangkan sistem pendidikan pesantren salafiyah (tradisional) dengan metode pembelajaran dan pendidikan klasikal.

Selama hidupnya, Kiai Hasan selalu memberikan contoh pada orang di sekitarnya. Beliau selalu mengingatkan bahwa manusia hanyalah partikel debu di alam semesta. Lantas, apa yang bisa dibanggakan dari mahkluk yang begitu kecil di alam semesta milik Allah?

Apakah dengan sedikit keunggulan entah jabatan, kehormatan dan harta, ada yang patut dibanggakan?

Dalam menggapai ridho Allah, beliau senantiasa zuhud dan hidup sederhana. Tidak berlebihan, serta selalu menghindari sombongnya hati. Beliau yang tidak diragukan lagi keunggulan ilmunya, bahkan tak pernah merendahkan siapapun yang ada di depannya. Beliau juga senantiasa ramah bahkan dengan orang yang tidak dikenalnya sekalipun.

Kiai Hasan juga dikenal sebagai salah satu Mursyid Thariqah Tijaniyah, sebuah thariqah yang berasal dari daerah Tijani, Maroko. Sekalipun thariqah ini sempat diperdebatkan oleh sebagian ulama dan habaib di Jawa Timur karena keterkaitan sanadnya hanya melalui perjumpaan dengan Rasulullah Saw melalui mimpi saja.*

Sementara Asnawi, sepupu sekaligus sahabat Ahsan—yang sudah lebih dikenal sebagai Kiai Hasan—saat ini lebih dikenal sebagai KH. Rofii Sentong.

*Setelah melalui berbagai forum dan diskusi, Thariqat Tijaniah akhirnya disahkan sebagai salah satu Thariqah yang diakui dan menjadi thariqah yang muktabar dan sah mempunyai keterkaitan sanad yang bersambung sampai Rasulullah SAW. Saat ini Mursyid Thariqah Tijaniyah diampu oleh KH Soleh Basalamah, Pengasuh Ponpes Darussalam, Jatibarang, Brebes-Jawa Tengah.

Bersambung Bagian 3

Riwayat KH Hasan Genggong Probolinggo (Bagian 1): Ulama Panutan Pengarang Kitab Safinatun Najah


KH Hasan Genggong Probolinggo
KH. Mohammad Hasan atau akrab dengan sebutan Kiai Hasan Sepuh, berjuang di daerah Genggong, Probolinggo Jawa Timur. Kelak, di daerah ini terdapat sebuah pesantren besar yang bernama Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong.
Kiai Hasan memiliki nama kecil Ahsan bin Syamsuddin. Lahir pada 27 Rajab 1259 atau kira-kira 23 Agustus 1840 di Desa Sentong, sekitar 4 km ke arah selatan Kraksan, Probolinggo. Bagaimana riwayat ulama pengarang Safinatun Najah ini? Berikut kisah selengkapnya.

Dikisahkan, ada sepasang suami istri yang biasa saja, bukan saudagar maupun tuan tanah. Sang suami, bernama Kyai Syamsuddin, sehari-hari bekerja mencetak genteng yang dijual guna mencukupi kebutuhan keluarga.
Istrinya bernama Khadijah, sehari-hari hanyalah menjadi ibu rumah tangga meski beberapa kali ikut membantu sang suami. Malam itu Kyai Syamsuddin bermimpi indah. Dalam mimpinya, beliau melihat istrinya menggapai bulan purnama, kemudian bulan itu ditelan tanpa tersisa sedikitpun.
Ketika terbangun, Kyai Syamsuddin mencoba merangkai apa arti dari mimpinya. Bersama istri, Kiai Syamsuddin hanya bisa bermunajat kepada Allah, berharap bahwa mimpi itu merupakan pertanda baik bagi keluarga kecil mereka.
Waktu bergulir, dari rahim seorang istri yang begitu sederhana, lahirlah jabang bayi yang dinanti-nantikan. Anak itu diberi nama Ahsan bin Syamsuddin. Sang anak tumbuh di bawah bimbingan ayah dan ibunya. Namun kebahagiaan itu tak bertahan lama karena sang ayah meninggal dunia ketika Ahsan masih amat muda.
Ketika kecil, Ahsan telah menampakkan suatu keistimewaan tersendiri dibandingkan saudara-saudara dan teman sebayanya. Ahsan kecil memiliki sifat rendah hati, ikhlas, selalu menghormati orang lain, ramah pada siapapun yang dijumpai. Dalam bertutur kata, Ahsan juga diajarkan untuk selalu berkomunikasi dengan Bahasa Madura yang halus dan santun, disertai dengan sikap yang lemah lembut.
Ahsan kecil belajar mengaji Al-Quran dan pengetahuan keagamaan di kampung halamannya. Bersama Asmawi (Sepupu) serta teman masa kecilnya yang lain, Ahsan berguru pada Kyai Syamsuddin—pamannya sendiri.
Menginjak usia 14 tahun, sekitar tahun 1857, Ahsan dan Asmawi berangkat menuju ke Pondok Sukunsari Pohjentrek Pasuruan. Jarak antara Sentong ke pondok tersebut sekitar 70 km. Keduanya menempuh jarak tersebut dengan berjalan kaki.
Ahsan dan Asmawi belajar dan mengabdi di pondok yang diasuh KH. Mohammad Tamim itu. Keduanya hidup sederhana di pesantren dan rajin menabung. Tabungan keduanya ditempatkan di atas loteng tanpa takut dimakan tikus. Atas izin Allah, uang keduanya utuh.

Suatu ketika, Kyai Tamim berencana merenovasi bangunan pondok. Biaya yang dibutuhkan tak sedikit. Mengetahui itu, Kyai Tamim akhirnya mengutarakan niat tersebut pada para santri. Beliau bermaksud mengutarakan perihal biaya pembangunan pondok pesantren.
Setelah majelis selesai, keduanya bergegas menuju kamar. Simpanan uang yang diletakkan di loteng kamar mereka ambil tanpa dihitung terlebih dahulu. Mereka menghadap Kyai Tamim untuk menyerahkan semua uang simpanan itu.
Melihat kedua santrinya yang begitu ikhlas, Kiai Tamim terharu dan memanjatkan do'a kepada Allah untuk keduanya.
Belajar ke Bangkalan
Selepas menuntut ilmu di Sukunsari, Ahsan dan Asmawi melanjutkan ngaji di pondok Bangkalan Madura. Keduanya kembali menempuh perjalanan tersebut dengan berjalan kaki, kemudian menyeberangi laut.
Mereka mengaji kepada Syaikhona KH. Mohammad Kholil.  Selama berada di Madura, Ahsan juga sempat berguru pada Syeikh Chotib Bangkalan dan KH. Jazuli Madura.
Suatu ketika, Asmawi tiba-tiba ingin lebih memperdalam lagi ilmunya. Asmawi selalu bertanya-tanya, mengapa Ahsan selalu lebih cepat menghafal dan menangkap pelajaran daripada dirinya. Dalam pikirannya, Asmawi menganggap Ahsan lebih cerdas dan sulit dilampaui kecerdasannyanya.
Setiap pelajaran kitab yang dipelajari, Ahsan selalu saja terlebih dahulu paham. Asmawi bertekad untuk menambah ilmunya. Dan tempat tujuan untuk memperdalamnya hanya satu: Makkah Al Mukarromah.
Tahun 1863, berangkatlah Asmawi sendirian menuju Mekkah untuk menunaikan Ibadah Haji dan memperdalam ilmunya. Sementara di Bangkalan, Ahsan melepas keberangkatan Asmawi dengan perasaan bangga.
Di hati kecilnya, muncul pula keinginan untuk menyusul saudaranya itu ke Mekkah. Namun Ahsan paham benar bahwa keinginan itu sulit terpenuhi. Ahsan pun bermunajat pada Allah,memohon agar dapat menyusul saudaranya.
Tak lama setelah keberangkatan Asmawi, Ahsan dipanggil pulang ke Sentong oleh Sang Ibunda. Ahsan kemudian dinasehati, jika hendak ke Mekkah, maka Ahsan harus giat mencetak genteng dan terpaksa tidak kembali ke Bangkalan.
Pilihan yang sulit bagi Ahsan muda. Ahsan memutuskan untuk sholat istikharah kepada Allah, mengharap petunjuk dari-Nya. Dari istikharah itu, Allah memberikan satu petunjuk dengan suatu kalimat yang ditampakkan pada Ahsan. Isinya adalah kalimat If`al Laa Taf`al (kerjakan dan jangan kerjakan).
Dari isyarat itu, Ahsan menarik suatu kesimpulan bahwa bekerja di rumah atau tetap meneruskan mondok dan tidak bekerja adalah sama saja. Berangkat ke Mekkah guna menuntut ilmu juga akan tetap terlaksana jika Allah menghendaki. Atas pemikirannya tersebut, Ahsan memilih untuk meneruskan mondok. Akhirnya ia kembali ke Bangkalan.
Setibanya di Bangkalan, Ahsan langsung menghadap kepada Kyai Kholil untuk mengadukan hal tersebut, sekaligus memohon doa kepada Kyai Kholil, supaya Allah memudahkan keberangkatannya ke Tanah Suci. Kyai Kholil pun mendoakan niat dan harapan itu.
Selang beberapa waktu, ibunda kembali menyuruh Ahsan untuk pulang lagi. Ahsan mendapati bahwa ongkos pembiayaan ke Mekkah sudah cukup tersedia, meskipun yang siap hanya ongkos perjalanan saja.
Namun karena kegigihan dan bulatnya tekad, maka Ahsan tetap berangkat dengan biaya tersebut. Akhirnya, Ahsan pun berangkat ke Mekkah sekitar tahun 1864.



