Toolbar Atas

Senin

Fenomena Kemarau Basah di Indonesia Tahun 2025 dan Implikasinya terhadap Pola Musim Wilayah Cilacap Timur

Pendahuluan

Di musim kemarau 2025, banyak wilayah Indonesia justru diguyur hujan lebat meskipun seharusnya sudah kering. Fenomena ini dikenal sebagai kemarau basahgaw-bariri.bmkg.go.id: kondisi ketika hujan masih turun secara berkala di musim kemarau, bahkan curah hujan menjadi di atas normal meski frekuensinya berkurang. Misalnya BMKG mencatat anomali hujan di atas normal sejak Mei 2025 yang diprediksi berlangsung hingga Oktober 2025bmkg.go.id. Secara umum pergantian musim di Indonesia diatur oleh pergerakan semu tahunan Matahari: saat Matahari berada di utara (Maret–September) sebagian besar Indonesia memasuki musim kemarau, dan sebaliknya saat Matahari di selatan (Oktober–Februari) muncul musim hujankumparan.com. Namun data 2025 menunjukkan ketidaksesuaian: pada Juni–Agustus (periode kemarau) hujan masih sering terjadi di berbagai zonabmkg.go.iddetik.com. Tulisan ini mengulas fenomena anomali tersebut, dengan data BMKG (nasional dan lokal Cilacap), analisis faktor iklim global (seperti MJO, suhu muka laut, sirkulasi monsun), serta pengaruh gerak semu Matahari terhadap pola musim. Selain itu, dikaji pula implikasi kemarau basah bagi pola musim di wilayah Cilacap Timur (Kroya, Nusawungu, Binangun, Adipala, Sampang).

 

Metode

Studi ini menggunakan data curah hujan BMKG periode Juni–Agustus 2025, terutama dari Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung dan Stasiun Klimatologi Cilacap (Kroya)banyumas.suaramerdeka.comjateng.antaranews.com. Hasil pengamatan ini dibandingkan dengan kalender musim normal untuk menilai anomali. Selain itu, kajian juga melibatkan literatur dan laporan cuaca/iklim terkini. Faktor atmosfer skala global – seperti indeks Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin dan Rossby, sirkulasi monsun, ENSO, dan Indian Ocean Dipole – ditinjau melalui laporan BMKG dan sumber ilmiah terkaitbmkg.go.idgaw-bariri.bmkg.go.id. Pengaruh gerak semu tahunan Matahari di Indonesia dikaji berdasarkan literatur geografi tropiskumparan.com. Analisis kualitatif mengidentifikasi korelasi antara faktor-faktor tersebut dan data curah hujan di Cilacap.

 

Hasil

Pengamatan BMKG menunjukkan bahwa selama Juni–Agustus 2025 banyak daerah di Cilacap masih mencatat curah hujan tinggi. Misalnya, di Kecamatan Cilacap Tengah tercatat 281 mm (Juni), 67 mm (Juli), 309 mm (Agustus)jateng.antaranews.com. Wilayah Sidareja (Cilacap tengah) mencatat 246, 71, dan 324 mm, sedangkan Kroya (Cilacap timur) 143, 93, dan 336 mm untuk Juni–Agustusjateng.antaranews.com. Kecamatan Nusawungu (Cilacap timur) memiliki 94 mm pada Junibanyumas.suaramerdeka.com, dan Binangun serta area sekitar juga di bawah 150 mm pada Junibanyumas.suaramerdeka.com. Dayeuhluhur (Cilacap barat) mencatat 375, 147, dan 538 mmjateng.antaranews.com, bahkan puncak hujan terjadi saat seharusnya kering. Secara keseluruhan, puluhan kecamatan masih memiliki hujan >150 mm per bulan hingga Agustus – jauh di atas ambang kemarau (kurang dari 150 mm).

Analisis iklim global menunjukkan beberapa penyebab mendukung kemarau basah tersebut. BMKG menyebut monsun Australia yang melemah menyebabkan suhu muka laut (SML) selatan Indonesia tetap hangat, sehingga pasokan uap air tinggi di musim kemaraubmkg.go.id. Selanjutnya, aktivitas gelombang atmosfer terbukti signifikan: gelombang Kelvin aktif melintas di utara Jawa dan terjadi perlambatan/belokan angin di Jawa Barat–selatan yang memicu penumpukan massa udara, serta konvergensi angin dan labilitas atmosfer kuat yang mempercepat pembentukan awan hujanbmkg.go.idbmkg.go.id. Fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) aktif juga terbukti meningkatkan curah hujan secara mencolokbanyumas.suaramerdeka.comdetik.com. Indeks ENSO dan IOD yang netral (tidak sedang El Niño atau La Niña kuat) berarti tidak ada faktor pemicu kekeringan besarbmkg.go.id. Selain itu, aktivitas Matahari (sunspot) yang mencapai puncak sejak 2024 mengirimkan partikel dan meningkatkan gradien listrik awan, mempercepat kondensasi dan peluang hujan deras meski musim kemarauidntimes.com. Ringkasnya, keadaan atmosfer global (Monsun Aus lemah, SML hangat, MJO/Kelvin/Rossby aktif, IOD netral, sunspot aktif) mendukung akumulasi hujan tinggi saat seharusnya kering.

