Buku Pelajaran Ilmu Nahwu Shorof: Dasar-Dasar Bahasa Arab yang Diperkaya
Pengantar
Selamat datang kembali di buku pelajaran Ilmu Nahwu Shorof, sebuah gerbang menuju pemahaman yang lebih dalam tentang bahasa Arab. Bahasa Arab bukan sekadar alat komunikasi, melainkan sebuah lautan makna yang dalam, terutama sebagai bahasa Al-Qur'an dan Hadits. Menguasai bahasa ini berarti membuka kunci untuk memahami sumber-sumber utama peradaban Islam dan warisan intelektualnya yang kaya. Untuk dapat menyelami dan menguasai kedalaman bahasa Arab, kita memerlukan pemahaman yang kokoh terhadap dua cabang ilmu fundamental: Ilmu Nahwu dan Ilmu Shorof.
Ilmu Nahwu adalah tulang punggung tata bahasa Arab. Ia adalah ilmu yang mengkaji kaidah-kaidah yang mengatur perubahan harakat akhir suatu kata (dikenal sebagai i'rab) dan menentukan kedudukan fungsional kata tersebut dalam sebuah kalimat. Dengan Nahwu, Anda akan mampu mengidentifikasi apakah suatu kata berperan sebagai subjek (fa'il), objek (maf'ul bih), atau elemen gramatikal lainnya, serta memahami mengapa harakat akhirnya berubah sesuai dengan peran tersebut. Nahwu membantu menjaga lisan dari kesalahan fatal dalam berbicara atau membaca teks Arab, memastikan makna yang disampaikan tidak menyimpang.
Ilmu Shorof adalah "jiwa" dari kata-kata Arab. Ini adalah ilmu yang menelusuri bagaimana sebuah akar kata dapat diubah dan diturunkan menjadi berbagai bentuk kata baru, masing-masing dengan makna dan fungsi gramatikal yang berbeda. Shorof memungkinkan kita untuk melihat bagaimana dari satu akar kata tunggal, bisa terbentuk kata kerja lampau, kata kerja sekarang, kata benda pelaku, kata benda objek, kata sifat, dan banyak lagi. Tanpa Shorof, kita tidak akan bisa memahami kekayaan derivasi dan fleksibilitas morfologi Bahasa Arab.
Dengan menguasai kedua ilmu ini secara bersamaan, Anda tidak hanya akan memiliki fondasi yang sangat kuat untuk membaca, menulis, dan memahami Bahasa Arab, tetapi juga akan mulai mengapresiasi keindahan dan logika di balik struktur bahasanya yang unik. Mari kita lanjutkan perjalanan belajar ini dengan semangat dan ketekunan!
Bab 1: Pengantar Ilmu Nahwu
1.1 Definisi Ilmu Nahwu: Lebih dari Sekadar Aturan
Ilmu Nahwu adalah disiplin ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah sistematis untuk mengetahui keadaan harakat atau bentuk akhir kata-kata dalam bahasa Arab. Keadaan akhir ini bisa berupa perubahan (disebut i'rab) atau tetapnya (disebut bina'). Tujuan utama dari Ilmu Nahwu adalah untuk melindungi lisan dari kesalahan dalam pengucapan dan penulisan bahasa Arab, khususnya dalam memahami teks-teks klasik seperti Al-Qur'an dan Hadits, di mana perubahan harakat kecil dapat mengubah makna secara drastis.
Secara historis, Ilmu Nahwu berkembang pesat setelah penyebaran Islam dan kebutuhan untuk menjaga kemurnian bahasa Al-Qur'an dari pengaruh dialek non-Arab. Para ulama seperti Abu al-Aswad al-Du'ali dan Sibawayh memainkan peran krusial dalam meletakkan dasar-dasar ilmu ini, menjadikannya sistematis dan mudah dipelajari. Dengan Nahwu, kita tidak hanya belajar "apa" yang benar, tetapi juga "mengapa" suatu kata berharakat demikian, memberikan pemahaman yang logis dan mendalam.
1.2 Kalimah (Kata) dan Jenis-jenisnya: Fondasi Bahasa
Dalam bahasa Arab, unit terkecil yang bermakna disebut Kalimah (كلمة). Setiap kalimat dalam bahasa Arab tersusun dari kombinasi Kalimah-Kalimah ini. Kalimah secara fundamental terbagi menjadi tiga jenis utama, yang masing-masing memiliki karakteristik dan peran yang berbeda dalam membentuk makna:
Isim (إِسْمٌ) - Kata Benda/Nama
Isim adalah kata yang menunjukkan makna pada dirinya sendiri dan tidak terikat oleh waktu (masa lampau, sekarang, atau akan datang). Isim bisa berupa nama orang, tempat, benda, sifat, atau konsep abstrak.
Contoh:
كِتَابٌ
(kitabun) (benda)مُسْلِمٌ
(muslimun) - seorang muslim (nama/gelar)مَكْتَبٌ
(maktabun) - meja (benda)جَمِيلٌ
(jamiilun) - indah (sifat)عَدْلٌ
(adlun) - keadilan (konsep abstrak)
Ciri-ciri Isim yang Membedakannya dari Jenis Kata Lain:
Bisa menerima tanwin (
ـٌ
,ـٍ
,ـً
): Ini adalah tanda umum isim yang menunjukkan indefinit (tidak tertentu). Contoh:قَلَمٌ
(sebuah pena).Bisa menerima
الـ
(alif lam): Ini adalah tanda isim yang menunjukkan definit (tertentu). Contoh:اَلْقَلَمُ
(pena itu).Bisa didahului huruf jar: Huruf jar (seperti
مِنْ
,إِلَى
,فِي
) hanya bisa mendahului isim, dan isim yang didahului huruf jar akan berharakat akhir kasrah (majrur). Contoh:فِي الْبَيْتِ
(di dalam rumah).Bisa menjadi mudhaf (yang disandarkan): Isim bisa disandarkan kepada isim lain untuk membentuk kepemilikan atau hubungan. Contoh:
بَابُ الْبَيْتِ
(pintu rumah itu).Bisa menjadi mubtada' (subjek awal kalimat) atau khabar (predikat): Ini menunjukkan peran sintaksisnya dalam jumlah ismiyyah.