Minggu

12 Bentuk Ketupat Asli Indonesia

Tak hanya bentuk wajik, masih banyak bentuk ketupat lainnya. Ada yang persegi panjang, mirip mulut bebek hingga seperti untaian rambut dikepang dua.1. Ketupat Jago
Berasal dari Sudimoro Kudus, dibuat dari 8 helai janur. Cirinya berbentuk segitiga sama kaki dengan ujung menjuntai di kanan kiri. Helaian janur di bagian atasnya lalu diikat. Biasanya hadir di syukuran empat bulanan. Jika bayinya laki-laki, kelak ia diharapkan jago, berwatak kstaria, dan punya kedudukan tinggi.
2. Ketupat Tumpeng
Berbentuk mengerucut dengan dasar melebar. Helai janur menjuntai di bagian yang runcing.
3. Ketupat Sidalungguh
Punya 3 helai janur yang dikeluarkan dari sisiannya. Biasanya dihadirkan dalam syukuran empat bulanan sebagai simbol ditiupkanya ruh ke dalam kandungan. Sang jabang bayi lalu diberi kedudukan (sida lungguh) sebagai manusia kecil.
Inilah 12 Bentuk Ketupat Asli IndonesiaProses Menganyam Janur untuk Ketupat (Foto: iStock)
4. Ketupat Sari
Berbentuk segitiga sama sisi, hanya saja lebih kecil dibanding ketupat jago. Cirinya ada helaian keluar di sudut kanan dan kirinya.
5. Ketupat Bata
Disebut juga ketupat luwar, dibuat dari dua helai janur. Ketupat dianyam menjadi persegi panjang layaknya bentuk batu bata. Satu helaian berada di satu sudut, sementara helaian satu lagi keluar di seberang sudut tadi. Jadi simbol harapan jabang bayi lahir dengan mudah dan selamat. Juga menyimbolkan tercapainya keinginan.
6. Ketupat Debleng
Sinta atau sintok sering ditampilkan sebagai ilustrasi ketupat bentuk belah ketupat. Ujung janurnya keluar di dua sudut berseberangan. Ketupat ini menyimbolkan wanita cantik dan berbudi luhur sesuai dengan harapan anak perempuan yang akan lahir. Ketupat ini dibuat dari empat helai janur.
7. Ketupat Sidapurna
Paling unik karena berbentuk seperti huruf P terbalik atau kipas sate. Hiasannya berupa lipatan janur mirip pita di salah satu sudutnya. Sudut dibawahpun dilipat sebagai hiasan.
8. Ketupat Bebek
Jenis ini juga termasuk ketupat mungil. Bagian bawahnya sedikit membulat dengan ujungnya dibiarkan agak panjang dan miring ke atas, mirip mulut bebek.
Inilah 12 Bentuk Ketupat Asli IndonesiaSalah Satu Bentuk Ketupat Tradisional Indonesia (Foto: iStock)
9. Ketupat Geleng
Persegi panjang seperti ketupat bata. Bedanya, tak ada helaian janur menjuntai keluar di sudut manapun sehingga tampilannya tampak rapat sekali.
10. Ketupat Bagea
Bentuknya hampir bundar dengan janur menjuntai di bagian atas. Anyamannya dibuat saling menyilang, mirip kue bagea atau kuntum bunga.
11. Ketupat Pendawa
Seperti untaian rambut dikepang dua, bentuk ketupat segitiga dengan ujung berupa dua helai janur yang dikepang.
12. Ketupat Gatep
Mirip ketupat bebek, hanya saja bentuknya lebih mirip huruf D kecil.

Bacaan Bilal dan Jawabannya dalam Tarawih




Lazim kita jumpai dalam shalat tarawih Muslim tanah air lantunan-lantunan shalawat atau radhiyallahu ‘anh usai salam. Shalawat diucapkan untuk mendoakan Nabi Muhammad, sementara taradhdhi diucapkan untuk mendoakan empat khalifah pengganti Rasulullah. Masing-masing biasanya dilantunkan bersama-sama melalui komando seorang bilal.
Selain bermaksud doa—yang tentu saja sangat mulia—terkandung fungsi lain dari lantunan-lantunan tersebut, antara lain, pertama, sebagai waktu jeda antara satu shalat dan shalat berikutnya. Tarawih dua puluh rakaat merupakan aktivitas yang cukup menguras tenaga bagi mereka yang tak terbiasa. Karena itu, shalawat dan taradhdhi (lantunan radhiyallahu ‘anh) menjadi momentum istirahat sejenak selepas salam, sebelum melanjutkan rakaat-rakaat berikutnya.
Hal ini juga selaras dengan tarawih yang berarti beberapa istirahat, karena jumlah rakaat yang cukup banyak. Syekh Ibnu Hajar al-Haitami menjelaskan:
وسميت تراويح؛ لأنهم لطول قيامهم كانوا يستريحون بعد كل تسليمتين
“Dan disebut tarawih, karena mereka beristirahat setiap dua kali salam, sebab lamanya berdiri. Mereka beristirahat setelah tiap dua salam (empat rakaat),” (Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj, juz 2, hal. 241).
Kedua, penanda hitungan rakaat yang telah dicapai jamaah shalat tarawih. Melalui shalawat dan taradhdhi imam dan makmum akan lebih mudah mengingat jumlah rakaat yang sudah ditunaikan, menghindarkan dari kesibukan menghitung, sehingga menambah kekhusyukan beribadah.
Sejumlah ulama menyatakan bahwa praktik tersebut adalah tradisi yang bagus. Di dalamnya tak mengandung unsur hal-hal yang bertentangan dengan syariat, seperti mengubah tata laksana shalat sebagaimana mestinya. Di samping berisi doa dan penghormatan kepada orang-orang mulia, secara bersamaan shalawat dan taradhdhi itu juga dilaksanakan dengan motif positif dan di luar prosesi rukun-rukun shalat.

Berikut ini adalah susunan shalawat dan taradhdhi yang umum kita temukan praktiknya di masjid-masjid atau mushala-mushala di Tanah Air. Pola susunan bisa berbeda-beda di masyarakat, dan tak menjadi soal selama tidak ada kandungan yang bertentangan dengan syariat.


Jawaban Jamaah
Bacaan Bilal
No
رَحِمَكُمُ اللهُ
صَلُّوْا سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةَ رَحِمَكُمُ اللهُ
1
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَمَغْفِرَةً وَنِعْمَةْ
فَضْلًا مِنَ اللهِ تَعَالَى وَنِعْمَةْ
2
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
اَلْخَلِيْفَةُ اْلاُوْلَى سَيِّدُنَا اَبُوْ بَكَرْ الصِّدِّيْقُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
3
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَمَغْفِرَةً وَنِعْمَةْ
فَضْلًا مِنَ اللهِ تَعَالَى وَنِعْمَةْ
4
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ 
اَلْخَلِيْفَةُ الثَّانِيَةُ سَيِّدُنَا عُمَرُ ابْنُ الْخَطَّابْ
5
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَمَغْفِرَةً وَنِعْمَةْ
فَضْلًا مِنَ اللهِ تَعَالَى وَنِعْمَةْ
6
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ 
اَلْخَلِيْفَةُ  الثَّالِثَةُ سَيِّدُنَا عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
7
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَمَغْفِرَةً وَنِعْمَةْ
فَضْلًا مِنَ اللهِ تَعَالَى وَنِعْمَةْ
8
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
كرم الله وجهه 
اَلْخَلِيْفَةُ الرَّابِعَةُ سَيِّدُنَا عَلِيْ بِنْ اَبِيْ طَالِبْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
9
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
اَمِيْنَ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ
اَخِرُ التَّرَاوِيْحِ اَجَرَكُمُ اللهُ
10
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Bacaan Bilal Shalat Witir
رَحِمَكُمُ اللهُ
صَلُّوْا سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةَ رَحِمَكُمُ اللهُ
1
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
رَحِمَكُمُ اللهُ
صَلُّوْا سُنَّةَ رَكْعَةَ الْوِتْرِ جَامِعَةَ رَحِمَكُمُ اللهُ
2
  

Demikianlah sebaiknya para jamaah mengerti persis apa yang diucapkan bilal tarawih dan apa jawaban jamaah.

Kamis

SyekhKiVanDhanu: Ziarah Kubur (nyekar = Tradisi ziarah atau kunjung...

SyekhKiVanDhanu: Ziarah Kubur (nyekar = Tradisi ziarah atau kunjung...: Ziarah Kubur (nyekar) dalam Islam Ziarah Kubur (nyekar) merupakan tradisi yang sudah menjamur di Indonesia, bahkan dapat dikatakan mer...

Ziarah Kubur (nyekar = Tradisi ziarah atau kunjungan ke makam di kalangan masyarakat Muslim Jawa)

Ziarah Kubur (nyekar) dalam Islam

Ziarah Kubur (nyekar) merupakan tradisi yang sudah menjamur di Indonesia, bahkan dapat dikatakan merupakan sebuah rutinitas yang sudah sangat umum dilakukan dan intensitasnya akan semakin meningkat di hari-hari menjelang Lebaran sampai hari setelah lebaran.

Banyak sekali perdebatan mengenai perihal ziarah kubur (nyekar) ini, sebagian ada yang memperbolehkan dengan alasan menjaga adat turun temurun dan sebagian lagi melarang karena hal tersebut tidak disebutkan secara jelas dalam agama islam.

Adapun dalam sebuah hadits Bukhari : 8 dan Muslim : 111 "Daripada Ibn Abbas, bahwa Nabi Muhammad SAW melalui dua kubur. Lalu Beliau bersabda: “Sesungguhnya kedua-duanya sedang di azab dan tidaklah kedua-duanya di azab karena dosa besar. Adapun yang ini di azab karena tidak menjaga (kebersihan) daripada kencing sedangkan yang lainnya karena suka mengadu domba.” Lalu Nabi SAW meminta pelepah dan mematahkannya (menjadi) dua bagian. Kemudian Beliau menancapkan di atas (kubur) ini satu dan di atas (kubur) ini satu. Kalangan sahabat Nabi bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan hal ini?” Beliau menjawab: “Mudah-mudahan diringankan azab itu daripada kedua-duanya selama pelepah kurma itu belum kering.”

Sebagian beranggapan bahwa pelepah kurma atau bunga yang diletakkan di atas pusara akan meringankan adzab penghuninya, karena pelepah kurma atau bunga tersebut akan bertasbih kepada Allah selama dalam keadaan basah.

