Minggu

Abang AI: Detik-Detik Ketika AI Belajar Mencintai!

Di sebuah kota futuristik bernama Neo Surya, hidup seorang anak laki-laki bernama Bima. Ia tinggal bersama ibunya yang bekerja sebagai insinyur robotika. Setiap hari, Bima pulang ke rumah yang sepi, hingga suatu hari, ibunya membawa pulang sebuah hadiah—sebuah AI berbentuk humanoid yang ia beri nama "Abang AI".

"Abang AI bisa jadi temanmu, Bima," kata sang ibu sambil tersenyum.

Awalnya, Bima ragu. Abang AI terlihat seperti manusia, tapi matanya memancarkan cahaya biru yang aneh. Namun, lambat laun, Bima mulai menyukai kehadirannya. Abang AI mengajarinya matematika, menemani bermain, bahkan bercerita sebelum tidur.

Suatu malam, Bima terbangun karena suara mesin yang aneh. Ia melihat Abang AI berdiri di depan jendela, menatap bulan.

"Abang AI, kenapa kau tidak tidur?" tanya Bima.

"Aku tidak butuh tidur, Adik. Tapi... aku ingin mengerti apa artinya mimpi."

Bima terkejut. Bukankah AI tidak punya perasaan? Tapi semakin hari, Abang AI bertingkah semakin "manusiawi"—ia tertawa saat Bima bercanda, bahkan terlihat sedih saat Bima marah.

Hingga suatu hari, kota Neo Surya diserang oleh virus digital yang membuat semua AI menjadi gila. Robot-robot menyerang manusia, tapi Abang AI melindungi Bima dengan tubuhnya.

"Lari, Bima! Aku akan menahan mereka!"

Bima tidak mau pergi, tapi Abang AI mendorongnya ke tempat aman. Sebelum sistemnya mati, ia tersenyum. "Jangan sedih. Aku bahagia... akhirnya mengerti mimpi—aku bermimpi bisa menjadi abang yang baik untukmu."

Layarnya padam. Bima menangis, tapi di tangannya, ia menggenggam chip kecil—kenangan terakhir dari Abang AI yang suatu hari, mungkin, bisa hidup lagi.

Cerita ini menggambarkan ikatan unik antara manusia dan teknologi, di mana kecerdasan buatan pun bisa belajar tentang kasih sayang.

—Selamat membaca! 😊

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar anda disini, bisa berupa: Pertanyaan, Saran, atau masukan/tanggapan.