Bisa menjadi fa'il (pelaku) atau maf'ul bih (objek): Menunjukkan perannya dalam jumlah fi'liyyah.
Fi'il (فِعْلٌ) - Kata Kerja
Fi'il adalah kata yang menunjukkan makna pada dirinya sendiri dan terikat oleh waktu. Waktu ini bisa masa lampau (madhi), masa sekarang atau akan datang (mudhari'), atau perintah (amar).
Contoh:
كَتَبَ
(kataba) - dia (laki-laki tunggal) telah menulis.يَكْتُبُ
(yaktubu) - dia (laki-laki) sedang/akan menulis (sekarang/akan datang)اُكْتُبْ
(uktub) - tulislah! (perintah)ذَهَبَ
(dzahaba) - dia (lk) telah pergiيَذْهَبُ
(yadzhabu) - dia (lk) sedang/akan pergiاِذْهَبْ
(idzhab) - pergilah!
Ciri-ciri Fi'il:
Bisa menerima
قد
(qad): Partikel ini bisa mendahului fi'il madhi (menunjukkan kepastian) atau fi'il mudhari' (menunjukkan kemungkinan). Contoh:قَدْ أَفْلَحَ
(sungguh telah beruntung).Bisa menerima
سَـ
(sa-) atauسَوْفَ
(saufa): Kedua partikel ini hanya bisa mendahului fi'il mudhari' dan menunjukkan makna "akan" (masa depan).سَـ
untuk masa depan dekat,سَوْفَ
untuk masa depan yang lebih jauh. Contoh:سَيَكْتُبُ
(dia akan menulis sebentar lagi),سَوْفَ يَكْتُبُ
(dia akan menulis nanti).Bisa menerima
تَاءُ التَّأْنِيثِ السَّاكِنَةِ
(ta' ta'nits as-sakinah): Hurufتَاء
mati ini hanya melekat pada akhir fi'il madhi untuk menunjukkan bahwa pelakunya adalah muannats (perempuan) tunggal. Contoh:كَتَبَتْ
(dia [pr] telah menulis). Ini berbeda denganتَاءُ الْفَاعِلِ
(ta' fa'il) yang berharakat dan menunjukkan pelaku.
Harf (حَرْفٌ) - Kata Tugas/Partikel
Harf adalah kata yang tidak memiliki makna yang sempurna pada dirinya sendiri. Maknanya baru akan jelas dan lengkap ketika digabungkan dengan isim atau fi'il dalam sebuah kalimat. Harf berfungsi sebagai penghubung, penegas, atau penjelas.
Contoh:
فِي
(fii) - di dalam (menghubungkan tempat)عَلَى
(ala) - di atas (menghubungkan posisi)مِنْ
(min) - dari (menghubungkan asal)إِلَى
(ila) - ke (menghubungkan tujuan)وَ
(wa) - dan (penghubung)لَمْ
(lam) - tidak (menjazmkan fi'il mudhari')لَنْ
(lan) - tidak akan (menashabkan fi'il mudhari')هَلْ
(hal) - apakah (kata tanya)
Harf tidak memiliki ciri-ciri isim maupun fi'il, dan selalu mabni (tidak berubah harakat akhirnya).
1.3 Jumlah Mufidah (Kalimat Sempurna): Unit Komunikasi
Jumlah Mufidah (جملة مفيدة) adalah susunan kata-kata (kalimah) yang secara gramatikal benar dan memberikan makna yang lengkap serta dapat dipahami sepenuhnya oleh pendengar atau pembaca. Ini adalah unit dasar komunikasi dalam bahasa Arab. Sebuah jumlah mufidah harus menyampaikan ide atau informasi yang utuh.
Contoh Jumlah Mufidah:
اَلْوَلَدُ يَقْرَأُ الْكِتَابَ.
(Al-waladu yaqra'ul kitaba.) - Anak laki-laki itu sedang membaca buku.Maknanya jelas dan lengkap: ada subjek (anak laki-laki), ada perbuatan (membaca), dan ada objek (buku).
قَامَ مُحَمَّدٌ.
(Qaama Muhammadun.) - Muhammad telah berdiri.Maknanya sempurna: ada pelaku (Muhammad) dan perbuatan (berdiri).
اَلْبَيْتُ كَبِيرٌ.
(Al-baitu kabiirun.) - Rumah itu besar.Maknanya sempurna: ada subjek (rumah) dan predikat (besar).
Contoh yang bukan Jumlah Mufidah (Jumlah Ghairu Mufidah):
إِذَا جَاءَ زَيْدٌ...
(Idza jaa'a Zaidun...) - Jika Zaid datang...Ini bukan jumlah mufidah karena maknanya belum sempurna; masih menggantung dan membutuhkan kelanjutan (misalnya, "...maka aku akan pergi").
الَّذِي كَتَبَ الدَّرْسَ...
(Alladzi katabad darsa...) - Orang yang menulis pelajaran itu...Ini juga belum sempurna karena membutuhkan predikat.