NYEKAR (Tradisi ziarah atau kunjungan ke makam di kalangan masyarakat Muslim Jawa)
Berbeda dengan tradisi ziarah yang ditujukan kepada tokoh-tokoh ulama atau wali yang dianggap keramat, sebagai penghormatan dan upaya mengambil berkah, subjek ziarah dalam nyekar ini umumnya adalah makam leluhur keluarga: kakek-nenek, orang-tua, dan saudara. Nyekar berasal dari kata Jawa sekar yang berarti kembang atau bunga. Dalam praktiknya, memang ziarah ini melibatkan penaburan bunga di atas makam yang dikunjungi. Bahkan sebagian masyarakat ada yang menyertakan dupa dan kemenyan. Sampai sekarang masih dilestarikan oleh orang jawa khususnya warga NU. Di dalam nyekar, yang pasti dan umum terjadi, adalah (resik) pembersihan makam dan pembacaan himpunan doa atau bagian dari surat Al-Quran, yang pendek-panjangnya, bervariasi satu sama lain. Ini juga membuat waktu yang dibutuhkan dalam nyekar berbeda-beda: dari yang singkat sekitar belasan menit, hingga hitungan jam, bahkan ada yang seharian penuh. Jika mereka yang nyekar ini tidak ada yang bisa membaca doa sendiri --umumnya dalam bahasa Arab-- di pemakaman umum biasanya ada juru kunci atau guru agama yang bisa membantu memimpin dan memandu pembacaan ini. Nyekar bisa dilakukan kapan pun sepanjang tahun. Misal pada waktu tahun pertama dari anggota keluarga yang meninggal, di mana ikatan-ikatan emosional dengan orang yang telah mendahului itu masih sangat kuat. Nyekar juga biasa dilakukan seseorang menjelang pelaksanaan upacara lingkaran hidup seperti perkawinan, di mana ia menjadi semacam permohonan doa restu. Nyekar ke leluhur ini juga umum dilakukan oleh mereka yang ingin memohon doa restu dan kekuatan batin karena menghadapi suatu tugas dan tanggung jawab yang berat, akan bepergian jauh, atau karena ada hajat dan keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang besar sekali. Tetapi yang sering, terpenting dan terutama, nyekar dilakukan sekitar seminggu sebelum bulan Ramadan tiba atau setelah lebaran, pada minggu pertama Syawal. Ini bisa dilakukan secara pribadi maupun bersama-sama dengan anggota keluarga lain, baik laki-laki maupun perempuan. Tradisi nyekar sebelum Ramadan ini muncul dari keinginan umat Islam untuk memasuki Bulan Suci dengan keadaan bersih dan penuh “kekuatan”. Mereka ingin segala kesalahan dan kekeliruan yang telah dilakukan, baik sengaja maupun tidak sengaja, dimaafkan oleh teman-teman, saudara-saudara, dan seluruh keluarga agar mereka bisa menjalani puasa dengan lancar, tenang, dan tulus. Permohonan maaf ini juga mereka tujukan pada anggota keluarga dan leluhur mereka yang sudah meninggal sekaligus untuk meringankan beban anggota-anggota keluarga yang sudah wafat itu. Nyekar akan mengingatkan diri mereka bahwa setiap manusia kelak juga akan mengalami kematian. Di beberapa tempat, kegiatan nyekar ini didahului dengan semacam slametan kecil yang diisi dengan pembacaan doa, dzikir-tahlil, atau bagian Quran lainnya dan diakhiri dengan makan bersama. Kenduri ini biasa digelar di rumah, langgar, masjid atau di tempat makam itu sendiri. Karena dilakukan pada bulan Sya’ban atau dalam Bahasa Jawa disebut Sadran, maka sebagian kalangan menyebut praktik ini sebagai nyadran. Ruwah juga dipakai oleh orang Jawa untuk menyebut Sya’ban. Sulit untuk melacak, kapan tradisi nyekar atau nyadran ini muncul. Diyakini bahwa tradisi ini diperkenalkan oleh para wali yang di satu sisi meneruskan tradisi penghormatan kepada roh leluhur di kalangan masyarakat Jawa yang masih menganut ajaran Hindu-Budha saat itu dan di sisi lain menyelaraskan dan membingkainya dengan ajaran Islam. Nyekar atau nyadran karena itu bisa dikatakan suatu bentuk dari pribumisasi Islam, akomodasi Islam pada tradisi lokal. Secara teologis, tradisi ini memang masih memiliki hubungan dengan akidah Islam tentang kematian bahwa setelah manusia meninggal, rohnya akan meninggalkan jasad dan akan berada di alam barzakh hingga nanti hari kebangkitan atau hari kiamat. Sedangkan ziarah kubur juga memiliki dasar-dasarnya di dalam Islam sebagaimana termaktub dalam hadits nabi yang diriwayatkan Muslim, Abu Dawud, dan at-Tarmizi: “Dahulu aku telah melarangmu berziarah kubur, maka sekarang berziarahlah, karena sesungguhnya ziarah kubur itu mengingatkan akhirat.”


Didalam masyarakat Jawa terdapat banyak kegiatan-kegiatan yang khas. Salah satu kegiatan tersebut adalah nyekar atau ziarah kubur. Nyekar berasal dari kata “sekar”, yaitu bunga. Nyekar dapat dilakukan kapan saja. Namun, pada umumnya nyekar dilakukan tepat dihari orang yang kita ziarahi meninggal, atau saat mempunyai hajat, menyambut datangnya bulan Ramadhan, sebelum atau setelah Idul Fitri, saat bermimpi orang yang meninggal tersebut, dan sebelum berpergian jauh; seperti merantau. Nyekar dilakukan untuk menghormati dan mendoakan orang yang sudah meninggal, sebagai salah satu bentuk bakti kita kepada orang yang sudah meninggal tersebut dan sebagai pengingat bahwa masih ada kehidupan lain setelah di dunia, yaitu akhirat.
Nyekar yang biasa dilakukan adalah dengan menabur bunga. Sebelum pergi ke makam, terlebih dahulu menyiapkan bunga (lebih baik jika ada tujuh rupa), air, dan pendel. Menggunakan bunga, karena untuk memberikan efek wangi pada sekitar makam, air untuk membasahi makam agar tumbuhan yang hidup sekitar makam tidak kekeringan dan keharuman bunga tadi sampai kedalam tanah, dan pendel untuk memberikan kesejukan. Ada juga orang yang membawa sesajen dan membakar menyan dengan ditaburi gula pasir dan dengan dibacakan doa-doa Jawa, yang pada saat ini hanya sesepuh desa yang bisa. Saat membawa bunga campuran tersebut, dilarang menciumi baunya, karena akan mengurangi keharumannya dan merupakan sikap yang tidak hormat. Dianjurkan juga saat berangkat dan pulang tidak pada satu jalur yang sama, hal tersebut dilakukan agar kita bisa mengenal wilayah sekitar dan berani mengambil keputusan yang berbeda. Ketika sampai didepan area makam, langkah pertama ketika masuk adalah menggunakan kaki kanan dan sebaliknya ketika pulang menggunakan kaki kiri, karena niat baik diawali dari kanan dan kiri untuk mengintrospeksi diri. Bagi wanita yang sedang haid dilarang memasuki area makam, karena dalam keadaan tidak suci dan kosong. Takutnya nanti ada hal-hal yang tidak diinginkan, seperti  kemasukan makhluk gaib.


Tradisi berziarah ke makam keluarga atau nyekar, menjadi salah satu tradisi masyarakat Indonesia menjelang bulan Ramadhan. Maka tidak heran, berbagai tempat pemakaman umum dipenuhi warga yang berziarah.
Setiap menjelang bulan Ramadhan, banyak tradisi yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia. Salah satunya adalah berziarah ke makam keluarga atau nyekar. Selain mendoakan keluarga mereka yang telah tiada, tradisi nyekar juga dimanfaatkan untuk merawat dan membersihkan makam.

“Ziarah ke makam orangtua. Kalau mau menjelang bulan puasa kita kan harus ziarah. Kan banyak yang ziarah ke luar, ke mana ya, ke (makam) para Wali, masak orangtua yang dekat kenapa enggak diziarahi. Yang penting nomorsatukan orangtua dulu. Sudah biasa setiap tahun (ziarah) begini, nanti juga mau lebaran begini juga,” .

Banyaknya warga yang datang untuk berziarah, membuat kunjungan ke tempat pemakaman umum meningkat dua kali lipat. Jika pada hari biasanya tempat pemakaman umum tampak sepi dari peziarah, kini justru padat oleh peziarah

Ziarah makam hanya satu dari sekian banyak tradisi masyarakat Indonesia khususnya umat Islam dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Selain makam keluarga, sebagian umat muslim ada pula yang berziarah ke makam para Wali dan pemuka agama Islam lainnya.

Ada pula umat muslim yang melakukan tradisi munggahan atau makan bersama untuk menyambut Ramadhan. Berbagai tradisi yang patut dilestarikan tersebut merupakan warisan turun-temurun dari nenek moyang bangsa Indonesia sejak dulu.

Rabu

Niat Puasa Ramadan, Doa Buka Puasa, Niat Shalat Tarawih dan Shalat Witir

Bulan Ramadan tinggal hitungan hari. Ramadan menjadi ajang bagi umat Islam untuk memperbanyak ibadah.
Agar amal Ibadah diterima, tentu harus diawali dengan niat yang baik. Di Bulan Ramadan, ibadah bukan saja puasa. Namun banyak ibadah sunat lainnya. Niat tentu adanya di hati. Namun demikian, ada sebagian dari kita yang berkeyakinan bahwa niat perlu dilafalkan.
Untuk itu perlu diperhatikan utamanya ibadah-ibadah seperti puasa, salat tarawih dan ibadah lain. Berikut niat hingga doa buka puasa Ramadan, salat sunat tarawih, dan salat sunat witir.

1. Niat Puasa

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ اَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةِ ِللهِ تَعَالَى

NAWAITU SHAUMA GHODIN 'AN ADAA'I FARDHI SYAHRI ROMADHOONA HAADZIHIS SANATI LILLAHI TA'ALA

Artinya: Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban di bulan Ramadan tahun ini, karena Allah Ta'ala.


2. Doa Buka Puasa

اَللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ

Allahumma lakasumtu wabika aamantu wa’alaa rizqika afthortu birohmatika yaa arhamar roohimiin

Artinya: Ya Allah keranaMu aku berpuasa, denganMu aku beriman, kepadaMu aku berserah dan dengan rezekiMu aku berbuka (puasa), dengan rahmat MU, wahai Allah Tuhan Maha Pengasih.

3. Niat salat tarawih sebagai ma'mum

اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى

Usholli Sunnatat-taraawiihi rok'ataini mustaqbilal qiblati ma'muuman lillaahi ta'alaa

Artinya: Saya niat salat sunah tarawih dua rakaat menghadap kiblat sebagai makmum karena Allah Ta'ala


4. Niat salat tarawih sebagai imam

اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ إِمَامًا ِللهِ تَعَالَى

USHOLLII SUNNATAT-TARAAWIIHI ROK'ATAINI MUSTAQBILAL QIBLATI IMAAMAN LILLAAHI TA'ALAA


Niat salat sunah tarawih sendirian

اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى

USHOLLII SUNNATAT-TARAAWIIHI ROK'ATAINI MUSTAQBILAL QIBLATI LILLAAHI TA'ALAA
Artinya: Saya niat salat sunah tarawih dua rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta'ala

Niat Shalat Sunnah Witir 3 Raka'at

اُصَلِّى سُنًّةَ الْوِتْرِ ثَلاَثَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى

USHOLLI SUNNATAL WITRI TSALAATSA RAKA'AATIN MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA'AN MA'MUUMAN LILLAAHI TA'ALA
Artinya: Saya niat salat witir tiga rakaat menghadap kiblat sebagai makmum karena Allah Ta'ala

Niat salat sunah witir 2 raka'at

اُصَلِّى سُنًّةَ الْوِتْرِرَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى

USHOLLI SUNNATAL WITRI RAK'ATAINI MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA'AN MA'MUUMAN LILLAAHI TA'ALA
Artiny : Saya niat salat witir dua rakaat menghadap kiblat sebagai makmum karena Allah Ta'ala


Niat salat witir 1 raka'at

اُصَلِّى سُنًّةَ الْوِتْرِرَكْعَةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى

USHOLLI SUNNATAL WITRI RAK'ATAN MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA'AN MA'MUUMAN LILLAAHI TA'ALA

Artinya: Saya niat salat witir satu rakaat menghadap kiblat sebagai makmum karena Allah Ta'ala

Apakah Niat Puasa Bisa Dibaca Sekaligus Awal Ramadan untuk Sebulan Penuh? 
Puasa hukumnya wajib dilakukan bagi seluruh umat Islam.
Ada orang mengatakan bahwa niat puasa Ramadan bisa dilakukan sekaligus di awal Ramadan. Dengan niat sebulan penuh itu, ia mungkin berharap tidak perlu berniat setiap malam sebelum puasa di keesokan siangnya.
Dilansir dari TribunJogja, perihal ini Syekh Taqiyyuddin Abu Bakar bin Muhammad Al-Hishni dalam Kifayatul Akhyar menerangkan sebagai berikut.