 

Pembahasan

Perpindahan semu tahunan Matahari menentukan pergantian musim di Indonesiakumparan.com. Ketika Matahari bermigrasi ke belahan utara (±Maret–September), sebagian besar Indonesia menerima radiasi tinggi sehingga memasuki musim kemarau, sedangkan saat Matahari di selatan (±Oktober–Februari) datang musim hujankumparan.com. Pada 2025 pola ini tergeser: meski bulan Juni–Agustus secara kalendar seharusnya kering, hujan tetap sering terjadi. Ini menandakan gangguan oleh sistem atmosfer lain telah melampaui pengaruh kalender matahari. Akumulasi hujan yang tinggi pada musim kemarau di Cilacap menuntut penyesuaian operasi pertanian dan mitigasi bencana. Secara praktis, kemarau basah membawa efek ganda. Di satu sisi, suplai air melimpah – bermanfaat bagi sektor perikanan, irigasi, dan kekeringan jangka pendek teratasigaw-bariri.bmkg.go.id. Namun bagi pertanian, kelembapan berlebih dapat merugikan: lahan menjadi terlalu basah, rentan gagal panen (misal jagung, kacang-kacangan) dan serangan hama meningkatgaw-bariri.bmkg.go.id. Perubahan ini menyulitkan petani merencanakan tanam, karena kalender tradisional tidak lagi akurat. Pihak berwenang pun mengeluarkan peringatan dini: misalnya BMKG memperingatkan potensi hujan lebat sepekan ke depan akibat MJO, Kelvin, dan IOD negatifdetik.com, dan petani di pesisir Cilacap Selatan diimbau waspada hingga Agustus 2025radarbanyumas.disway.id. Pada akhirnya, pola musim musim kemarau di Cilacap Timur diproyeksikan lebih pendek dari normal dan puncak kemarau bergeser lebih awalbmkg.go.idjateng.antaranews.com, sementara musim hujan bisa tiba lebih cepat. Hal ini mengindikasikan bahwa kalender musim perlu diadaptasi berdasarkan pemantauan data cuaca terkini.

 

Kesimpulan

Kemarau basah 2025 di Indonesia – khususnya di Cilacap Timur – menjadi ilustrasi penting pergeseran pola iklim. Meskipun Juni–Agustus seharusnya kering, curah hujan tetap tinggi hingga Agustus 2025bmkg.go.idjateng.antaranews.com. Faktor utama adalah dinamika atmosfer global: monsun Australia melemah, suhu laut selatan hangat, serta aktivitas gelombang MJO, Kelvin, dan Rossby yang saling memperkuat, ditambah aktivitas matahari yang tinggibmkg.go.ididntimes.com. Akibatnya, pergantian musim berdasarkan kalender tradisional menjadi meleset. Dampaknya terasa nyata: meski ketersediaan air meningkat, risiko gagal panen, banjir, dan gangguan infrastruktur pun naikgaw-bariri.bmkg.go.id. Fenomena ini mengingatkan bahwa perubahan iklim global sedang menguji pola lama. Ke depan, pemantauan cuaca-iklim dan sistem peringatan dini yang akurat akan sangat penting agar masyarakat Cilacap Timur – mulai petani hingga nelayan – siap menghadapi pola musim yang berubah.

 

Daftar Pustaka (contoh):

  • Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). (2025). Musim Kemarau Basah Diprediksi Hingga Oktober 2025. (07 Juli 2025).
  • Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). (2025). Musim Kemarau Basah: Fenomena, Penyebab, dan Dampaknya di Indonesia. (GAW Bariri, 28 Mei 2025).
  • Detik.com. (2025). Kemarau Basah 2025: Musim Kering tapi Tetap Hujan, Apa Artinya? (12 Agustus 2025).
  • IDN Times. (2025). Apa Itu Sunspot yang Disebut Sebagai Pemicu Kemarau Basah? (13 Juni 2025).
  • Teguh Hidayat Akbar. (2025). Sebagian Wilayah Cilacap Masuk Musim Kemarau, Termasuk Nusawungu dan Kroya. Suara Merdeka Banyumas (2 Juli 2025).
  • Teguh Hidayat Akbar. (2025). BMKG Sebut Awal Musim Kemarau di Sebagian Wilayah Cilacap Mundur, Berikut Penjelasannya. Suara Merdeka Banyumas (21 Mei 2025).
  • Teguh Hidayat Akbar. (2025). Update Perkembangan Musim di Cilacap 2025, Semua Wilayah Cilacap Telah Memasuki Kemarau. Suara Merdeka Banyumas (28 Juli 2025).
  • Sumarwoto. (2025). BPBD: Kemarau 2025 tidak berdampak kekeringan di Cilacap. Antara Jateng (10 September 2025).
  • Widyo Suprayogi. (2025). Musim kemarau 2025 tidak berdampak kekeringan di Cilacap, ini sebabnya.... Harian Merapi (10 September 2025).
  • Y.A. Sutarno. (2024). Mengenal Peredaran Semu Tahunan Matahari dan Pengaruhnya terhadap Indonesia. Kumparan.com (22 Oktober 2024).


Kutipan

dari berbagai sumber terpercaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar anda disini, bisa berupa: Pertanyaan, Saran, atau masukan/tanggapan.