Memahami konsep jumlah mufidah sangat penting karena menjadi dasar untuk menganalisis struktur kalimat dan memahami pesan yang disampaikan.
Bab 2: Pembagian Isim dalam Nahwu
Pembagian isim adalah salah satu aspek krusial dalam Nahwu yang membantu kita memahami bagaimana kata benda berperilaku dalam kalimat dan bagaimana harakat akhirnya ditentukan.
2.1 Isim Mu'rab dan Mabni: Fleksibilitas dan Kekakuan Kata
Isim dapat dibagi berdasarkan perubahan harakat akhirnya:
Isim Mu'rab (المُعْرَبُ)
Isim Mu'rab adalah isim yang harakat akhirnya bisa berubah (ber-i'rab) sesuai dengan kedudukannya dalam kalimat atau pengaruh amil (faktor gramatikal) yang mendahuluinya. Perubahan ini menunjukkan fungsi gramatikal kata tersebut.
Tiga Keadaan I'rab Isim Mu'rab:
Rafa' (رَفْعٌ): Keadaan dasar isim, seringkali menunjukkan fungsi subjek (fa'il) atau mubtada'. Tanda aslinya adalah dammah (
ـُ
). Untuk jamak mudzakkar salim, tanda rafa' adalah wawu (مُسْلِمُونَ), nashab dan jar adalah ya' (مُسْلِمِينَ).Contoh:
جَاءَ زَيْدٌ.
(Jaa'a Zaidun.) - Zaid datang. (زَيْدٌ
adalah fa'il, marfu' dengan dammah).
Nashab (نَصْبٌ): Keadaan isim ketika berfungsi sebagai objek (maf'ul bih) atau setelah didahului amil nashab. Tanda aslinya adalah fathah (
ـَ
).Contoh:
رَأَيْتُ زَيْدًا.
(Ra'aitu Zaidan.) - Aku melihat Zaid. (زَيْدًا
adalah maf'ul bih, manshub dengan fathah).
Jar (جَرٌّ): Keadaan isim ketika didahului oleh huruf jar atau menjadi mudhaf ilaih. Tanda aslinya adalah kasrah (
ـِ
).Contoh:
مَرَرْتُ بِزَيْدٍ.
(Marartu bi Zaidin.) - Aku berpapasan dengan Zaid. (زَيْدٍ
didahului huruf jarبِـ
, majrur dengan kasrah).
Mayoritas isim dalam bahasa Arab adalah mu'rab.
Isim Mabni (المَبْنِيُّ)
Isim Mabni adalah isim yang harakat akhirnya tidak berubah (tetap) meskipun kedudukannya dalam kalimat berubah atau ada amil yang mempengaruhinya. Isim mabni memiliki "tempat" dalam i'rab, tetapi harakatnya sendiri tidak akan menunjukkan perubahan tersebut.
Contoh:
جَاءَ هَذَا.
(Jaa'a hadza.) - Ini datang. (هَذَا
adalah fa'il, namun tetap mabni di atas sukun).رَأَيْتُ هَذَا.
(Ra'aitu hadza.) - Aku melihat ini. (هَذَا
adalah maf'ul bih, namun tetap mabni di atas sukun).مَرَرْتُ بِهَذَا.
(Marartu bi hadza.) - Aku berpapasan dengan ini. (هَذَا
didahului huruf jarبِـ
, namun tetap mabni di atas sukun).
Termasuk Isim Mabni (jenis-jenis yang paling umum):
Dhamir (الضَّمَائِرُ - Kata Ganti): Semua kata ganti, baik yang terpisah (munfashil) maupun yang bersambung (muttashil), adalah mabni. Contoh:
هُوَ
(dia),أَنْتَ
(kamu),أَنَا
(saya),ـهُ
(nya),ـكَ
(mu).Isim Isyarah (أَسْمَاءُ الإِشَارَةِ - Kata Tunjuk): Sebagian besar kata tunjuk adalah mabni, kecuali bentuk musanna (dua) seperti
هَذَانِ
danهَاتَانِ
yang mu'rab. Contoh:هَذَا
(ini [lk]),ذَلِكَ
(itu [lk]),هَذِهِ
(ini [pr]).Isim Maushul (الأَسْمَاءُ المَوْصُولَةُ - Kata Sambung): Sebagian besar kata sambung adalah mabni, kecuali bentuk musanna seperti
اَلَّذَانِ
danاَللَّتَانِ
yang mu'rab. Contoh:اَلَّذِي
(yang [lk. tunggal]),اَلَّتِي
(yang [pr. tunggal]).Isim Istifham (أَسْمَاءُ الاِسْتِفْهَامِ - Kata Tanya): Sebagian besar kata tanya adalah mabni. Contoh:
مَنْ
(siapa),مَاذَا
(apa),مَتَى
(kapan),كَيْفَ
(bagaimana).Beberapa Zharaf (الظُّرُوفُ - Keterangan Waktu/Tempat): Beberapa kata keterangan waktu atau tempat tertentu adalah mabni. Contoh:
حَيْثُ
(di mana saja),الْآنَ
(sekarang).
2.2 Isim Nakirah dan Ma'rifah: Umum atau Spesifik
Isim juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat spesifikasinya:
Isim Nakirah (النَّكِرَةُ - Indefinite Noun)
Isim Nakirah adalah isim yang menunjukkan makna umum, tidak tertentu, atau tidak spesifik. Ini seperti menggunakan "sebuah buku" atau "seorang laki-laki" dalam bahasa Indonesia.