ولا يصح الصوم إلا بالنية للخبر. ومحلها القلب, ولايشترط النطق بها بلا خلاف, وتجب النية لكل ليلة لان كل يوم عبادة مستقلة , ألا ترى أنه لا يفسد بقية الأيام بفساد يوم منه. فلو نوى الشهر كله, صح له اليوم الأول على المذهب.

Artinya: “Puasa tidak sah tanpa niat. Keharusan niat didasarkan pada hadis. Tempat niat itu di hati. Karenanya, niat tidak disyaratkan secara lisan. Ketentuan ini disepakati bulat ulama tanpa perbedaan pendapat. Niat puasa wajib dipasang setiap malam. Karena, puasa dari hari ke hari sepanjang Ramadan merupakan ibadah terpisah.
Coba perhatikan, bukankan puasa Ramadan sebulan tidak menjadi rusak hanya karena batal sehari? Kalau ada seseorang memasang niat puasa sebulan penuh di awal Ramadan, maka puasanya hanya sah di hari pertama.
Demikian pendapat madzhab ini (Madzhab Syafi’i),” (Lihat Taqiyuddin Abu Bakar Al-Hishni, Kifayatul Akhyar).

Adapun niat puasa sekaligus sebulan penuh adalah pandangan dari Madzhab Hanafi.
Menurut Madzhab Hanafi, puasa seseorang dengan niat sebulan penuh di awal Ramadan dinilai sah meskipun ia tidak menetapkan niat puasa setiap malam.
Kendati demikian, mereka juga tetap menganjurkan orang yang telah melakukan niat puasa wajib sebulan penuh di awal Ramadan untuk mengulang niat puasa di setiap malam Ramadan.
Karenanya, melihat keistimewaan puasa Ramadan itu, seseorang wajib memasang niat setiap malam. Untuk menghindari lupa niat, ada baiknya seseorang mengikuti tarawih berjamaah, dan mengucapkan niat usai salat Isya, atau tarawih.

Sesudah Shalat Tarawih Baca Doa Kamilin

Doa adalah intisari ibadah (mukhhul ‘ibâdah). Manusia diwajibkan untuk berdoa bukan hanya karena ia pasti membutuhkan, tapi juga karena merupakan bagian dari perintah. Selain merupakan wahana menumpahkan permohonan kepada Sang Khalik, doa mencerminkan pula sebuah ekspresi ketundukan, kepasrahan, dan kerendahan hati di hadapan-Nya. Doa bisa diungkapkan dengan bahasa apa saja, oleh siapa saja, dan dilakukan kapan saja, termasuk usai shalat tarawih pada Ramadhan kali ini.
Berikut ini adalah doa yang lazim dibaca para ulama setiap selepas sembahyang tarawih. Doa ini popular dengan sebutan “doa kamilin”.
اَللهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ. وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ. وَلِلصَّلاَةِ حَافِظِيْنَ. وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ. وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ. وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ. وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ. وَعَنِ الَّلغْوِ مُعْرِضِيْنَ. وَفِى الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ. وَفِى اْلآخِرَةِ رَاغِبِيْنَ. وَبَالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ. وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ. وَعَلَى الْبَلاَءِ صَابِرِيْنَ. وَتَحْتَ لَوَاءِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ وَإِلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ. وَإِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ. وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ. وَعَلى سَرِيْرِالْكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ. وَمِنْ حُوْرٍعِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ. وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ. وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ. وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفًّى شَارِبِيْنَ. بِأَكْوَابٍ وَّأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِّنْ مَعِيْن. مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولئِكَ رَفِيْقًا. ذلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا. اَللهُمَّ اجْعَلْنَا فِى هذِهِ اللَّيْلَةِ الشَّهْرِالشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ. وَلاَتَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِه وَصَحْبِه أَجْمَعِيْنَ. بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Allâhummaj‘alnâ bil îmâni kâmilîn. Wa lil farâidli muaddîn. Wa lish-shlâti hâfidhîn. Wa liz-zakâti fâ‘ilîn. Wa lima ‘indaka thâlibîn. Wa li ‘afwika râjîn. Wa bil-hudâ mutamassikîn. Wa ‘anil laghwi mu‘ridlîn. Wa fid-dunyâ zâhdîn. Wa fil ‘âkhirati râghibîn. Wa bil-qadlâ’I râdlîn. Wa lin na‘mâ’I syâkirîn. Wa ‘alal balâ’i shâbirîn. Wa tahta lawâ’i muhammadin shallallâhu ‘alaihi wasallam yaumal qiyâmati sâ’irîna wa ilal haudli wâridîn. Wa ilal jannati dâkhilîn. Wa min sundusin wa istabraqîn wadîbâjin mutalabbisîn. Wa min tha‘âmil jannati âkilîn. Wa min labanin wa ‘asalin mushaffan syâribîn. Bi akwâbin wa abârîqa wa ka‘sin min ma‘în. Ma‘al ladzîna an‘amta ‘alaihim minan nabiyyîna wash shiddîqîna wasy syuhadâ’i wash shâlihîna wa hasuna ulâ’ika rafîqan. Dâlikal fadl-lu minallâhi wa kafâ billâhi ‘alîman. Allâhummaj‘alnâ fî hâdzihil lailatisy syahrisy syarîfail mubârakah minas su‘adâ’il maqbûlîn. Wa lâ taj‘alnâ minal asyqiyâ’il mardûdîn. Wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ muhammadin wa âlihi wa shahbihi ajma‘în. Birahmatika yâ arhamar râhimîn wal hamdulillâhi rabbil ‘âlamîn.
Artinya, “Yaa Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang memenuhi kewajiban- kewajiban, yang memelihara shalat, yang mengeluarkan zakat, yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang berpegang pada petunjuk, yang berpaling dari kebatilan, yang zuhud di dunia, yang menyenangi akhirat , yang ridha dengan qadla-Mu (ketentuan-Mu), yang mensyukuri nikmat, yang sabar atas segala musibah, yang berada di bawah panji-panji junjungan kami, Nabi Muhammad, pada hari kiamat, yang mengunjungi telaga (Nabi Muhammad), yang masuk ke dalam surga, yang selamat dari api neraka, yang duduk di atas ranjang kemuliaan, yang menikah dengan para bidadari, yang mengenakan berbagai sutra ,yang makan makanan surga, yang minum susu dan madu murni dengan gelas, cangkir, dan cawan bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang terbaik. Itulah keutamaan (anugerah) dari Allah, dan cukuplah bahwa Allah Maha Mengetahui. Ya Allah, jadikanlah kami pada malam yang mulia dan diberkahi ini termasuk orang-orang yang bahagia dan diterima amalnya, dan janganlah Engkau jadikan kami tergolong orang-orang yang celaka dan ditolak amalnya. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya atas junjungan kami Muhammad, serta seluruh keluarga dan shahabat beliau. Berkat rahmat-Mu, wahai Yang Paling Penyayang di antara yang penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.”
(Lihat Sayyid Utsman bin Yahya, Maslakul Akhyar, Cetakan Al-‘Aidrus, Jakarta).

Doa Kamilin, Dibaca Sesudah Shalat Tarawih

Bacaan Bilal dan Jawaban dalam Tarawih

Ramadhan telah tiba kembali. Semua orang menyambut dengan penuh gembira. Tidak hanya orang tua, tetapi juga orang dewasa dan anak-anak kecil. Dan memang begitulah seharusnya. Karena merasa gembira dengan kedatangan Ramadhan adalah sebuah pahala tersendiri. Sebagaimana keterangan dalam hadits Rasulullah saw yang isinya:
من فرح بدخول رمضان حرّم الله جسده على النيران
"Barangsiapa gembira masuknya bulan Ramadhan, maka Allah subhanahu wata'ala mengharamkan jasadnya dari api neraka."
Memang gembira adanya di perasaan dan di dalam hati, akan tetapi harus diejawantahkan dalam amaliah keseharian. Mulai dari sedekah, zakat, memperbanyak sedekah dan amaliah Ramadhan lainnya, terutama tarawih yang merupakan bukti kegembiraan dan keseriusan seseorang dalam menyambut Ramadhan. Begitu semangatnya dalam terawih sehingga tidak sedikit jamaah yang asal berteriak tanpa mengerti subtansinya, apalagi makna dan isinya.
Oleh karena itulah menjadi penting mengingatkan kembali bacaan bilal dan bagaimana cara menjawabnya dalam tarawih.

Jawaban Jamaah Bacaan Bilal No
رَحِمَكُمُ اللهُ صَلُّوْا سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةَ رَحِمَكُمُ اللهُ 1
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَمَغْفِرَةً وَنِعْمَةْ فَضْلًا مِنَ اللهِ تَعَالَى وَنِعْمَةْ 2
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَلْخَلِيْفَةُ اْلاُوْلَى سَيِّدُنَا اَبُوْ بَكَرْ الصِّدِّيْقُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ 3
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَمَغْفِرَةً وَنِعْمَةْ فَضْلًا مِنَ اللهِ تَعَالَى وَنِعْمَةْ 4
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ  اَلْخَلِيْفَةُ الثَّانِيَةُ سَيِّدُنَا عُمَرُ ابْنُ الْخَطَّابْ 5
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَمَغْفِرَةً وَنِعْمَةْ فَضْلًا مِنَ اللهِ تَعَالَى وَنِعْمَةْ 6
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ  اَلْخَلِيْفَةُ  الثَّالِثَةُ سَيِّدُنَا عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ 7
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَمَغْفِرَةً وَنِعْمَةْ فَضْلًا مِنَ اللهِ تَعَالَى وَنِعْمَةْ 8
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
كرم الله وجهه  اَلْخَلِيْفَةُ الرَّابِعَةُ سَيِّدُنَا عَلِيْ بِنْ اَبِيْ طَالِبْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ 9
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
اَمِيْنَ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ اَخِرُ التَّرَاوِيْحِ اَجَرَكُمُ اللهُ 10
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Bacaan Bilal Shalat Witir
رَحِمَكُمُ اللهُ صَلُّوْا سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةَ رَحِمَكُمُ اللهُ 1
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
رَحِمَكُمُ اللهُ صَلُّوْا سُنَّةَ رَكْعَةَ الْوِتْرِ جَامِعَةَ رَحِمَكُمُ اللهُ 2

Demikianlah sebaiknya para jama’ah mengerti persis apa yang diucapkan bilal tarawih dan apa jawaban jama’ah.

Senin

MANAQIB SYEKH ABDUL QODIR JAILANI




1. MANQOBAH PERTAMA: MENERANGKAN TENTANG NASAB KETURUNAN SYEKH ABDUL QODIR JAELANI





NASAB DARI AYAH



Sayyid Abu Muhammad Abdul Qodir Jaelani ayahnya bernama : Abu Sholeh Janki Dausat, putra Abdullah, putra Yahya az-Zahid, putra Muhammad, putra Daud, putra Musa at-Tsani, putra Musa al-Jun, putra Abdulloh al-Mahdi, putra Hasan al-Mutsanna, cucu Nabi Muhammad saw. putra Sayyidina 'Ali Karromallohu Wajhahu.



NASAB DARI IBU



Sayyid Abdul Qodir Jaelani ibunya bernama : Ummul Khoer Ummatul Jabbar Fathimah putra Sayyid Muhammad putra Abdulloh asSumi'i, putra Abi Jamaluddin as-Sayyid Muhammad, putra al-Iman Sayid Mahmud bin Thohir, putra al-Imam Abi Atho, putra sayid Abdulloh al-Imam Sayid Kamaludin Isa, putra Imam Abi Alaudin Muhammad al-Jawad, putra Ali Rido Imam Abi Musa al-Qodim, putra Ja'far Shodiq, putra Imam Muhammad al-Baqir, putra Imam Zaenal Abidin, putra Abi Abdillah al-Husain, putra Ali bin Abi Tholib Karromallohu wajhah.



Dengan demikian, Syekh Abdul Qodir Jaelani adalah Hasani dan sekaligus Husaini.



***



اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان



alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.



***



2. MANQOBAH KEDUA: BEBERAPA MACAM TANDA KEMULIAAN PADA WAKTU SYAIKH ABDUL QODIR DILAHIRKAN



Sayid Abu Muhammad Abdul Qodir Jaelani dilahirkan di Naif, Jailani Irak pada tanggal 1 bulan Romadhon, tahun 470 Hijriyah, bertepatan dengan 1077 Masehi.



Beliau wafat pada tanggal 11 Rabiul Akhir tahun 561 Hijriyah bertepatan dengan 1166 Masehi, pada usia 91 tahun. Beliau dikebumikan di Bagdad, Irak.





PADA MALAM BELIAU DI LAHIRKAN ADA LIMA KAROMAH (KEMULIAAN):



1. Ayah Syekh Abdul Qodir Jaelani, yaitu Abi Sholih Musa Janki, pada malam hari bermimpi dikunjungi Rosululloh SAW., diiringi para Sahabat dan Imam Mujtahidin, serta para wali. Rosululloh bersabda kepada Abi Sholih Musa Janki: "Wahai, Abi Sholih kamu akan diberi putra oleh Alloh. Putramu bakal mendapat pangkat kedudukan yang tinggi di atas pangkat kewalian sebagaimana kedudukanku diatas pangkat kenabian. Dan anakmu ini termasuk anakku juga, kesayanganku dan kesayangan Alloh.



2. Setelah kunjungan Rosululloh SAW, para Nabi datang menghibur ayah Syekh Abdul Qodir : "Nanti kamu akan mempunyai putra, dan akan menjadi Sulthonul Auliya, seluruh wali selain Imam Makshum, semuanya di bawah pimpinan putramu".



3. Syekh Abdul Qodir sejak dilahirkan menolak untuk menyusu, baru menyusu setelah berbuka puasa.



4. Di belakang pundak Syekh Abdul Qodir tampak telapak kaki Rosululloh SAW, dikala pundaknya dijadikan tangga untuk diinjak waktu Rosululloh akan menunggang buroq pada malam Mi'raj.



5. Pada malam dilahirkan, Syekh Abdul Qodir diliputi cahaya sehingga tidak seorangpun yang mampu melihatnya. Sedang usia ibunya waktu melahirkan ia berusia 60 tahun, ini juga sesuatu hal yang luar biasa.



***



اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان



alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.



***



3. MANQOBAH KETIGA : KECERDASAN SYEKH ABDUL QODIR DALAM WAKTU MENUNTUT ILMU



Syekh Abdul Qodir dalam menuntut ilmu berusaha mencari guru-guru yang sudah pakar dalam ilmunya. Beliau mempelajari serta memperdalam bermacam-macam disiplin ilmu diantaranya disiplin ilmu syari'ah.



Seluruh gurunya mengungkapkan tentang kecerdasan Syekh Abdul Qodir. Beliau belajar ilmu Fiqih dari Abil Wafa 'Ali bin 'Aqil. Dari Abi 'Ali Khotob alKaludiani dan Abi Husein Muhammad bin Qodhi. Ditimbanya ilmu Adab dari Abi Zakaria At-Tibrizi. Ilmu Thoriqoh dipelajarinya dari Syekh Abi Khoer Hamad bin Muslim bin Darowatid Dibbas.



Sementara itu, beliau terus menerus meraih pangkat yang sempurna, berkat rahmat Alloh Yang Maha Esa sehingga beliau menduduki pangkat tertinggi. Dengan semangat juang yang tinggi, disertai kebulatan tekad yang kuat beliau berusaha mengekang serta mengendalikan hawa nafsu keinginannya. Beliau berkhalwat di Iraq dua puluh tahun lamanya, dan tidak berjumpa dengan siapapun.



***



اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان



alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.



***



4. MANQOBAH KEEMPAT : KEPRIBADIAN DAN BUDI PEKERTI SYEKH ABDUL QODIR



Akhlaq, pribadi Syekh Abduk Qodir Jaelani sangat taqwa disebabkan sangat takutnya kepada Alloh, hatinya luluh, air matanya bercucuran. Do'a permohonannya diterima Alloh. Beliau seorang dermawan berjiwa sosial, jauh dari perilaku buruk dan selalu dekat dengan kebaikan. Berani dan kokoh dalam mempertahankan haq, selalu gigih dan tegar dalam menghadapi kemungkaran. Beliau pantang sekali menolak orang yang meminta-minta, walau yang diminta pakaian yang sedang beliau pakai. Sifat dan watak beliau tidak marah karena hawa nafsu, tidak memberi pertolongan kalau bukan karena Alloh.



Beliau diwarisi akhlaq Nabi Muhammad SAW., ketampanan wajahnya setampan Nabi Yusuf a.s. Benarnya (shiddiqnya) dalam segala hal sama dengan benarnya Sayidina Abu Bakar r.a. Adilnya, sama dengan keadilan Sayidina Umar bin Khottob r.a. Hilimnya dan kesabarannya adalah hilimya Sayidina Utsman bin Affan r.a. Kegagahan dan keberaniannya, berwatak keberanian Sayidina Ali bin Abi Tholib Karromallohu wajhah.



***



اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان



alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.



***



5. MANQOBAH KELIMA : PAKAIAN SYEKH ABDUL QODIR DAN UJIAN YANG BELIAU TERIMA



Pakaian Syekh Abdul Qodir yaitu jubah dari bulu domba yang kasar, dikepala beliau dililitkan sebuah kain. Di kala beliau berjalan walaupun jalan yang dilaluinya banyak durinya, beliau jarang beralas kaki, tidak memakai terompah apalagi sepatu. Makanannya cukup hanya makan buah-buahan dan dedaunan. Dan kebiasaan beliau, tidak tidur dan tidak minum air kecuali hanya sedikit saja, dan pernah dalam waktu yang lama, beliau tidak makan, kemudian beliau berjumpa dengan seseorang yang memberikan sebuah pundi-pundi berisikan sejumlah uang dirham. Sebagai pemberian hormat kepada pemberinya, beliau mengambil sebagian uang tadi untuk membeli roti dan bubur, kemudian duduklah beliau untuk memakannya. Tiba-tiba ada sepucuk surat yang tertulis demikian :



انما جعلت الشهوات لضعفاء عبادي ليستعينوا بها على الطاعة واما الاقوياء فما لهم الشهوات ‏



INNAMAA JU'ILATIS SYAHAWAATU LIDHU'AFAA'I 'IBAADII LIYASTA'IINUU BIHAA 'ALAT-THO'AATI, WA AMMAL AQWIYAA'U FAMAA LAHUMUS-SYAHAWAATU



(Sesungguhnya syahwat-syahwat itu adalah untuk hamba-hambaKU yang lemah, untuk menunjang berbuat tho'at. Adapun orang-orang yang kuat itu seharusnya tidak punya syahwat keinginan).



Maka setelah membaca surat tersebut beliau tidak jadi makan. Kemudian beliau mengambial saputangannya, terus meninggalkan makan roti dan bubur tadi. Lalu beliau menghadap qiblat serta sholat dua roka'at. Setelah sholat, beliau mengerti bahwa dirinya masih diberi pertolongan oleh Alloh SWT. Dan hal itu merupakan ujian bagi beliau.



***



اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان



alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.



***



6. MANQOBAH KEENAM : SYEKH ABDUL QODIR BERSAMA NABI KHIDHIR DI IRAQ



Pada waktu Syekh Abdul Qodir memasuki negara Iraq, beliau ditemani oleh Nabi Khidhir a.s., pada waktu itu Syekh belum kenal, bahwa itu Nabi Khidhir a.s., Syekh dijanjikan oleh Nabi Khidhir, tidak diperbolehkan mengingkari janji. Sebab kalau ingkar janji, bisa berpisah. Kemudian Nabi Khidhir a.s. berkata : "Duduklah engkau disini ! Maka duduklah Syekh pada tempat yang yang ditunjukkan oleh Nabi Khidhir a.s. selama 3 tahun. Setiap tahunnya Syekh dikunjungi oleh Nabi Khidhir a.s. sambil berkata : "Janganlah kamu meninggalkan tempat ini sebelum aku datang kepadamu !".



***



اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان



alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.



***



7. MANQOBAH KETUJUH : KEBIASAAN SYEKH ABDUL QODIR SETIAP MALAM DIGUNAKAN UNTUK IBADAH SHOLAT DAN DZIKIR



Syekh Abu Abdillah Muhammad al-Hirowi meriwayatkan bahwa :"Saya berkhidmat menjadi mitra dan mendampingi Syekh Abdul Qodir selama empat puluh tahun lamanya. Selama itu saya (Syekh Abu Abdillah) menyaksikan beliau bila sholat Shubuh hanya dicukupkan dengan wudhu 'Isya, artinya beliau tidak bathal wudhu.



Seusai sholat lalu Syekh masuk kamar menyendiri sampai waktu sholat Shubuh. Para pejabat pemerintah banyak yang datang untuk bersilaturrahmi, tapi kalau datangnya malam hari tidak bisa bertemu dengan beliau terpaksa mereka harus menunggu sampai waktu Shubuh.



Pada suatu malam saya mendampingi beliau, sekejap matapun saya tidak tidur, saya menyaksikan sejak sore hari beliau melaksanakan sholat dan pada malam harinya dilanjutkan dengan zikir, lewat sepertiga malam lalu beliau membaca :



ALMUHIITHUR ROBBUSY SYAHIIDUL HASIIBUL FA'AALUL KHOLLAAQUL KHOOLIQUL BAARI`UL MUSHOWWIR.