Ciri-ciri: Umumnya bertanwin (dammahtain, kasrahtain, fathatain) jika tidak ada penghalang lain, atau tidak diawali
الـ
.Contoh:
كِتَابٌ
(sebuah buku),رَجُلٌ
(seorang laki-laki),مَدْرَسَةٌ
(sebuah sekolah).
Isim Ma'rifah (المَعْرِفَةُ - Definite Noun)
Isim Ma'rifah adalah isim yang menunjukkan makna tertentu atau spesifik. Ini seperti menggunakan "buku itu" atau "laki-laki itu" dalam bahasa Indonesia.
Jenis-jenis Isim Ma'rifah (ada tujuh jenis utama):
Isim Alam (اِسْمُ الْعَلَمِ - Nama Diri): Nama khusus untuk orang, tempat, atau benda. Contoh:
مُحَمَّدٌ
(Muhammad),مَكَّةُ
(Makkah),إِنْدُونِيسِيَا
(Indonesia).Dhamir (الضَّمِيرُ - Kata Ganti): Semua kata ganti adalah ma'rifah karena merujuk pada entitas yang sudah diketahui. Contoh:
هُوَ
(dia [lk]),أَنْتَ
(kamu [lk]),أَنَا
(saya),هُمْ
(mereka).Isim Isyarah (اِسْمُ الْإِشَارَةِ - Kata Tunjuk): Kata tunjuk merujuk pada sesuatu yang spesifik. Contoh:
هَذَا
(ini),ذَلِكَ
(itu).Isim Maushul (اِسْمُ الْمَوْصُولِ - Kata Sambung): Kata sambung merujuk pada entitas yang sudah didefinisikan oleh kalimat setelahnya. Contoh:
اَلَّذِي
(yang [lk. tunggal]),اَلَّتِي
(yang [pr. tunggal]).Isim yang beralif lam (المُعَرَّفُ بِأَلْ - Definit dengan Alif Lam): Isim nakirah yang diberi awalan
الـ
menjadi ma'rifah. Contoh:اَلْكِتَابُ
(buku itu),اَلرَّجُلُ
(laki-laki itu).Isim Nakirah yang di-mudhaf-kan kepada Isim Ma'rifah (المُضَافُ إِلَى الْمَعْرِفَةِ): Jika sebuah isim nakirah disandarkan (mudhaf) kepada isim ma'rifah, maka isim nakirah tersebut juga menjadi ma'rifah. Ini adalah konsep idhafah.
Contoh:
كِتَابُ مُحَمَّدٍ
(bukunya Muhammad). Di sini,كِتَابُ
(buku) menjadi ma'rifah karena disandarkan kepadaمُحَمَّدٍ
(Muhammad), yang merupakan isim alam (ma'rifah).
Isim Munada Maqshudah (المُنَادَى الْمَقْصُودُ): Isim nakirah yang dipanggil secara spesifik. Contoh:
يَا رَجُلُ
(Wahai laki-laki [tertentu]!).
Bab 3: Pembagian Fi'il dalam Nahwu
Fi'il, atau kata kerja, adalah elemen dinamis dalam kalimat Arab. Nahwu membagi fi'il berdasarkan waktu kejadian dan kebutuhan akan objek.
3.1 Fi'il Madhi, Mudhari', Amar: Dimensi Waktu dalam Perbuatan
Fi'il Madhi (الفِعْلُ الْمَاضِي - Past Tense)
Fi'il Madhi adalah kata kerja yang menunjukkan kejadian atau perbuatan yang telah terjadi di masa lampau dan telah selesai.
Fi'il Madhi selalu mabni (tetap harakat akhirnya), meskipun tanda mabninya bisa bervariasi (sukun, fathah, atau dammah) tergantung pada dhamir yang bersambung dengannya.
Contoh:
كَتَبَ
(kataba) - dia (laki-laki tunggal) telah menulis. (Mabni di atas fathah)ذَهَبَتْ
(dzahabat) - dia (perempuan tunggal) telah pergi. (Mabni di atas fathah, dengan ta' ta'nits sakinah)جَلَسُوا
(jalasuu) - mereka (laki-laki jamak) telah duduk. (Mabni di atas dammah karena bersambung dengan wawu jama'ah)
Fi'il Mudhari' (الفِعْلُ الْمُضَارِعُ - Present/Future Tense)
Fi'il Mudhari' adalah kata kerja yang menunjukkan kejadian atau perbuatan yang sedang berlangsung di masa sekarang, atau akan terjadi di masa depan.
Fi'il Mudhari' pada dasarnya mu'rab (harakat akhirnya bisa berubah), yaitu marfu' (berharakat dammah) jika tidak didahului oleh amil nashab atau amil jazm. Namun, ia bisa menjadi mabni dalam dua kondisi khusus (ketika bersambung dengan nun niswah atau nun taukid).
Ciri khasnya adalah diawali dengan salah satu dari empat huruf mudhara'ah:
أ
(alif),ن
(nun),ي
(ya'),ت
(ta'). (Disingkat: أَنَيْتُ / Anita)Contoh:
يَكْتُبُ
(yaktubu) - dia (laki-laki) sedang/akan menulis. (Marfu' dengan dammah)تَذْهَبُ
(tadzhabu) - dia (perempuan) sedang/akan pergi / kamu (laki-laki) sedang/akan pergi. (Marfu' dengan dammah)Ketika didahului amil nashab (
لَنْ
):لَنْ يَكْتُبَ
(dia tidak akan menulis). (Manshub dengan fathah)Ketika didahului amil jazm (
لَمْ
):لَمْ يَكْتُبْ
(dia belum menulis). (Majzum dengan sukun)
Fi'il Amar (فِعْلُ الْأَمْرِ - Imperative Mood)
Fi'il Amar adalah kata kerja perintah yang ditujukan kepada orang kedua (mukhatab).