Tampak badannya bertambah kecil sampai mengecil lagi, lalu badannya berubah menjadi besar dan bertambah besar, lalu naik tinggi ke atas meninggi bertambah tinggi lagi, sampai tidak tampak dari pemandangan. Sejurus kemudian beliau muncul lagi berdiri melakukan sholat dan pada waktu sujud sangat lama sekali.



Demikianlah beliau mendirikan sholat semalam suntuk, dari dua pertiga malam harinya, lalu beliau menghadap qiblat sambil membaca do'a.



Tiba-tiba terpancarlah sinar cahaya menyoroti arah beliau dan badannya diliputi sinar cahaya dan tidak henti-hentinya terdengar suara yang mengucapkan salam sampai terbit fajar.



***



اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان



alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.



***



8. MANQOBAH KEDELAPAN : BERLAKU BENAR DAN JUJUR ADALAH PANDANGAN HIDUP SYEKH ABDUL QODIR



Diriwayatkan, Syekh Abdul Qodir ditanya oleh seorang ikhwan, "Apakah pedoman dalam pandangan hidup ber'amal?". Beliau menjawab: "Bagiku wajib benar pantang untuk berdusta."



Diriwayatkan, pada waktu Syekh menginjak usia muda belia, berusia 18 tahun. Pada suatu hari yaitu hari Arafah bagi kaum muslimin yang naik haji atau sehari sebelum 'Iedul Adha, beliau pergi ke padang rumput menggembalakan seekor unta. Ditengah perjalanan unta tersebut menoleh ke belakang dan berkata kepada beliau : "Hei Abdul Qodir, kamu tercipta bukan sebagai penggembala unta."



Peristiwa itu mengejutkan Syekh, dan beliau kembali pulang. Sekembali di rumahnya, beliau naik ke atap rumahnya, dan dengan mata bathinnya beliau melihat suatu majelis yang amat besar di Arafah. Setelah itu Syekh datang menemui ibunya dan berkata : "Wahai Ibunda tercinta, tadi sewaktu saya menggembala unta, si unta berkata padaku dengan bahasa manusia yang fasih ; 'Hei Abdul Qodir, kamu tercipta bukan sebagai penggembala unta', karenanya bila bunda mengizinkan, saya ingin mesantren ke negeri Baghdad."



Seperti telah diketahui umum, pada waktu itu Baghdadlah pusat pengetahuan agama Islam.



Ketika Ibunya mendengar permohonan puteranya, maka keluarlah air matanya, mengingat ia sudah tua dan suaminya, yakni Ayahanda Syekh Abdul Qodir sudah lama meninggal dunia; timbul pertanyaan di hati Sang Bunda: apakah aku akan bertemu lagi dengan puteraku tercinta?



Akan tetapi karena Sang Ibu adalah seorang wanita yang bersih hati, maka ia tidak menghalangi niat mulia Sang Putra.



Lalu Sang Ibu berkata: "Baiklah wahai anakku, bila memang tekadmu sudah bulat, Ibu mengizinkanmu mesantren ke Baghdad, ini Ibu sudah mempersiapkan uang 40 dinar yang ibu jahit dalam bajumu, persis dibawah ketiak bajumu. Uang ini adalah peninggalan Almarhum Ayahmu. Namun sebelum berpisah, Ibu ingin agar kau berjanji pada ibu, agar jangan pernah kau berdusta dalam segala keadaan."



Syekh Abdul Qodirpun mempersembahkan janjinya pada Sang Bunda : "Saya berjanji untuk selalu berkata benar dalam segala keadaan, wahai ibunda". Kemudian berpisahlah ibu dan anak tersebut dengan hati yang amat berat.



Setelah beberapa hari kafilah berangkat, dan Syekh Abdul Qodir turut pula di dalamnya berjalan dengan selamat, maka tatkala kafilah itu hampir memasuki kota Baghdad, di suatu tempat, Hamdan namanya, tiba-tiba datang segerombolan perampok. Enam puluh orang penyamun berkuda merampok kafilah itu habis-habisan.



Semua perampok tadi tidak ada yang memperdulikan, menganiaya atau bersikap bengis kepada Syekh Abdul Qodir, karena beliau nampak begitu sederhana dan miskin. Mereka berprasangka bahwa pemuda itu tidak punya apa-apa.



Kemudian ada salah seorang penyamun datang bertanya "Hei anak muda, apa yang kau punyai?" Kemudian Syekh menjawab :" Saya punya uang 40 dinar".

"Tampang gembel gini ngaku kaya, huh,dasar!", hardik si penyamun sambil ngeloyor pergi.



Lalu si penyamun menghadap kepala rampok sambil mengadu :" Wahai ketua , tadi ada pemuda miskin, ia mengaku mempunyai 40 dinar, namun tidak ada satupun yang percaya."



"Dasar bodoh, bukannya kalian buktikan, malah dibiarkan, bawa pemuda itu kesini!", bentak si kepala rampok pada anak buahnya. Lalu Syekh di hadapkan kepada pimpinan rampok dan ditanya oleh ketua rampok : "Hai anak muda, apa yang kau punyai?".



Syekh Abdul Qodir menjawab: "Sudah kubilang dari tadi, bahwa aku mempunyai 40 dinar emas, di jahit oleh ibuku di bawah ketiak bajuku, kalau kalian tidak percaya biar kubuktikan!". Lalu Syekh membuka bajunya dan mengiris kantong di bawah ketiak bajunya dan sekaligus menghitung uang sejumlah 40 dinar tadi.



Melihat uang sebanyak itu, sang kepala penyamun bukannya bergembira, tapi malah diam terpesona sejenak, lalu bertanya pada Syekh : "Anak muda, orang lain jangankan punya uang sebanyak ini, punya satu senpun kalau belum dipukul belum mau menyerahkan, kenapa kamu yang punya uang sebanyak ini justru selalu jujur kalau ditanya?".



Syekh menjawab dengan tenang: " Aku telah berjanji pada ibuku untuk jujur dan tidak dusta dalam keadaan apapun. Jika aku berbohong maka tidak bermakna upayaku menimba ilmu agama."



Mendengar jawaban itu, sang kepala penyamun tadi bercucuranlah air matanya, dan jatuh terduduk di kaki Syekh Abdul Qodir sambil berkata : "Dalam keadaan segawat ini, kau tidak berani melanggar janji pada ibumu, betapa hinanya kami yang selama ini melanggar perintah Tuhan, sekarang saksikan di hadapanmu bahwa kami bertobat dari pekerjaan hina ini."



Kemudian kepala perampok tadi dan anak buahnya mengembalikan semua barang-barang hasil rampokan kepada kafilah, perjalanan dilanjutkan sampai ke Baghdad. Anak buah perampok semua mengikuti jejak langkah pemimpinnya. Kembalilah mereka kedalam masyarakat biasa mencari nafkah dengan halal dan jujur.



* Diriwayatkan, kepala perampok itu menjadi murid pertamanya.



***



اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان



alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.



***



9. MANQOBAH KESEMBILAN: SYEKH ABDUL QODIR UNTUK PERTAMA KALINYA MEMBERIKAN CERAMAH PENGAJIAN DI HADAPAN PARA ULAMA BAGHDAD



Dalam kitab Bahjatul Asror diterangkan bahwa pada hari selasa tanggal enam bulan Syawal tahun 521 Hijriyah menjelang waktu dzuhur, saya melihat kedatangan Rosululloh SAW, kata Syekh Abdul Qodir, lalu beliau bersabda kepadaku : "Wahai anakku, mengapa kamu tidak segera memberikan pengajian pada jama'ah pengajian itu?". Lalu Syekh Abdul Qodir mengemukakan alasannya : "Ya Rosulalloh, bagaimana saya bisa memberikan pengajian, sebagaimana diketahui bahwa saya ini orang ajam, sedangkan mereka para Alim Ulama Baghdad yang akan kuhadapi, mereka sangat fasih berbahasa Arab".



"Coba buka mulutmu!", sabda Rosululloh SAW. yang ditujukan kepadaku. Lalu saat itu pula saya membuka mulut, kemudian diludahinya mulutku tujuh kali oleh Rosululloh SAW. Sabda beliau : "Mulai sekarang, silakan kamu mengajar, ajaklah mereka menuju Tuhanmu dengan jalan hikmat dan kebijaksanaan, berikan nasihat dengan tuntunan dan tutur kata yang baik." Setelah itu beliau menghilang dari pandanganku. Setelah kejadian itu lalu aku melaksanakan sholat Dzuhur.



Tidak berapa lama kemudian saya melihat orang-orang berdatangan dari beberapa arah, mereka berbondong-bondong menuju madrosahku. Menghadapi kejadian ini saya menjadi gugup, badan terasa menggigil, dagu menggeletar, gigi gemeretak, hatiku berdebar-debar. Dan anehnya lagi mulutku terasa terkunci dan tidak bisa berbicara.



Menghadapi kebingungan ini tiba-tiba terlihat Sayyidina Ali langsung berdiri di hadapanku sambil bertanya: "Mengapa kamu tidak segera memulai pengajian?". Dengan penuh khidmat saya menjawab: "Saya menjadi kaku dan gugup, tidak bisa berbicara menghadapi orang banyak". Lalu beliau menyuruh padaku untuk membuka mulut.



Setelah mulutku dibuka agak ternganga, lalu diludahinya enam kali. Saya bertanya kepada beliau: "Mengapa tidak tujuh kali ?". Beliau memjawab: " Karena menghormati kepada yang lebih tinggi kedudukannya, yakni Rosululloh SAW". Setelah itu beliau menghilang lagi dari pandanganku.



Sejurus kemudian badanku menjadi tidak kaku dan hatiku terasa lapang, tidak ada sesuatu apapun yang mengganjal, lalu saat itu pula pengajian dibuka dan dimulai dengan lancarnya.



Pada pengajian pertama itu saya mulai memberikan nasihat dengan pendahuluan pembahasan sebagai berikut:



ghowwasul fikri yaghusu fi bahril qolbi 'ala duroril ma'arifi faastakhrijuhaa ilas sahilis shodri fayunaadi 'alaiha simsarut turjumanil lisani watasytari binafaisi husnit tho'ati fi buyutin adzinallohu anturfa'a.



"Pola pikirku diibaratkan para penyelam, menyelam ke dasar lautan hati, untuk mencari mutiara ma'rifat, setelah kuperoleh lalu aku muncul kepermukakaan tepi pantai lautan dada, lalu para pialang melalui para penerjemahnya menawarkan dagangannya, dan mereka membeli dengan nilai ketaatan, ketaqwaan yang baik.



Firman Alloh dalam Al-Qur'an: Pelita itu dalam rumah-rumah (mesjid) yang sudah diijinkan Alloh menghormatinya dan menyebut namaNYA dalam rumah itu serta bertasbih didalamnya pagi dan petang."

(Q.S. An-Nur :36).



***



اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان



alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.



***



10. MANQOBAH KESEPULUH : PARA ULAMA BAGHDAD BERKUMPUL DI MADROSAH SYEKH ABDUL QODIR DENGAN MEMBAWA MASALAH YANG BERBEDA



Syekh Abu Muhammad Al-Mufarroj meriwayatkan , pada waktu saya ikut hadir di majelis Syekh Abdul Qodir, seratus orang ulama Baghdad telah berkumpul masing-masing membawa berbagai masalah untuk menguji Syekh, lalu beliau menundukkan kepalanya, maka tampaklah oleh mereka cahaya laksana kilat keluar dari dada beliau. Kemudian cahaya itu menghampiri dada tiap para ulama tadi, spontan mereka menjadi gemetar kebingungan dan nafas mereka naik turun, lalu mereka berteriak dengan teriakan yang sama, baju yang mereka pakai mereka robek-robek sendiri, demikian pula sorban yang mereka pakai, mereka lemparkan sendiri, lalu mereka mendekati kursi Syekh dan di pegangnya kaki beliau, lalu masing-masing bergiliran meletakkan kaki Syekh di atas kepala mereka.



Pada saat itu suasana menjadi gaduh dan hiruk pikuk. Lalu Syekh memeluk dan mendekap para alim ulama itu seorang demi seorang, dan masalah yang akan dikemukakan mereka satu-persatu dijawabnya dengan tepat dan jelas serta memuaskan. Mereka menjadi tercengang serta kagum atas kepintaran dan kehebatan Syekh dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tadinya akan mereka tanyakan.



***



اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان



alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.

***



11. MANQOBAH KESEBELAS : TELAPAK KAKI NABI MUHAMMAD SAW. MEMIJAK PUNDAK SYEKH ABDUL QODIR PADA MALAM MI'RAJ



Syekh Rosyidin Al-Junaidi meriwayatkan, pada malam Mi'raj, malaikat datang menghadap Rosululloh SAW. sambil membawa buroq. Tampak sekali kaki buroq itu bercahaya laksana bulan, dan paku kasut telapak kakinya bersinar seperti sinar bintang.



Dikala buroq itu dihadapkan kepada Rosululloh SAW., ia tidak bisa diam dan kakinya bergoyang-goyang seperti sedang menari. Rosululloh SAW. bertanya " Mengapa kamu tidak diam? Apakah kamu menolak untuk kutunggangi?". Buroq berunjuk sembah: "Tidak, demi nyawa yang menjadi penebusnya, saya tidak menolak, namun ada suatu permohonan, nanti pada waktu Rosululloh SAW. akan masuk surga, jangan menunggangi yang lain selain saya sendiri yang menjadi tunggangannya." Rosululloh SAW. menjawab: "baik, permintaanmu akan kukabulkan ". Buroq masih mengajukan permohonannya: "Ya Rosulalloh, saya mohon agar tangan yang mulia memegang pundakku untuk tanda bukti nanti pada hari kiamat". Lalu dipegangnya pundak buroq itu oleh Rosululloh SAW. Karena gejolak rasa gembira sehingga jasad buroq itu tidak cukup untuk menampung ruhnya, sehingga naiklah badannya membumbung tinggi keatas setinggi empat puluh hasta tinggi badannya. Rosululloh berdiri sebentar melihat badan buroq itu menjadi naik keatas sehingga terpaksa Rosululloh SAW. mencari dan memerlukan tangga.



Sementara itu, sekonyong-konyong datanglah ruh Ghoutsul A'dhom Syekh Abdul Qodir Jailani mengulurkan pundaknya sambil berkata: "Silahkan pundakku diinjak untuk dijadikan tangga". Lalu Rosululloh memijakkan kaki beliau pada pundak Syekh, dan ruh itu mengantarkan telapak kaki Rosululloh SAW. untuk menunggangi buroq. Di saat itu Rosululloh SAW. bersabda: "Telapak kakiku menginjak pundakmu, dan telapak kakimu nanti akan menginjak pundaknya para waliyulloh.



***



اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان



alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.



***

12. MANQOBAH KEDUA BELAS: PARA WALI MENYAKSIKAN PERINGKAT KETINGGIAN SYEKH ABDUL QODIR



Diriwayatkan dalam kitab Roudhotun Nadhirin fii Manaqibi As-Syaikh Abdul Qodir, pada masa periode keenam dari zaman Abi Ali Al-Hassan As-Sirri, sampai pada masa kelahiran Syekh Abdul Qodir, tidak ada seorang 'alim ulama, kecuali pada umumnya mereka membicarakan tentang keagungan pangkat kewalian Syekh dan akan menginjak pundak para waliyulloh.



Para 'alim ulama itu menerima isi dari pengumuman tersebut, kecuali seorang wali dari kota Asfahan ia menolak isi dari pengumuman itu. Dengan adanya penolakan tentang kewalian Syekh, pada saat itu juga gugurlah ia dari pangkat kewaliannya.



Hampir tigaratus tahun lagi Syekh Abdul Qodir akan lahir, kedudukan pangkat kewaliannya sudah masyhur dikenal masyarakat.



***



اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان



alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.



***



13. MANQOBAH KETIGA BELAS: KERUSAKAN ORANG-ORANG YANG MENYEBUT SYEKH ABDUL QODIR TANPA BERWUDHU



Dalam kitab Kanzil Ma'ani diriwayatkan bahwa Syekh Abdul Qodir pada waktu pertama kali beliau menerima pangkat kewaliannya, beliau diliputi dengan sifat Jalaliyah Alloh, yakni sifat Keperkasaan-Kesaktian. Oleh karena itu namanya menjadi sangat sakti. Kesaktiannya telah terbukti bagi orang yang menyebut nama Syekh Abdul Qodir dengan bersikap secara tidak sopan, menyebut nama beliau dengan tidak punya wudhu, akan putus lehernya.



Pada waktu berjumpa dengan Rosululloh SAW., Rosul berpesan: "Wahai Abdul Qodir, sikap perilakumu itu jangan kau lakukan lagi, banyak yang menyebut nama Alloh dan namaku, mereka tidak bersifat sopan".



Setelah menerima amanat beliau, saat itu juga sikap perbuatan itu beliau tinggalkan.



Banyak ulama Baghdad yang menghadap Syekh Abdul Qodir, mereka mengharapkan agar beliau melepaskan sikap perbuatan itu, mengingat banyak yang menjadi korban, dan merasa iba terhadap mereka. Syekh Abdul Qodir berkata :"Sesungguhnya hal ini bukanlah keinginan saya, saya menerima sabda dari Alloh yang isinya: "Kamu sudah mengagungkan nama-Ku, namamu juga ku agungkan".



Para alim ulama mengemukakan yang menjadi sebab nama Syekh Abdul Qodir itu sangat sakti karena beliau selalu membaca Saefi Hizbul Yaman karangan Sayyidina Ali Karromallohu Wajhah.





اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان



alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.



***



14. MANQOBH KEEMPAT BELAS : ORANG YANG MEMBACA HADIAH (BERTAWASUL) KEPADA SYEKH ABDUL QODIR AKAN DI HASILKAN MAKSUDNYA



Diriwayatkan oleh guru-guru yang telah mendapat kehormatan, barang siapa yang menyebut nama Syekh Abdul Qodir dengan tidak berwudhu, Alloh akan menyempitkan rezeqinya. Dan barang siapa yang bernazar akan membaca hadiah bagi Syekh Abdul Qodir, harus segera dilaksanakan agar kelak jangan disebut orang yang menantang dan dikhawatirkan akan menerima kutukan.



Barangsiapa yang bersedekah makanan yang manis-manis pada malam Jum'at lalu dibagikan pada faqir miskin dan sebelumnya membaca hadiah bertawasul dengan membaca fatihah kepada Syekh Abdul Qodir lalu dimohonkan karomah dan syafa'atnya, Insya Alloh akan dihasilkan segala maksudnya dan akan mendapat pertolongan dari Alloh.



Barangsiapa yang membaca fatihah berhadiah kepada Syekh Abdul Qodir, bagi orang tersebut akan diberi kelapangan, dan akan dikeluarkan dari segala kesulitan dunia dan akhirat.



Barangsiapa yang menyebut nama Syekh Abdul Qodir dengan mempunyai wudhu dengan keikhlashan serta mengagungkan dan menghormati kepada beliau, Alloh akan melimpahkan kegembiraan pada hari itu baginya serta akan dilebur dosanya.



***



اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان



alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.



***



15. MANQOBAH KELIMA BELAS: NAMA SYEKH ABDUL QODIR SEPERTI ISMUL A'DZHOM



Di dalam kitab Haqoiqul-Haqoiq diriwayatkan, ada seorang perempuan datang menghadap Syekh Abdul Qodir mengadukan hal anaknya: "Saya hanya mempunyai seorang anak, kini ia hilang tenggelam kedasar laut, saya percaya dengan penuh keyakinan bahwa Syekh bisa mengembalikan lagi anak saya dan menghidupkan kembali, hidup seperti sedia kala, untuk hal ini saya mohon pertolongannya".



Mendengar keluhan dan permohonan perempuan itu, Syekh berkata: "Sekarang juga pulanglah dan anakmu sekarang sudah berada di rumahmu".



Perempuan itu pulang dengan tergesa-gesa, setibanya di rumah, anaknya itu tidak ada.



Sementara itu segera ia menghadap lagi kepada Syekh sambil menangis melapor bahwa anaknya itu tidak ada di rumahnya.



Syekh berkata: "Sekarang anakmu sudah berada di rumahmu, sebaiknya kamu segera pulang".



Perasaan rindu pada anaknya menggebu-gebu, namun setibanya di rumah, anaknya belum juga ada. Dengan penuh keyakinan ia tidak merasa putus asa datang lagi menghadap Syekh sambil menangis menjerit-jerit, mohon supaya anaknya itu hidup lagi.



Sejenak kemudian Syekh menundukkan kepalanya dan tegak kembali sambil berkata: "Sekarang tidak salah lagi, pasti anakmu saat ini juga sudah berada di rumah".



Dengan penuh harap ia pulang menuju rumahnya, dan setibanya di rumah ternyata anaknya dengan selamat hidup kembali berkat karomah Syekh Abdul Qodir.



Menghadapi peristiwa ini, Syekh Abdul Qodir bermunajat mengadukan halnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sambil menumpahkan isi hatinya: "Sungguh saya merasa malu, Ya Alloh, oleh seorang perempuan sampai tiga kali ia mengadukan hal anaknya. Apa latar belakangnya, dan apa pula hikmah dari segala rahasia keterlambatan ini ?".



Alloh menjawab: "Semua ucapan dan janjimu kepada perempuan itu, kesemuanya itu benar tidak salah. Dan untuk diketahui pada waktu pertama kamu mengatakan pada perempuan itu bahwa anaknya sumah berada di rumah, waktu itu malaikat baru mengumpulkan tulang belulangnya yang berserakan, dan untuk perkataan dan janjimu yang keduakalinya, juga tidak salah, karena waktu itu seluruh anggota tubuhnya baru utuh kembali dan dihidupkan, dan ketigakalinya pada waktu perempuan itu tiba di rumahnya, si anak itu baru diangkat dari dasar laut dan dikembalikan kerumahnya."