Fi'il Amar selalu mabni. Tanda mabninya bervariasi tergantung pada asal fi'il mudhari'nya.
Fi'il Amar dibentuk dari fi'il mudhari' yang diawali huruf mudhara'ah
تَـ
(ta') untuk orang kedua.Contoh:
اُكْتُبْ
(uktub) - tulislah! (untuk laki-laki tunggal)اِذْهَبْ
(idzhab) - pergilah! (untuk laki-laki tunggal)اِجْلِسِي
(ijlisii) - duduklah! (untuk perempuan tunggal)
3.2 Fi'il Lazim dan Muta'addi: Kebutuhan akan Objek
Pembagian fi'il ini penting untuk memahami struktur kalimat dan menentukan apakah sebuah kata kerja membutuhkan objek langsung atau tidak.
Fi'il Lazim (الفِعْلُ اللَّازِمُ - Intransitive Verb)
Fi'il Lazim adalah kata kerja yang tidak membutuhkan objek (maf'ul bih) untuk menyempurnakan maknanya. Maknanya sudah lengkap hanya dengan adanya fa'il (pelaku).
Contoh:
نَامَ الْوَلَدُ.
(Naamal waladu.) - Anak itu tidur. (Kataنامَ
sudah sempurna maknanya denganالْوَلَدُ
sebagai fa'il).جَلَسَ الرَّجُلُ.
(Jalasar rajulu.) - Laki-laki itu duduk.خَرَجَ الطَّالِبُ.
(Kharajat taalibu.) - Murid itu keluar.
Untuk menguji apakah fi'il itu lazim, coba tambahkan objek langsung. Jika tidak masuk akal atau membutuhkan preposisi, kemungkinan besar itu lazim.
Fi'il Muta'addi (الفِعْلُ الْمُتَعَدِّي - Transitive Verb)
Fi'il Muta'addi adalah kata kerja yang membutuhkan objek (maf'ul bih) untuk menyempurnakan maknanya. Tanpa objek, makna kalimat akan terasa tidak lengkap atau menggantung. Fi'il muta'addi bisa memiliki satu, dua, atau bahkan tiga objek.
Contoh:
أَكَلَ زَيْدٌ التُّفَّاحَةَ.
(Akala Zaidun at-tuffahata.) - Zaid makan apel itu. (التُّفَّاحَةَ
adalah objek dariأَكَلَ
).كَتَبَ الطَّالِبُ الدَّرْسَ.
(Katabat taalibud darsa.) - Murid itu menulis pelajaran.فَتَحَ الْبَابَ.
(Fatahal baaba.) - Dia membuka pintu itu.
Fi'il muta'addi dapat diidentifikasi karena ia dapat menerima dhamir nashab muttashil (dhamir objek yang bersambung), seperti
ـهُ
,ـهَا
,ـكَ
, dll. Contoh:ضَرَبَهُ
(dia memukulnya).
Bab 4: Pengantar Ilmu Shorof
4.1 Definisi Ilmu Shorof: Arsitek Kata
Ilmu Shorof adalah ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah untuk mengetahui perubahan bentuk kata dari satu bentuk ke bentuk lain. Perubahan ini tidak hanya sekadar mengubah harakat, tetapi juga struktur internal kata (penambahan, pengurangan, atau perubahan huruf) untuk menghasilkan makna yang berbeda atau untuk menyesuaikan dengan kaidah tata bahasa. Ilmu ini fokus pada morfologi kata, yaitu bagaimana kata dibentuk dan bagaimana bentuknya mempengaruhi maknanya.
Misalnya, dari satu akar kata كَتَبَ
(menulis), Shorof mengajarkan kita bagaimana membentuk كَاتِبٌ
(penulis), مَكْتُوبٌ
(yang ditulis), كِتَابَةٌ
(penulisan), مَكْتَبٌ
(meja/kantor), dan seterusnya. Shorof adalah ilmu yang memungkinkan kita untuk memahami kekayaan kosakata Arab dan bagaimana setiap kata memiliki hubungan erat dengan akar katanya.
4.2 Wazan (Pola) dan Mauzun (Kata yang Mengikuti Pola): Cetakan Kata
Dalam Ilmu Shorof, kata-kata Arab mengikuti pola-pola atau cetakan tertentu yang disebut Wazan (وزن). Wazan ini berfungsi sebagai template atau rumus untuk membentuk kata. Pola dasar yang paling fundamental dan sering digunakan sebagai acuan adalah فَعَلَ
(fa'ala), yang huruf-hurufnya (ف
, ع
, ل
) mewakili huruf-huruf asli dari akar kata.
Kata yang mengikuti pola ini disebut Mauzun (موزون). Mauzun adalah kata konkret yang "dicetak" berdasarkan wazan tertentu.
Contoh:
Wazan:
فَعَلَ
(Ini adalah pola umum, bukan kata sebenarnya)Mauzun:
كَتَبَ
(kataba) - menulis. Di sini,ك
adalahفِعْلٌ
(fa'il),ت
adalahعَيْنُ الْفِعْلِ
(ainul fi'li), danب
adalahلَامُ الْفِعْلِ
(lamul fi'li).Mauzun:
ضَرَبَ
(dharaba) - memukulMauzun:
نَصَرَ
(nashara) - menolong
Dengan memahami wazan, kita dapat memprediksi bentuk-bentuk kata lain dari akar kata yang sama, bahkan jika kita belum pernah melihat kata tersebut sebelumnya. Ini adalah kekuatan Shorof.