Kemudian Syekh mengadu lagi pada Tuhan : "Ya Alloh, Engkau menciptakan makhluk penghuni dunia yang berlimpah ruah banyaknya dan beraneka ragam jenisnya, hal itu sangat mudah bagi-Mu, hanya sekilas lintas dan sepatah kata saja sudah terwujud, demikian pula halnya pada waktu mengumpulkan makhluk-Mu di Padang Mahsyar hanya dalam tempo yang singkat sudah berkumpul, dibandingkan dengan hanya seorang anak yang saya mohonkan sampai ia terlambat dan cukup makan waktu yang lama, apa pula hikmahnya Ya Alloh?".



Ketika itu Alloh bersabda: "Wahai Abdul Qodir, kamu jangan merasa sakit hati, sekarang kamu silakan minta pasti

Kuberi".



Dengan spontan Syekh merebahkan kepalanya bersujud syukur sambil berkata: "Engkau Kholiq pencipta semua makhluq, dan saya makhluk yang diciptakan oleh-Mu, semuanya juga pemberian-Mu, rasa syukur yang tiada terhingga saya ucapkan atas segala anugerah-Mu yang kuterima".

Lalu Alloh memberi hadiah kehormatan kepada Syekh dan bersabda: "Barang siapa melihatmu pada hari Jum'at, ia akan Ku-jadikan wali, dan kalau kamu melihat ketanah tentu akan jadi emas".



Syekh berkata lagi: "Ya Alloh, semua anugerah pemberian-MU itu rasanya kurang bermanfaat bagiku, saya mohon karunia-Mu yang lebih bermanfaat dan lebih mulia setelah saya meninggal dunia".



Alloh bersabda: "Namamu dibuat seperti nama-Ku pada imbalan pahalanya. Aarang siapa Barang menyebut namamu, pahalanya sama dengan orang yang menyebut nama-KU".



***

‏‎ ‎

اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان



allohummansyur 'alaihi rohmatau waridhwana waamiddana bi asrorihi fii kulli waqti wamakaan.



***







16. MANQOBAH KEENAMBELAS: SYEKH ABDUL QODIR MENGHIDUPKAN ORANG YANG SUDAH MATI DALAM KUBUR



Dalam kitab Asrorut Tholibin diriwayatkan Syekh Abdul Qodir pada waktu melewati suatu tempat, beliau bertemu dengan seorang umat Islam sedang hangat bersilat lidah, berdebat dengan seorang umat Nasrani.



Setelah beliau mengadakan penelitian dan pemeriksaan yang seksama apa yang menjadi sebab sehingga terjadi perdebatan yang sengit itu, kata seorang Muslim: "Sebenarnya kami sedang membanggakan Nabi kami masing-masing, siapa di antara Nabi kami yang paling baik, dan saya berkata padanya Nabi Muhammad-lah Nabi yang paling utama". Kata orang Nasrani: "Nabi Isa-lah yamg paling sempurna".



Syekh bertanya kepada orang Nasrani: "Apa yang menjadi dasar dan apa pula dalilnya kamu mengatakan bahwa Nabi Isa-lah lebih sempurna dari Nabi lainnya".



Lalu orang Nasrani itu menjawab: "Nabi Isa mempunyai keistimewaan, beliu menghidupkan kembali orang yang sudah mati".



Syekh melanjutkan lagi pertanyaannya: "Apakah kamu tahu aku ini bukan Nabi, aku hanya sekedar pengikut dan penganut agama Nabi Muhammad SAW?".



Kata orang Nasrani: "Ya benar, saya tahu".



Lebih jauh Syekh berkata lagi: "Kalau kiranya aku bisa menghidupkan kembali orang yang sudah mati, apakah kamu bersedia untuk percaya dan beriman kepada agama Nabi Muhammad SAW ?".



"Baik, saya mau beriman kepada agama Islam", jawab orang Nasrani itu.



"Kalau begitu, mari kita mencari kuburan".



Setelah mereka menemukan sebuah kuburan dan kebetulan kuburan itu sudah tua, sudah berusia lima ratus tahun, lalu Syekh mengulangi lagi pertanyaannya: "Nabi Isa kalau akan menghidupkan orang yang sudah mati bagaimana caranya ?".



Orang Nasrani menjawab: "Beliau cukup mengucapkan QUM BIIDZNILLAH (Bangun kamu dengan Izin Alloh)".



"Nah sekarang kamu perhatikan dan dengarkan baik-baik !", kata Syekh, lalu beliau menghadap pada kuburan tadi sambil mengucapkan: "QUM BIIDZNII (Bangun kamu dengan izinku)".



Mendengar ucapan itu orang Nasrani tercengang keheranan, belum habis herannya, kuburan terbelah dua, keluar mayat dari dalamnya. Mayat itu keluar sambil bernyanyi. Konon pada waktu hidupnya mayat itu seorang penyanyi.



Menyaksikan peristiwa aneh tersebut, ketika itu juga, orang Nasrani berubah keyakinannya dan beriman masuk agama Islam.



***



اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان



alloohummansyur 'alaihi rohmataw waridlwaanaa wa amiddanaa bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.



***



17. MANQOBAH KE TUJUH BELAS : SYEKH ABDUL QODIR MEREBUT RUH DARI MALAKUL MAUT



Abu Abas Ahmad Rifa'i meriwayatkan , ada seorang pelayan Syekh Abdul Qodir meninggal dunia, kemudian isterinya datang menghadap beliau mengadukan halnya sambil menangis. Maka terbitlah belas kasihan dalam hati beliau karena ratap tangis itu. Lalu pada sore harinya terbanglah beliau ke angkasa mengejar malaikat maut yang sedang kelangit membawa keranjang maknawi penuh berisi ruh-ruh manusia dan baru selesai tugasnya mencabut nyawa orang pada hari itu.



Kemudian beliau meminta kepada malaikat maut supaya menyerahkan kepada beliau nyawa muridnya atau mengembalikan nyawa tersebut pada badannya semula. Permintaan itu ditolak oleh malaikat maut. Karena penolakan itu, beliau merebut dan menarik keranjang maknawi, maka tumpahlah semua nyawa yang ada dalam keranjang, nyawa-nyawa itu pun kembali ke jasadnya masing-masing.



Menghadapi peristiwa ini malaikat dengan segera mengadukan halnya kepada Tuhan Yang Maha Esa : "Ya Alloh, Engkau mengetahui tentang kekasih-Mu dan wali-Mu Abdul Qodir.



Alloh bersabda : "Memang benar, Abdul Qodir itu kekasih-Ku, karena tadi nyawa pelayannya tidak kamu berikan, akibatnya seluruh ruh itu terlepas, dan sekarang kamu menyesal karena kamu tidak memberikannya.



***



اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان



allohummansyur 'alaihi rohmatau waridhwana waamiddana bi asrorihi fii kulli waqti wamakaan.



***



18. MANQOBAH KE DELAPAN BELAS: BERKAT KAROMAH SYEKH ABDUL QODIR BAYI PEREMPUAN MENJADI BAYI LAKI-LAKI



Syekh Hawad Al-Qodiri meriwayatkan, ada seorang laki-laki datang menghadap Syekh Abdul Qodir dengan permohonan ingin memperoleh anak laki-laki karena Syekh tempat berlindungnya orang banyak, dan do'anya selalu di terima Alloh SWT.



Kata Syekh : "Permohonanmu itu wajar-wajar saja, nanti juga kamu akan memperoleh anak laki-laki".



Mendengar pernyataan yang menggembirakan itu setiap hari ia selalu hadir di madrosah majelis ta'lim Syekh Abdul Qodir.



Beberapa hari kemudian isterinya melahirkan anak bayi perempuan, lalu dengan segera ia membawa bayi itu menghadap Syekh, sambil menyerahkan bayinya ia berkata diiringi keluhan: "Dari dahulu saya selalu mengharap ingin memperoleh anak lelaki, namun kenyataannya kini bayi perempuan, bukan bayi laki-laki".



Kata Syekh : "Segera balut burit bayimu itu dan bawa pulang, nanti juga kamu akan memperoleh bayi laki-laki". Kemudian dibalutnya bayi itu dengan pemburitan lalu diemban dibawa pulang.



Setibanya di rumah lalu dibuka pembebat bayinya, dan dengan diliputi rasa bahagia si mungil bayi itu menjadi bayi laki-laki berkat karomah Syekh Abdul Qodir dan seijin Alloh

Yang Maha Kuasa.



***



اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان



allohummansyur 'alaihi rohmatau waridhwana waamiddana bi asrorihi fii kulli waqti wamakaan.



***



19. MANQOBAH KESEMBILAN BELAS : DISELAMATKANNYA ORANG YANG FASIQ KARENA MENJAWAB SYEKH ABDUL QODIR KEPADA MALAIKAT MUNKAR NAKIR



Diceritakan pada zaman Syekh Abdul Qodir ada orang yang fasiq, tetapi sangat mahabbah/mencintai Syekh Abdul Qodir. Setelah orang itu meninggal, kemudian di dalam kubur ditanya oleh Malaikat Munkar Nakir. Jawaban orang tersebut hanyalah Abdul Qodir. Kemudian datanglah sebuah jawaban dari Alloh: "Wahai Munkar Nakir, orang itu memang betul-betul fasiq, dan harus disiksa, tetapi karena dia sangat mahabbah /mencintai kepada kekasih-Ku maka diampuni oleh-Ku.



***



اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان



alloohummansyur 'alaihi rohmataw waridlwaanaa wa amiddanaa bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.



***



20. MANQOBAH KEDUAPULUH : SEEKOR BURUNG PIPIT TERBANG DIATAS KEPALA SYEKH ABDUL QODIR, LALU JATUH DAN MATI



Sebagian dari karomah Syekh Abdul Qodir sedang berwudhu, tiba-tiba beliau dikotori oleh seekor burung pipit yang sedang terbang diatas kepala beliau, kemudian Syekh mengangkat kepala dan dilihatnya burung pipit itu, maka jatuhlah burung itu dan mati.



Kemudian pakaian yang sedang beliau pakai yang dikotori tadi lalu dicucinya dan disedekahkan sebab kematian seekor burung pipit, beliau berkata : "Kalau sekiranya kami berdosa karena matinya seekor burung pipit, maka kain ini sebagai kifaratnya".



***



اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان



alloohummansyur 'alaihi rohmataw waridlwaanaa wa amiddanaa bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.



***





Demokrasi Pancasila Berdasarkan Agama dan Relevansinya terhadap Perilaku Sosial

  Demokrasi Pancasila Berdasarkan Agama dan Relevansinya terhadap Perilaku Sosial   BAB I PENDAHULUAN   Demokrasi Pancasila bukan...