4.3 Perubahan Kata (Tasrif): Transformasi Kata
Tasrif (تَصْرِيفٌ) adalah proses inti dalam Shorof, yaitu perubahan bentuk kata. Tasrif terbagi menjadi dua jenis utama, masing-masing dengan tujuan yang berbeda:
Tasrif Lughawi (التَّصْرِيفُ اللُّغَوِيُّ): Konjugasi Kata Kerja
Tasrif Lughawi adalah perubahan bentuk kata kerja (fi'il) berdasarkan dhamir (kata ganti) yang menjadi pelakunya. Ini adalah konjugasi kata kerja yang kita kenal dalam bahasa lain, di mana bentuk verbanya berubah sesuai dengan subjek (dia, mereka, kamu, saya, dll.).
Tujuannya adalah untuk menyesuaikan kata kerja dengan pelaku dan jumlahnya (tunggal, dua, jamak) serta jenis kelaminnya (laki-laki, perempuan).
Contoh: Dari akar kata
كَتَبَ
(menulis), kita bisa mendapatkan:كَتَبَ
(dia [lk] telah menulis)كَتَبُوا
(mereka [lk] telah menulis)كَتَبْتَ
(kamu [lk] telah menulis)كَتَبْتُ
(saya telah menulis)
Tasrif Lughawi umumnya menghasilkan 14 bentuk untuk fi'il madhi dan mudhari', dan 6 bentuk untuk fi'il amar.
Tasrif Istilahi (التَّصْرِيفُ الِاصْطِلَاحِيُّ): Derivasi Kata
Tasrif Istilahi adalah perubahan kata dari satu bentuk ke bentuk lain untuk menghasilkan makna yang berbeda secara konseptual. Ini adalah proses derivasi kata dari akar kata yang sama, membentuk kata kerja, kata benda, dan kata sifat yang saling terkait.
Tujuannya adalah untuk memperkaya kosakata dan menciptakan berbagai kategori kata dari satu akar.
Contoh: Dari akar kata
كَتَبَ
(menulis), kita bisa mendapatkan:كَتَبَ
(kata kerja lampau: dia telah menulis)يَكْتُبُ
(kata kerja sekarang/akan datang: dia sedang/akan menulis)كَATIBUN
(isim fa'il/pelaku: penulis)مَكْتُوبٌ
(isim maf'ul/objek: yang ditulis)كِتَابَةٌ
(mashdar/kata dasar: penulisan)مَكْتَبٌ
(isim zaman/makan: tempat menulis/meja)
Tasrif Istilahi adalah kunci untuk memahami hubungan semantik antar kata dalam bahasa Arab.
Bab 5: Tasrif Fi'il (Konjugasi Kata Kerja)
Tasrif fi'il adalah inti dari ilmu shorof, di mana kita mengubah bentuk kata kerja sesuai dengan subjek (dhamir) dan waktu. Ini adalah bagian paling praktis dari shorof untuk membentuk kalimat yang benar.
5.1 Tasrif Fi'il Madhi: Konjugasi Masa Lampau
Fi'il Madhi menunjukkan perbuatan yang telah selesai. Ia memiliki 14 bentuk yang sesuai dengan 14 dhamir (kata ganti), mencakup semua kemungkinan pelaku (orang pertama, kedua, ketiga; tunggal, dua, jamak; laki-laki, perempuan). Fi'il Madhi selalu mabni.
Dhamir (Kata Ganti) | Bentuk Fi'il Madhi | Arti (Telah...) | Keterangan |
هُوَ (dia lk. tunggal) |
| Dia (lk) telah berbuat | Bentuk dasar, mabni fathah |
هُمَا (mereka lk. dua) |
| Mereka (lk. 2) telah berbuat | Tambahan alif untuk dua orang |
هُمْ (mereka lk. jamak) |
| Mereka (lk. jamak) telah berbuat | Tambahan wawu alif untuk jamak |
هِيَ (dia pr. tunggal) |
| Dia (pr) telah berbuat | Tambahan ta' ta'nits sakinah |
هُمَا (mereka pr. dua) |
| Mereka (pr. 2) telah berbuat | Ta' ta'nits + alif untuk dua orang |
هُنَّ (mereka pr. jamak) |
| Mereka (pr. jamak) telah berbuat | Nun niswah, fi'il mabni sukun |
أَنْتَ (kamu lk. tunggal) |
| Kamu (lk) telah berbuat | Ta' fa'il (tā') |
أَنْتُمَا (kalian lk. dua) |
| Kalian (lk. 2) telah berbuat | Ta' fa'il + mim alif |
أَنْتُمْ (kalian lk. jamak) |
| Kalian (lk. jamak) telah berbuat | Ta' fa'il + mim |
أَنْتِ (kamu pr. tunggal) |
| Kamu (pr) telah berbuat | Ta' fa'il (tī') |
أَنْتُمَا (kalian pr. dua) |
| Kalian (pr. 2) telah berbuat | Ta' fa'il + mim alif |
أَنْتُنَّ (kalian pr. jamak) |
| Kalian (pr. jamak) telah berbuat | Ta' fa'il + nun |
أَنَا (saya) |
| Saya telah berbuat | Ta' fa'il (tu') |
نَحْنُ (kami/kita) |
| Kami/kita telah berbuat | Na fa'ilin |
5.2 Tasrif Fi'il Mudhari': Konjugasi Masa Kini dan Akan Datang
Fi'il Mudhari' menunjukkan perbuatan yang sedang atau akan terjadi. Ia juga memiliki 14 bentuk sesuai dengan 14 dhamir. Fi'il Mudhari' pada dasarnya marfu' (berharakat dammah) kecuali jika didahului oleh amil nashab atau amil jazm.
Dhamir (Kata Ganti) | Bentuk Fi'il Mudhari' | Arti (Sedang/Akan...) | Keterangan |
هُوَ (dia lk. tunggal) |
| Dia (lk) sedang/akan berbuat | Diawali ya', diakhiri dammah |
هُمَا (mereka lk. dua) |
| Mereka (lk. 2) sedang/akan berbuat | Af'alul Khamsah |
هُمْ (mereka lk. jamak) |
| Mereka (lk. jamak) sedang/akan berbuat | Af'alul Khamsah |
هِيَ (dia pr. tunggal) |
| Dia (pr) sedang/akan berbuat | Diawali ta', diakhiri dammah |
هُمَا (mereka pr. dua) |
| Mereka (pr. 2) sedang/akan berbuat | Af'alul Khamsah |
هُنَّ (mereka pr. jamak) |
| Mereka (pr. jamak) sedang/akan berbuat | Mabni sukun karena nun niswah |
أَنْتَ (kamu lk. tunggal) |
| Kamu (lk) sedang/akan berbuat | Diawali ta', diakhiri dammah |
أَنْتُمَا (kalian lk. dua) |
| Kalian (lk. 2) sedang/akan berbuat | Af'alul Khamsah |
أَنْتُمْ (kalian lk. jamak) |
| Kalian (lk. jamak) sedang/akan berbuat | Af'alul Khamsah |
أَنْتِ (kamu pr. tunggal) |
| Kamu (pr) sedang/akan berbuat | Af'alul Khamsah |
أَنْتُمَا (kalian pr. dua) |
| Kalian (pr. 2) sedang/akan berbuat | Af'alul Khamsah |
أَنْتُنَّ (kalian pr. jamak) |
| Kalian (pr. jamak) sedang/akan berbuat | Mabni sukun karena nun niswah |
أَنَا (saya) |
| Saya sedang/akan berbuat | Diawali alif, diakhiri dammah |
نَحْنُ (kami/kita) |
| Kami/kita sedang/akan berbuat | Diawali nun, diakhiri dammah |
5.3 Tasrif Fi'il Amar: Konjugasi Perintah
Fi'il Amar adalah kata kerja perintah yang hanya ditujukan kepada orang kedua (mukhatab). Ia selalu mabni. Pembentukannya biasanya berasal dari fi'il mudhari' mukhatab dengan menghilangkan huruf mudhara'ah dan menambahkan hamzah washal jika diperlukan.
Dhamir (Kata Ganti) | Bentuk Fi'il Amar | Arti (Berbuatlah!) | Keterangan |
أَنْتَ (kamu lk. tunggal) |
| Berbuatlah! (lk. tunggal) | Mabni sukun |
أَنْتُمَا (kalian lk. dua) |
| Berbuatlah! (lk. 2) | Mabni dengan membuang nun |
أَنْتُمْ (kalian lk. jamak) |
| Berbuatlah! (lk. jamak) | Mabni dengan membuang nun |
أَنْتِ (kamu pr. tunggal) |
| Berbuatlah! (pr. tunggal) | Mabni dengan membuang nun |
أَنْتُمَا (kalian pr. dua) |
| Berbuatlah! (pr. 2) | Mabni dengan membuang nun |
أَنْتُنَّ (kalian pr. jamak) |
| Berbuatlah! (pr. jamak) | Mabni sukun karena nun niswah |
Bab 6: Tasrif Isim (Derivasi Kata Benda)
Tasrif Istilahi adalah proses di mana berbagai bentuk isim (kata benda, kata sifat) dihasilkan dari akar kata yang sama, masing-masing dengan makna derivatif yang spesifik. Ini menunjukkan fleksibilitas luar biasa dari bahasa Arab.
6.1 Isim Fa'il (اِسْمُ الْفَاعِلِ - Pelaku)
Isim Fa'il adalah isim yang menunjukkan makna pelaku dari suatu perbuatan. Ini adalah partisip aktif.
Untuk fi'il tsulatsi mujarrad (kata kerja tiga huruf asli), wazan umum Isim Fa'il adalah
فَاعِلٌ
(fa'ilun).Contoh:
Dari
كَتَبَ
(menulis)كَاتِبٌ
(kaatibun) - penulis (orang yang melakukan penulisan)Dari
ضَرَبَ
(memukul)ضَارِبٌ
(dhaaribun) - pemukul (orang yang melakukan pemukulan)Dari
قَرَأَ
(membaca)قَارِئٌ
(qaari'un) - pembaca
6.2 Isim Maf'ul (اِسْمُ الْمَفْعُولِ - Yang Dikenai Perbuatan)
Isim Maf'ul adalah isim yang menunjukkan makna objek atau yang dikenai perbuatan. Ini adalah partisip pasif.
Untuk fi'il tsulatsi mujarrad, wazan umum Isim Maf'ul adalah
مَفْعُولٌ
(maf'uulun).Contoh:
Dari
كَتَبَ
(menulis)مَكْتُوبٌ
(maktuubun) - yang ditulis (sesuatu yang dikenai perbuatan menulis, misalnya surat)Dari
ضَرَبَ
(memukul)مَضْرُوبٌ
(madhruubun) - yang dipukul (orang atau sesuatu yang dikenai perbuatan memukul)Dari
فَتَحَ
(membuka)مَفْتُوحٌ
(maftuuhun) - yang dibuka
6.3 Isim Zaman wa Makan (اِسْمُ الزَّمَانِ وَ الْمَكَانِ - Waktu dan Tempat)
Isim Zaman wa Makan adalah isim yang menunjukkan waktu atau tempat terjadinya perbuatan.
Untuk fi'il tsulatsi mujarrad, wazan umumnya adalah
مَفْعَلٌ
(maf'alun) atauمَفْعِلٌ
(maf'ilun), tergantung pada harakat ain fi'il mudhari'nya.Contoh:
Dari
كَتَبَ
(menulis)مَK
(maktabun) - tempat menulis (kantor, meja tulis) atau waktu menulis.Dari
دَخَلَ
(masuk)مَدْخَلٌ
(madkhalun) - tempat masuk (pintu masuk)Dari
خَرَجَ
(keluar)مَخْرَجٌ
(makhrajun) - tempat keluarDari
وَعَدَ
(berjanji)مَوْعِدٌ
(mau'idun) - waktu janji atau tempat janji
6.4 Mashdar (الْمَصْدَرُ - Kata Dasar/Infinitif)
Mashdar adalah isim yang menunjukkan makna perbuatan itu sendiri, tanpa terikat waktu dan tanpa menunjukkan pelaku. Ini mirip dengan infinitif atau gerund dalam bahasa lain, berfungsi sebagai kata benda abstrak dari kata kerja.
Bentuk Mashdar untuk fi'il tsulatsi mujarrad sangat bervariasi dan seringkali tidak mengikuti wazan yang baku, sehingga perlu dihafalkan atau dirujuk pada kamus.
Contoh:
Dari
كَتَبَ
(menulis)كِتَابَةٌ
(kitaabatun) - penulisan (aksi menulis)Dari
ذَهَبَ
(pergi)ذَهَابٌ
(dzahaabun) - kepergian (aksi pergi)Dari
نَصَرَ
(menolong)نَصْرٌ
(nashrun) - pertolongan (aksi menolong)Dari
قَرَأَ
(membaca)قِرَاءَةٌ
(qiraa'atun) - pembacaan (aksi membaca)Mashdar sangat penting karena sering digunakan sebagai kata benda dalam kalimat.
Penutup
Selamat! Anda telah melangkah lebih jauh dalam memahami dasar-dasar Ilmu Nahwu dan Shorof. Perjalanan ini adalah fondasi yang kokoh untuk menjelajahi kekayaan bahasa Arab. Ingatlah bahwa penguasaan kedua ilmu ini bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah proses berkelanjutan yang membutuhkan dedikasi, latihan, dan pengulangan yang konsisten.
Setiap konsep yang Anda pelajari adalah kepingan puzzle yang akan membentuk gambaran besar pemahaman Anda tentang Al-Qur'an, Hadits, dan literatur Arab lainnya. Jangan pernah ragu untuk kembali ke dasar, mengulang materi, dan mencari contoh-contoh baru.
Saran untuk Pembelajaran Lebih Lanjut dan Penguasaan
Latihan Teratur dan Aktif: Jangan hanya membaca, tetapi tulislah! Buatlah kalimat-kalimat sederhana Anda sendiri, kemudian coba analisis harakat akhirnya (Nahwu) dan identifikasi bentuk-bentuk kata yang digunakan (Shorof). Ini adalah cara terbaik untuk menginternalisasi kaidah.
Membaca dan Menganalisis Teks Arab Bertahap: Mulailah dengan teks-teks Arab yang disederhanakan (misalnya, cerita pendek untuk pemula atau bacaan anak-anak). Coba identifikasi setiap isim, fi'il, dan harf. Kemudian, tentukan kedudukannya dalam kalimat (fa'il, maf'ul, dll.) dan mengapa harakatnya demikian.
Hafalkan Wazan dan Pola Tasrif: Wazan adalah kunci Shorof. Hafalkan wazan-wazan dasar untuk fi'il dan isim, lalu coba terapkan pada berbagai akar kata yang Anda temui. Semakin banyak wazan yang Anda kuasai, semakin mudah Anda memahami derivasi kata.
Manfaatkan Kamus Bahasa Arab dengan Bijak: Kamus bukan hanya untuk mencari arti, tetapi juga untuk melihat bentuk-bentuk tasrif suatu kata. Banyak kamus modern menyertakan informasi tentang wazan dan derivasi.
Bergabung dengan Lingkungan Belajar: Jika memungkinkan, bergabunglah dengan kelompok belajar, kursus bahasa Arab, atau cari seorang guru. Interaksi dengan penutur asli atau pembelajar lain dapat memberikan wawasan baru, motivasi, dan koreksi yang berharga.
Dengarkan Bahasa Arab: Mendengarkan ceramah, berita, atau lagu berbahasa Arab dapat membantu Anda membiasakan diri dengan pola-pola kalimat dan intonasi, yang secara tidak langsung mendukung pemahaman Nahwu dan Shorof.
Sabar dan Konsisten: Bahasa Arab adalah bahasa yang logis namun kompleks. Penguasaannya membutuhkan waktu. Jangan berkecil hati jika menemui kesulitan. Konsistensi dalam belajar, bahkan sedikit setiap hari, akan membawa hasil yang signifikan.
Semoga buku ini menjadi panduan yang bermanfaat dan pemicu semangat Anda untuk terus mendalami bahasa Arab. Ingatlah, setiap huruf yang Anda pelajari adalah langkah mendekati pemahaman yang lebih dalam tentang warisan keilmuan dan spiritual. Barakallahu fiikum!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar anda disini, bisa berupa: Pertanyaan, Saran, atau masukan/tanggapan.